
Foto: Dok. Shutterstock
Tren berolahraga yang semakin populer di masyarakat, sebaiknya dibarengi dengan pengetahuan cara berolahraga yang baik sehingga dapat terhindar dari risiko cedera. Begitu pula pengetahuan apa yang harus dilakukan saat terjadi cedera. Apalagi saat ini, antusiasme masyarakat terhadap olahraga luar biasa pesat. Berolahraga memang baik untuk kesehatan, namun kita perlu waspada dengan risiko cedera agar tidak menurunkan minat terhadap olahraga yang disukai.
“Makin banyak orang berolahraga dengan tidak main-main bahkan mendekati profesional. Tidak dipungkiri, olahraga juga bisa menimbulkan cedera. Kami ingin menjadi salah satu pendukung layanan diagnosis tepat, perencana pemulihan, bahkan mungkin memberikan saran latihan fisik seperti apa, sehingga pada akhirnya pasien bisa kembali berolahraga seperti semula,” ungkap dr. Yanwar Hadiyanto, MARS, Chief Executive Officer RS Pondok Indaj Group di acara peluncuran Sport Medicine, Injury and Recovery Center, Rumah Sakit Pondok Indah-Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, beberapa waktu lalu.
Berbagai Penyebab Cedera Olahraga
Kerusakan pada jaringan tubuh akibat aktivitas berolahraga maupun latihan fisik bisa disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal. Dijelaskan oleh dr. Grace Joselini Corlesa, Sp. KO, MMRS, dokter spesialis kedokteran olahraga, beberapa penyebab cedera olahraga yang umum terjadi, di antaranya:- Tidak rutin berolahraga, namun langsung melakukan olahraga dalam jangka waktu terlalu panjang dan terlalu berat. Misalnya, hanya berolahraga di akhir pekan, namun melakukannya dengan memaksakan diri berolahraga berat berdurasi panjang.
- Tidak cukup melakukan pemanasan sebelum olahraga. Misalnya, karena datang terlambat sebelum bermain futsal, langsung masuk lapangan tanpa pemanasan.
- Melakukan olahraga yang memiliki kontak fisik dengan pemain lain. Seperti bola basket, voli, sepak bola, dan lain-lain.
1. Pemakaian perlengkapan olahraga yang tidak tepat bentuk tubuh seseorang. Misalnya, tinggi sadel sepeda tidak sesuai dan tidak nyaman saat bersepeda.
2. Alat olahraga yang digunakan tidak sesuai dengan jenis olahraganya. Misalnya, sepatu lari digunakan untuk bermain bola basket.
3. Tidak menggunakan alat pencegah cedera sesuai risiko olahraga. Misalnya, malas memakai padding saat bermain sepak bola.
4. Mengenakan pakaian olahraga yang kurang cocok dengan jenis dan cuaca tempat berolahraga. Misal, berolahraga sepeda di Indonesia yang iklimnya cukup hangat, tidak memakai pakaian yang mendukung pengeluaran panas tubuh dengan baik.
5. Intake cairan kurang sehingga dehidrasi.
6. Menganggap no pain no gain. Padahal untuk latihan yang sifatnya aerobik, yang dilihat bukan seberapa jauh dan cepat melakukan olahraga, tapi patokannya adalah nadi, dan ini berbeda pada masing-masing orang.

Foto: Dok. Rumah Sakit Pondok Indah-Bintaro Jaya
Pahami Jenis Cedera Olahraga
Masih menurut dokter Grace, cedera olahraga secara dasar dibedakan menjadi akut dan overuse. Cedera akut adalah cedera yang kejadiannya langsung, menimbulkan keluhan dan nyeri, bisa disertai bengkak maupun memar.Sementara cedera overuse adalah cedera yang memiliki perjalanan kejadian. Bisa dimulai dengan ngilu atau nyeri ringan yang disebabkan gerakan yang repetitif. Rasa nyeri ringan maupun ngilu tersebut kemudian berkembang menjadi nyeri dan rasa tidak nyaman, kemudian lama kelamaan menganggu kegiatan berolahraga.
“Kalau berbicara jenis cedera secara apa yang terkena, bisa digolongkan menjadi cedera strain dan sprain. Yaitu kalau strain, biasanya terjadi di otot. Sementara sprain biasanya terjadi di ligamen atau tendon,” jelas Grace.
Beberapa cedera yang umum terjadi saat berolahraga, di antaranya:
- ACL (anterior cruciate ligamen) atau robekan ligamen lutut. Umumnya terjadi pada gerakan pivoting atau berubah posisi maupun mendarat dan terputar.
- Cedera hamstring atau terjadinya robekan/ tarikan otot paha belakang pada saat perpanjangan otot tiba. Umumnya terjadi pada gerakan lari maupun menendang.
- Cedera golfer dan tennis elbow akibat overuse, biasanya pada gerakan swing ketika berolahraga golf maupun gerakan backhand pada olahraga tenis yang terus menerus.
- Cedera meniskus atau robeknya jaringan di bagian lutut. Biasanya cedera ini berbarengan dengan ACL maupun berdiri sendiri. Terjadi akibat gerakan memutar menekan ke dalam, atau pada saat jatuh terputar.
- Cedera ankle, biasanya terjadi akibat gerakan memutar ke dalam seperti salah mendarat atau terpleset.

Foto kiri ke kanan: dokter Antonius, dokter Yanwar, dokter Grace, dokter Andi, Habib Titoaji, pebasket IBL West-Bandits. Dok: RSPI-Bintaro Jaya
Pertolongan 72 Jam Pertama
Pada kasus cedera olahraga pada pencinta olahraga, seperti ACL (anterior cruciate ligament) atau robekan ligamen lutut, perlu dilakukan pertolongan pertama agar dapat mengoptimalkan proses penyembuhan ke depannya. Saran dokter Grace, lakukan PRICE (protect, rest, ice, compression dan elevation) dalam 24-72 jam pertama setelah cedera.“Jika terjadi bengkak atau memar, jangan buru-buru dipijat. Sebaiknya kompres dingin dulu selama 72 jam ke depan,” pesan dokter Grace.
Saat melakukan kompres 72 jam ke depan, bisa dibantu dengan elastic bandage atau plastic wrap. Selain itu, kompres dingin bagian yang bengkak atau memar selama 10-15 menit (minimal 10 menit) setiap 3-4 jam sekali atau 4 kali sehari.
Setelah memberikan kompres, selanjutnya bagian yang cedera dielevasi atau diposisikan lebih tinggi agar bengkak tidak semakin parah. “Kalau semakin tidak nyaman, bengkak semakin parah, atau pada saat jatuh sempat mendengar bunyi ‘krek’ maupun bunyi sendi lepas, segera bawa ke dokter,” ujar dokter Grace.
Umumnya, dokter akan melakukan MRI, CT Scan maupun X-Ray untuk menilai grade dari cedera, yang akan menentukan tindakan operasi maupun non-operasi (terapi dan latihan fisik) yang akan diberikan kepada pasien.

Foto: Dok. Rumah Sakit Pondok Indah-Bintaro Jaya
Faktor Risiko yang Mempengaruhi Pemulihan Cedera
Penanganan cedera olahraga memang tidak bisa dilakukan secara gegabah. Menurut dr. Antonius Andi Kurniawan, Sp.KO, dokter spesialis kesehatan olahraga, beberapa hal akan sangat mempercepat pemulihan cedera olahraga, di antaranya:1. Bagaimana cedera ditangani secara cepat dan tepat
Jika memang membutuhkan tindakan operasi, maka sebaiknya memang cepat dioperasi. Tentunya sesuai dengan berat-ringan cedera dan sesuai hasil observasi dokter-dokter ahli.
2. Penegakan diagnosis harus tepat
Bagaimana dokter-dokter ahli di bidangnya berdiskusi, kemudian dapat memberikan diagnosis sesuai permasalahan yang dihadapi.
3. Fasilitas dan teknologi cukup lengkap
Alat dan teknologi mendukung proses penyembuhan pasien terutama ketika dilakukan terapi dan latihan fisik yang dibutuhkan untuk pemulihan.
4. Komitmen dari pasien yang ditangani
Jika pasien sudah diberikan diagnosis tepat dan tempat terapi memiliki alat-alat dan teknologi yang lengkap, pasien juga harus tidak datang sesuai jadwal.
5. Dokter memotivasi pasien
Terutama pasien atlet dan pencinta olah raga, motivasi sangat penting diberikan saat mengalami cedera serius. Pasien perlu motivasi dan keyakinan bahwa ia dapat pulih dan kembali ke performanya lagi.
Soal lama maupun cepatnya pemulihan cedera, menurut dokter Antonius, sangat tergantung berat ringan cedera. Pada cedera grade 3 yang harus dioperasi, tentu memakan waktu pemulihan lebih lama. Sementara cedera grade 1 yang lebih ringan, tentu membutuhkan waktu pemulihan yang lebih cepat. (f)
Baca Juga:
Cuaca Panas Bisa Bikin Dehidrasi, Cek Gejala dan Cara Atasinya
5 Cara Sederhana Hidup Lebih Sehat di Tahun 2022
3 Posisi Terbaik Agar Terhindar dari Cedera Saat Bersepeda Saran Dokter Ortopedi
Laili Damayanti
Topic
#olahraga, #cederaolahraga