
Foto: Dok. Femina, Fotosearch
Beberapa daerah di Indonesia memiliki tradisi tersendiri dalam menyajikan jamuan Natal. Semua hidangan pasti disajikan dalam porsi melimpah untuk disantap bersama para tamu yang hadir. Memang tak ada ritual menggantung kaus kaki di perapian, atau salju yang menghiasi cemara. Namun, Natal tetap indah, dalam caranya sendiri di Indonesia.
1/ Ikan Arsik Rebutan Keluarga di Sumatera Utara
Natal terasa begitu syahdu di Sumatera Utara. Kemeriahan Marbinda, atau acara menyembelih kerbau secara berpatungan, mewarnai sukacita Natal dan tahun baru suku Tapanuli (Batak Toba), Karo, Simalungun, Pak-Pak, dan Nias. Selain memotong kerbau, kebiasaan memanggang babi utuh sebagai simbol kemewahan (seperti yang biasa dihidangkan dalam upacara adat, misal pernikahan) di banyak perhelatan besar juga terjadi kala Natal menjelang.
Sajian umum lain yang dihidangkan adalah ikan yang dimasak arsik. Perpaduan bumbu andaliman (sejenis merica khas Sumatra Utara), lokio, kincung (kecombrang), dan paduan bumbu kuning, dilumuri pada ikan mas utuh atau potongan daging babi.

Foto: Ikan Arsik
Menu lain berbahan ikan yang juga kerap muncul di jamuan beberapa keluarga Sumatra Utara adalah na tinombur. Ikan yang digunakan bisa ikan mas, mujair, atau lele. Bedanya, masakan ini dibakar dengan bumbu andaliman, bawang merah, cabai, serta kecombrang. Simak resepnya di sini.
Pilihan lain adalah naniura. Ini merupakan lauk tradisional Batak yang melibatkan pematangan ikan mas mentah hanya dengan menggunakan jeruk nipis (asam). Ikan direndam semalaman hingga matang, tanpa menggunakan api. Seperti cara orang Spanyol dalam membuat ceviche.
Sementara, soal minuman, tuak, air dari hasil penyulingan pohon enau, menjadi minuman di sela-sela acara atau usai santap. Kebiasaan minum tuak serupa dengan masyarakat Indonesia bagian timur, yang mengistilahkan tuak sebagai saguer. Tidak ada yang bisa menyebut apakah ini memiliki pengaruh Barat. Jawaban yang selalu didapat adalah bahwa minuman telah diakrabi sejak zaman nenek moyang.
Menu seperti ayam gota (ayam masak darah ayam) dan saksang (daging babi yang dimasak dengan bumbu pedas dan agak asam) juga laris manis dipesan di katering yang menyajikan menu khas Batak setiap Natal tiba. Tak lupa disajikan dalam garnish yang lebih cantik dari perayaan-perayaan biasa.
2/ Ajang Pelepas Kegembiraan
Desember selalu dimeriahkan dengan semangat Natal di Manado, ibu kota Sulawesi Utara. Tradisi berpesta yang telah berakar (dari pengaruh Belanda), terasa kuat di sini. Sudah menjadi kebiasaan suku Minahasa ini untuk berkumpul di malam Natal, dan memesan babi putar (juga disebut babi guling, yaitu babi utuh yang diisi rempah di rongga perutnya, dan dipanggang sambil diputar-putar di atas bara). Acara santap ini tentu saja ditemani dengan dansa semalam suntuk.
Di beberapa daerah, sisa daging babi ada yang diolah menjadi babi cuka, agar tidak basi. Caranya, sisa daging dipotong kecil-kecil, lalu digoreng lagi dengan kecap dan cuka, menghasilkan hidangan baru yang tak kalah lezat. Tradisi ini agaknya muncul karena di masa lalu kulkas belum menjadi perabot yang hadir di setiap rumah tangga.
Warisan lain dari petinggi dan serdadu Belanda kala menduduki Manado, yang masih terekam jejaknya adalah kebiasaan makan sup brenebon. Inilah sup yang kental aroma pala dan sumsum. Isinya kacang merah dan daging iga sapi/ tetelan sapi (klasiknya adalah daging babi).
Serupa dengan kota tetangga, sup brenebon juga sering kali hadir di tengah Natal gaya Toraja. Biasanya, lauk Natal yang umum dihidangkan adalah papiong (dari ayam atau babi yang dimasukkan ke dalam bambu dan dibakar) yang disantap dengan nasi jaha. Lauk lain biasanya pamarasan, yaitu daging / ikan mas / ikan gabus yang dimasak dengan bumbu keluak dan bawang daun. Untuk snack-nya ada depatori, yang mirip jipang, camilan dari beras ketan yang crispy.

Foto: Papiong
Pengaruh Belanda lainnya di Manado tampak pada hidangan klappertaart, menjadi kue atau pencuci mulut yang tak pernah absen di meja-meja Natal.
Tentu saja, saguer juga tampil kala Natal. Saguer ini merupakan minuman produksi rakyat Minahasa berupa cairan putih yang rasanya manis keasam-asaman serta mengandung alkohol sekitar 5%. Saguer bisa dibeli dengan mudah di warung-warung rakyat.
Menutup semua rangkaian Natal, masyarakat di Sulawesi Utara memiliki tradisi unik yang disebut ‘Kunci Tahun’. Selain berdoa di gereja, di beberapa daerah tradisi ini dimeriahkan oleh pawai --serupa dengan keriaan pawai 17 Agustus-- mulai dari kampung hingga di kota, dan selalu menjadi atraksi pariwisata bagi warga. Umat lintas agama kerap ikut serta dalam pawai ini. Tanda manis kerukunan antaragama.
Suku Toraja di Sulawesi Selatan memilih menyalakan obor di jalan-jalan protokol. Umat Nasrani menyebut malam ini sebagai ‘malam seribu obor Natal’. Pohon-pohon Natal raksasa juga berderet, hasil kerja sama dengan pemerintah daerah setempat.
3/ Keunikan Menu di Timur Indonesia
Saat Natal tiba, ada kebiasaan masyarakat Flores yang menyambut kerabat dengan rumah yang telah dihiasi lampion warna-warni. Lampion yang umumnya berpendar cahaya lilin ini kebanyakan berbentuk bintang, perlambang bintang kejora yang mendahului kelahiran Yesus Kristus.
Pada siang hari, diadakan makan bersama dengan keluarga, sambil bersilaturahmi dengan tetangga dan kerabat dekat. Di sinilah muncul makanan khas Flores yang sudah disiapkan sejak sehari sebelumnya, yaitu ikan asin maumere dan sayur daun pakis. Roti kompiang, sejenis roti keras bertabur wijen, biasanya juga hadir menemani nasi.
Hampir di semua bagian Maluku dan Papua, papeda menjadi karbohidrat yang menghiasi meja Natal keluarga. Makanan pokok dari tepung sagu yang bertekstur lengket seperti lem ini disantap bersama kuah kuning. Kuah kuning sendiri merupakan (umumnya) ikan tongkol atau ikan bobara berbumbu kunyit, jeruk nipis, dan cabai rawit. Segar!
Di kampung Ema, Maluku, warga menyantap papeda bersama sayur melinjo kuah santan. Dan, karena bulan Desember bertepatan dengan musim durian, Natal di Maluku selalu dimeriahkan dengan kehadiran durian.

Foto: Papeda
Cara masak yang sangat terkenal di Papua, yakni cara barapen, juga terlihat kala Natal. Babi menjadi pilihan daging yang dikurbankan secara besar-besaran. Prosesi unik ini membutuhkan kayu dan batu yang saling ditumpuk. Kayu yang terbakar lalu menghantar panas ke api dan berjam-jam kemudian mematangkan daging babi yang sebelumnya dialasi daun pisang atau pelepah pohon pinang. Daging lalu disantap beramai-ramai. Minuman seperti saguer dan jus gandaria menjadi pamungkas yang menyegarkan dahaga pada Natal di wilayah timur. (f)Trifitria Nuragustina, Lila Muliani
Topic
#MakananLokal