
Foto: shutterstock
Pendiri Lavender Ribbon Cancer Support Group yang juga pernah menjadi Chief Happiness Officere Fortune PR, Indira Ratna Dewi Abidin tutup usia pada 20 Agustus 2019 di RS Holistic Purwakarta. Berita duka ini disampaikan oleh suaminya, Siraj El Munir Bustami, pada akun Instagramnya.
Pada tahun 2015, dalam blognya wanita kelahiran 29 Oktober 1969 ini mengungkap syukur dan berbagi cerita lewat berbagai media, karena dinyatakan sembuh dari penyakit kanker Payudara yang dideritanya sejak tahun 2012. Wanita yang selalu aktif ini bahkan mengunggah gambar sertifikat yang ditandatangani Warsito Taruno, penemu ECCT. Dalam sertifikat dari C Care bertanggal 10 Februari 2018, ia dinyatakan berhasil menjadi survivor setelah 5 tahun didiagnosis kanker.
"Selama lima tahun ini tak ada perkembangan dari status kankerku – survivor dengan status progression free. Sertifikat ini adalah persembahan untuk dunia. Sertifikat ini mensyukuri dan merayakan kehidupan yang Allah berikan, lima tahun paska diagnosa kanker. Sertifikat ini penting, menyatakan bahwa kanker bisa diatasi dengan baik. Sehingga aku punya dasar untuk mengatakan bahwa kanker bukanlah hal yang menakutkan," tulisnya dalam laman tamanlavender.com.
Perjuangan Indira melawan kanker berawal dari benjolan di payudara yang ia temukan. Indira kemudian melakukan pemeriksaan di National Cancer Center di Singapura. Ternyata, massa di payudaranya dinyatakan ganas, ia pun didiagnosis dengan kanker payudara pada November 2012.
Indira tak patah semangat hidup. Ia mencoba berbagai cara pengobatan seperti terapi rompi antikanker dengan teknologi ECCT (Electro-Capacity Cancer Therapy), menjalani diet alkali, dan melakukan latihan pernapasan Qi. Pada tahun 2014 ia juga belajar ilmu MBP (Magnetic BAAR – Believe Action Attraction Receive – Power), sebuah metode yang diramu Auk Murat, mantan model dan pengusaha sepatu, untuk memaksimal potensi diri dan meraih kebahagiaan. Ia yakin, kesembuhan dari kanker sifatnya holistik antara mind, body, and soul. Karena itu ia memadukan semua hal tersebut.
Indira adalah sosok wanita yang sangat kuat. Perjuangannya melawan kanker payudara ia bagikan dalam berbagai kesempatan menjadi pembicara di workshop dan seminar berskala nasional dan internasional. Semangat berjuangnya ia tularkan pada pasien-pasien kanker yang lain hingga akhir hayatnya.

Foto: shutterstock
Berbeda dengan penyakit infeksi seperti selesma atau DBD yang dinyatakan sembuh total setelah menjalani pengobatan, pasien kanker yang setelah menjalani terapi dan dievaluasi tidak mengandung sel kanker lagi dalam tubuhnya, seperti dalam kasus Indira Abidin, lebih tepat dinyatakan remisi atau relaps.
Dokter di bidang biokimia dan biofisika molekular, Crystal Moore, MD, PhD, FCAP dalam cancer.net menyebutkan, dua tahun pertama setelah diagnosis dan masa pengobatan adalah masa paling penting. Risiko tertinggi kanker untuk kembali muncul ada pada masa dua tahun itu. Setelah itu risikonya akan turun perlahan. Jika setelah lima tahun kanker tidak kembali muncul, sebagian pasien memiliki harapan besar kanker tidak akan muncul lagi. Karena itu banyak penyintas kanker merayakan lima tahun bebas kankernya.
Tapi, sekali lagi, kanker tetap harus terus dipantau. Ia masih bisa muncul lagi 10, 15, atau 2o tahun kemudian. Seperti yang dialami oleh ibu dari Crystal Moore yang kembali mengalami kanker setelah remisi 15 tahun. "Meski remisi adalah tanda dari ujung jalan yang panjang, tidak berarti perjalanan telah berakhir. Sekali terdiagnosis kanker payudara, risiko kanker untuk kembali tidak pernah benar-benar nol," ungkap dr. Crystal.
Para ahli kesehatan dan peneliti melihat keterkaitan usia, stadium kanker saat didiagnosis, status hormon reseptor, genetik, sebagai beberapa faktor yang memengaruhi kemungkinan kanker untuk kembali.
Kanker bisa muncul kembali di tempat yang sama, tapi lebih sering muncul di tempat yang berbeda. Karenanya sangat penting bagi para penyintas kanker untuk tetap menjaga gaya hidup sehat, pola makan yang baik, menjaga emosi dan pikiran, menjalani terapi yang disarankan seperti terapi hormonal, serta tetap melakukan pemeriksaan kesehatan. Serta tetap optimis dan aktif menjalani berbagai kegiatan positif. (f)
Baca Juga:
Kasus Kanker Payudara Terus Meningkat. Ini yang Perlu Dilakukan!
Sutopo Purwo Nugroho, Pahlawan Kemanusiaan itu Telah Berpulang
Kanker Darah Seperti Yang Diderita Ani Yudhoyono Tidak Cuma Satu Jenis
Topic
#kesehatan, #kanker, #kankerpayudara