Health & Diet
Dilema Menyimpan Rahasia, Bilang Nggak Ya?

25 Mar 2017


Foto: Fotosearch

Memiliki rahasia memang serbasalah, antara ‘gatal’ ingin berbagi dengan orang lain atau tetap memendamnya sendirian. Dalam beberapa kasus, memendam rahasia justru dapat menjadi bumerang bagi diri sendiri, bahkan dapat memicu tindakan fatal seperti bunuh diri. Masih ingat kasus bunuh diri Jacintha Saldanha? Ya, Jacintha nekat mengakhiri hidupnya karena merasa malu setelah membocorkan rahasia kondisi kehamilan Kate Middleton. Namun, seandainya kit memutuskan membuka rahasia pun bukan berarti akan merasa lega 100%. Jadi, pilih yang mana?
 
Terserah kita
Ada benarnya bahwa sebuah rahasia dapat memberi dampak buruk bagi penyimpan rahasia, seperti mengalami depresi dan tekanan batin. Sayangnya, nggak ada rumus yang mengatur seseorang untuk menyimpan atau membuka sebuah rahasia. Menurut psikolog Nessi Purnomo, kebijakan untuk mengungkapkan sebuah rahasia sepenuhnya berada di tangan si penyimpan rahasia.

“Nggak ada yang bisa memaksa seseorang untuk terus menyimpan atau harus mengungkapkan rahasia tersebut. Selama penyimpan rahasia masih merasa nyaman dan sanggup untuk menyimpan, just keep it.”

Namun menurut Nessi, ada beberapa pengecualian yang harus diperhatikan, terutama menyangkut manfaat atau kerugian yang ditimbulkan. “Ketika kita tahu atau menyadari bahwa rahasia tersebut nggak hanya berkaitan dengan diri kita, tapi juga menyangkut pihak lain bahkan mengancam jiwa seseorang, sebaiknya segera diungkapkan.”
 
Ada tingkatannya
Sebesar apa dampak yang timbul ketika kita kekeuh menyimpan sebuah rahasia? Lagi-lagi nggak ada yang tahu takarannya. Nessi menambahkan bahwa besarnya dampak menyimpan rahasia tergantung dari tingkatan rahasia itu sendiri. Semakin tinggi tingkat urgensi sebuah rahasia, maka semakin besar dampak yang mungkin dimunculkan dalam diri si penyimpan rahasia.

“Menyimpan rahasia tentang mantan tentu berbeda tingkatnya dari menyimpan rahasia soal keluarga atau masa lalu pribadi yang kelam. Tapi, semua itu kembali pada pribadi masing-masing penyimpan rahasia.

“Jika pribadi kita rapuh, rahasia kecil pun dapat memberi tekanan pada diri kita. Jadi nggak disarankan, tuh, untuk menyimpan rahasia besar dalam waktu lama, kecuali sudah melalui pertimbangan yang matang.”
 
Nah, untuk mengungkapkan sebuah rahasia memang dibutuhkan good timing alias waktu yang tepat. Selain mempertimbangkan waktu, hal berikut juga harus dipikirkan secara masak:
1/ Risiko
Pikirkan risiko jangka panjang. Jika dengan mengungkapkan rahasia tersebut justru akan menambah runyam keadaan atau memperbesar masalah, lebih baik urungkan niat membuka rahasia.

2/ Kesiapan
Baik orang yang akan mengungkapkan rahasia atau pun penerima rahasia harus dalam keadaan siap secara fisik dan mental. 

3/ The right person
Pastikan Anda memilih orang yang tepat. Ada baiknya mengungkapkan rahasia hanya kepada orang kepercayaan Anda, misalnya orangtua atau sahabat. Mengenali karakteristik mereka dapat membantu Anda menemukan orang yang tepat untuk berbagi rahasia.

4/ Persetujuan
Jika kita berperan sebagai orang kedua, sebaiknya ada persetujuan ‘kepada siapa dan apa yang akan kita ungkapkan’ dari pihak pertama yang menceritakan rahasianya kepada kita.

Harus dilampiaskan
Memang, sih, dengan mengungkapkan rahasia kita bisa sedikit merasa lega. Namun, bagi mereka yang berkomitmen kuat untuk menjaga rahasia, ternyata butuh media pelampiasan untuk mengurangi tekanan dalam dirinya.

“Cara paling sederhana adalah dengan ‘menceritakan’ rahasia menjadi sebuah catatan, semacam diary, misalnya. Ketika mengeluarkan unek-unek dalam proses menulis tersebut, secara tidak langsung ada emosi yang ikut dilepaskan sehingga menimbulkan perasaan lega.”

Menyibukkan diri dalam berbagai macam kegiatan atau aktivitas, seperti olahraga, mengerjakan tugas, dan aktif berorganisasi sebenarnya juga dapat membantu ‘melupakan’ suatu rahasia. Soalnya, nih, kita tidak tergoda buat membocorkannya. Namun, jika tekanan tadi nggak memungkinkan lagi untuk ditahan, sebaiknya segera diungkapkan.

“Kalaupun membutuhkan seseorang untuk bercerita dalam waktu mendesak, pastikan kita mengetahui karakteristik orang tersebut terlebih dahulu. Orangtua atau psikolog bisa jadi pilihan pertama yang bisa kita percaya untuk berbagi rahasia.” (f)

Baca juga:
7 Pentingnya Kemampuan Menjaga Rahasia di Tempat Kerja
Anak Mulai Suka Berbohong? Simak 5 Kiat Mencetak Anak Jujur
Kasus Bunuh Diri Kembali Marak, Nova Riyanti Yusuf Menganjurkan Diet Media Sosial



Topic

#psikologi