
Foto: Unsplash.com
Istilah ‘you are what you eat’ tidak bisa dilepaskan dari kondisi kesehatan seseorang, termasuk pada anak di usia pertumbuhan. Usus, organ pencernaan yang disebut sebagai second brain ini berperan penting dalam sistem pertahan tubuh serta pertumbuhan seorang anak.
Menurut dr. Frieda Handayani K. Sp. A (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastroenterologi Hepatologi Anak dari RS Pondok Indah - Bintaro Jaya, sistem saluran pencernaan manusia sangat unik dan beragam. Saluran pencernaan merupakan organ yang kompleks yang menghasilkan 80% antibodi dan ratusan juta sel saraf. Saluran pencernaan memiliki sistem saraf sendiri yang bekerjasama dengan baik dengan sistem otak. “Jadi kalau ingin sehat, kita memang harus memperhatikan sistem pencernaan,” kata dr. Frieda.
Saluran cerna yang sehat mampu mencerna dan menyerap makanan, motilitas, fungsi imun, dan keseimbangan mikrobiota yang sesuai. Lebih dari itu, saluran cerna yang sehat akan menimbulkan rasa nyaman yang akhirnya akan mempengaruhi mood seseorang.
Sayangnya, beberapa tahun belakangan, menurut dr. Frieda, jumlah pasien anak yang datang kepadanya dengan masalah pencernaan meningkat. Hampir 40% dari pasien anak mengalami keluhan gangguan pencernaan. Semua itu, tak lepas dari perubahan gaya hidup yang mempengaruhi pola makan dalam keluarga, termasuk anak.
Berikut 7 gangguan saluran cerna pada anak usia sekolah yang perlu diketahui orang tua dan cara penangannya:
1/ Diare
Penelitian menunjukkan bahwa balam kasus diare, 50 hingga 60 persennya disebabkan oleh rota virus. Dengan demikian, sebenarnya dalam pengobatan diare tidak perlu menggunakan antibiotik. Selain virus, diare juga bisa disebabkan karena alergi, gangguan absorbsi, sindrome usus pendek, hingga penggunaan antibiotik yang berlebihan.
Diare umumnya menyebabkan dehidrasi. Ada tiga derajat dehidrasi pada seorang anak yang menderita diare, yaitu tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan-sedang, dan dehidrasi berat. Ciri anak dengan dehidrasi berat antara lain: mata cekung, kencing kering, sulit/tidak bisa minum, dan kesadaran menurun. Jika demikian, anak perlu langsung di bawa ke dokter atau rumah sakit untuk mendapatkan penangan lebih lanjut.
Untuk menangani diare, organisasi kesehatan dunia, WHO menyarankan beberapa cara, yaitu:
1. Penderita diare tetap harus mendapatkan asukan makanan setiap 2 jam sekali dalam porsi kecil. Hindari makanan pedas dan bersantan.
2. Pemberian supplement zinc selama 10 hari agar masalah diare teratasi dan anak terlindung dari masalah diare hingga 3 bulan ke depan.
3. Untuk balita, tetap diberikan ASI. Namun ibu harus memperhatikan asupan makanannya.
4. Antibiotik diberikan secara selektif hanya untuk kasus yang terbukti ada bakteri lewat hasil laboratorium.
5. Pemberian oralit sesuai dosis
2/ Konstipasi
Pasien penderita konstipasi atau sembelit hebat pada anak semakin banyak ditemui. Makanan dan minuman seperti keju, susu, hingga makanan pabrik yang banyak dikonsumsi anak disebut dr. Frieda menjadi penyebab anak mengalami konstipasi.
Ketika anak yang mengalami bab kurang dari dua kali seminggu, mengedan dan kesakitan saat bab, serta tinja keras dan bulat, orang tua perlu waspada. Karena ini bisa berarti anak mengalami gangguan sembelit.
Anak yang menderita konstipasi akan diajurkan untuk melakukan clean out treatment yaitu mengeluarkan tinja yang ada di dalam usus besar. Selanjutnya diberikan obat rumatan untuk melancarkan dan melicinkan tinja di dalam usus dan pijat perut.
Baca Juga: 3/ Gerd
Faunda Liswijayanti
Topic
#saluranpencernaan, #gerd, #anak, #penyakitanak