Awal Februari lalu, WHO menetapkan berjangkitnya virus Zika sebagai darurat kesehatan publik yang memerlukan perhatian internasional. WHO berpendapat, virus Zika dapat menyebar ke seluruh dunia dalam waktu cepat. Bahkan, Presiden Joko Widodo menganjurkan adanya peningkatan pengawasan di pintu-pintu masuk negara untuk mengantisipasi penyebaran virus ini.

Salah satu pemicu reaksi WHO adalah adanya peningkatan gangguan saraf yang menyebabkan kelumpuhan di Polinesia, terutama di area yang terjangkit virus Zika. Selain itu, virus yang ditemukan pertama kali di Hutan Zika, Uganda, ini dianggap penyebab utama microcephaly—gangguan perkembangan otak janin sehingga lahir dengan ukuran kepala yang kecil.
“Virus Zika ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes albopictus—nyamuk yang berasal dari Afrika dan negara Pasifik. Namun, virus ini juga bisa ditularkan melalui tranfusi darah atau hubungan seksual,” ujar dr. Devi.
Menurut dr. Devi, virus Zika bukanlah penyakit baru, karena pernah mewabah di Indonesia pada tahun 1980-an. “Penyebaran virus Zika memang sangat cepat di daerah beriklim tropis.”
Kenali Gejalanya
Seperti infeksi virus pada umumnya, virus Zika akan lebih mudah menyerang seseorang yang daya tahan tubuhnya tengah menurun. Orang dewasa memang lebih kuat terhadap virus ini dan jika ditangani secara tepat, virus Zika minim menyebabkan kematian.
“Perlu diwaspadai, belum ada vaksin untuk virus Zika, dan belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh virus. Jadi akan lebih baik jika dicegah sejak dini dan menanggulangi gejalanya,” ujar dr. Devi.
Gejala awal yang ditimbulkan virus Zika cenderung lebih halus dibandingkan demam berdarah dengue dan chikungunya, sehingga tubuh nggak langsung drop. Tapi, penderita tetap merasakan demam selama 7-12 hari, ruam pada permukaan kulit yang disertai gatal dan perih, serta konjungtiva—selaput lendir yang menutupi kelopak mata—berwarna merah.
“Bedanya trombosit penderita virus Zika tetap normal, beda dengan demam berdarah yang trombositnya menurun. Akibat gejala klinis yang ringan ini, virus Zika dapat sembuh dengan sendirinya. Penderita cukup beristirahat, mengosumsi makanan bernutrisi, konsumsi obat pereda demam, dan minum air putih yang banyak agar terhindar dari dehidrasi. Dengan cara itu, demamnya akan turun.”
“Perlu diwaspadai, belum ada vaksin untuk virus Zika, dan belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh virus. Jadi akan lebih baik jika dicegah sejak dini dan menanggulangi gejalanya,” ujar dr. Devi.
Gejala awal yang ditimbulkan virus Zika cenderung lebih halus dibandingkan demam berdarah dengue dan chikungunya, sehingga tubuh nggak langsung drop. Tapi, penderita tetap merasakan demam selama 7-12 hari, ruam pada permukaan kulit yang disertai gatal dan perih, serta konjungtiva—selaput lendir yang menutupi kelopak mata—berwarna merah.
“Bedanya trombosit penderita virus Zika tetap normal, beda dengan demam berdarah yang trombositnya menurun. Akibat gejala klinis yang ringan ini, virus Zika dapat sembuh dengan sendirinya. Penderita cukup beristirahat, mengosumsi makanan bernutrisi, konsumsi obat pereda demam, dan minum air putih yang banyak agar terhindar dari dehidrasi. Dengan cara itu, demamnya akan turun.”
Efek Serius
Melihat efek virus Zika yang nggak seekstrem demam berdarah dengue, nggak berarti virus ini boleh dianggap enteng. Jika virus ini sudah menjangkiti wanita hamil, efeknya sangat berbahaya.
“Wanita hamil yang tertular virus Zika akan menularkan virus tersebut pada janinnya. Masalahnya virus ini menyerang jaringan otot dan sistem saraf—terutama sistem saraf pusat di otak—yang menyebabkan kepala bayi mengecil dan cacat saat dilahirkan,” kata dr. Devi.
Untuk mencegahnya, dr. Devi menyarankan perlunya dilakukan tes Reverse Transription-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) kepada wanita hamil. Tes ini akan memastikan apakah ada perkembangan virus Zika di dalam tubuhnya.
“Ingat, virus ini belum ada obatnya hingga saat ini, jadi jika sudah terjangkit dan menular kepada janis, penderita sudah tidak dapat berbuat apa-apa.”
Melihat miripnya virus Zika dengan demam berdarah yang setiap tahun terjadi di Indonesia (terutama musim hujan), dr. Devi juga mengimbau agar masyarakat semakin peduli terhadap kebersihan lingkungannya. Jika setiap saat kita mau membersihkan tempat tinggal, nyamuk nggak bakal mudah berkembang biak, kan.
Klik DI SINI mengenai cara-cara pencegahan terjangkit virus Zika.
Hartika Arbiyanti
Foto: Fotosearch
“Wanita hamil yang tertular virus Zika akan menularkan virus tersebut pada janinnya. Masalahnya virus ini menyerang jaringan otot dan sistem saraf—terutama sistem saraf pusat di otak—yang menyebabkan kepala bayi mengecil dan cacat saat dilahirkan,” kata dr. Devi.
Untuk mencegahnya, dr. Devi menyarankan perlunya dilakukan tes Reverse Transription-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) kepada wanita hamil. Tes ini akan memastikan apakah ada perkembangan virus Zika di dalam tubuhnya.
“Ingat, virus ini belum ada obatnya hingga saat ini, jadi jika sudah terjangkit dan menular kepada janis, penderita sudah tidak dapat berbuat apa-apa.”
Melihat miripnya virus Zika dengan demam berdarah yang setiap tahun terjadi di Indonesia (terutama musim hujan), dr. Devi juga mengimbau agar masyarakat semakin peduli terhadap kebersihan lingkungannya. Jika setiap saat kita mau membersihkan tempat tinggal, nyamuk nggak bakal mudah berkembang biak, kan.
Klik DI SINI mengenai cara-cara pencegahan terjangkit virus Zika.
Hartika Arbiyanti
Foto: Fotosearch
Topic
#VirusZika