Food Story
Langkah Strategis Ermey Trisniarty Mempertahankan Dapur Cokelat di Saat Pandemi

10 Dec 2020


Foto: Dok. Dapur Cokelat


“Akhirnya di tahun ke-20, Dapur Cokelat ‘goyang’ karena pandemi,” ujar Eyie, sapaan Ermey Trisniarty, pendiri Dapur Cokelat. Ia mengenang perjalanan Dapur Cokelat yang selama ini cukup tangguh walau diterpa beberapa goncangan ekonomi di negeri ini. Keputusan yang cepat harus ia ambil untuk menghindari kemungkinan terburuk. Pandemi membuka matanya yang selama ini tak sempat melihat potensi yang jelas-jelas ada. Siapa sangka, bubuk premix yang 10 tahun lalu ia ciptakan menjadi penyelamat Dapur Cokelat.
 
Apa yang terpikir pertama kali saat dampak pandemi mulai terasa?
Gimana caranya supaya Dapur Cokelat bisa survive. Bahkan sebelum benar-benar terasa dampaknya, saya langsung berembuk dengan manajemen. Memikirkan beberapa skenario yang mungkin akan terjadi. Semuanya kami komunikasikan ke seluruh karyawan. Berikutnya, kami semua harus beradaptasi dengan situasi yang baru. Salah satunya protokol kesehatan dalam proses produksi menjadi lebih ketat.
 
Efek pandemi yang paling terasa?
Jelas, pada penjualan. Sales berkurang hingga 60%. Untungnya, outlet Dapur Cokelat berdiri sendiri, tidak di dalam mal yang saat itu ditutup. Jadi, semuat outlet masih bisa terus beroperasi. Tapi tetap saja, orang-orang takut keluar rumah, pembeli tidak banyak. Jika pun ada, biasanya mereka sudah pesan sebelumnya. Datang hanya untuk mengambil pesanan. Itu pun kami antarkan ke mobil yang menunggu di parkiran.

Yang membuat sedih adalah ketika saya tidak bisa terus mempekerjakan tim yang masa kontrak kerjanya sudah berakhir. Ini terpaksa dilakukan karena produksi memang harus dikurangi. Walau begitu, saya masih tetap membayar gaji pokok mereka selama dua bulan, supaya mereka bisa mengatur planning selanjutnya dengan lebih tenang.
 
Dari mana ide membuat premix?
Di awal masa pandemi, saya melihat ada tren baru, semua orang back to kitchen. Tidak cuma masak makanan sehari-hari, tapi mereka juga jadi gemar baking, terutama roti dan cake. Dari situ, saya berpikir gimana caranya supaya customer tetap bisa merasakan kelezatan Dapur Cokelat di rumah, tanpa perlu ke luar rumah. Lalu terpikirkan membuat premix ini.

Sebenarnya premix sudah ada di Dapur Cokelat sejak dulu. Tapi, hanya digunakan untuk kebutuhan internal, untuk para franchisee dan produksi di cabang luar kota. Jadi, tidak butuh waktu lama dalam mempersiapkan ulang untuk penjualan langsung ke customer. Tinggal mengubah sedikit formulasinya supaya lebih mudah diaplikasikan di rumah, dan mendesain kemasannya. Totalnya tidak sampai satu bulan. Kami harus bergerak cepat agar tidak kehilangan momen.
 
Dapur Cokelat selamat karena premix?
Bisa dibilang begitu. Tak disangka produk ini sangat diterima oleh pasar, dan mengisi lebih dari setengah porsi total pendapatan Dapur Cokelat. Padahal, sempat deg-degan, karena kami tidak bisa menggelar product launching. Akhirnya, saya harus turun gunung. Memperkenalkan dan mendemokan penggunaan premix melalui IG live. Lumayan, yang nonton empat ribuan setiap saya live.

Supaya mudah didapat, produk kami jual di market place. Biaya marketing dialokasikan untuk memperkenalkan premix ke para pelaku kuliner, termasuk food blogger dan selebriti. Selama melakukan IG live, saya memang sengaja mencantumkan akun pribadi, supaya bisa lebih dekat dengan chocolaters (pelanggan Dapur Cokelat). Ternyata banyak penonton luar kota menulis pesan pribadi ke saya. “Saya bisa jualan di rumah berkat premix Dapur Cokelat.” Bangga rasanya bisa membantu teman-teman ini. Dari data yang masuk, angka penjualan terbesar memang ada di luar kota.

Di saat yang sama, produk Donuthing, salah satu usaha saya, mengalami lonjakan permintaan. Sehingga, belum genap dua bulan sejak karyawan yang kontrak kerjanya terpaksa dihentikan, bisa dipekerjakan kembali. Bulan Ramadan juga menjadi penyelamat. Di saat orang-orang tidak bisa bersilatuahmi, mereka mengirimkan makanan sebagai penggantinya. Berada di segmen produk selebrasi, kami mendadak kebanjiran pesanan.
 
Apa pelajaran berharga sebagai pebisnis di masa sulit ini?
Tidak selamanya keadaan buruk hasilnya akan buruk. Secara pribadi, akhirnya saya punya lebih banyak waktu untuk keluarga, dan merasa lebih banyak bersyukur. Di sisi bisnis, saya lebih menghargai tim kerja saya. Mereka adalah roda penggerak, saya tidak mungkin bekerja sendirian. Saat perusahaan dalam kondisi terpuruk, mereka tetap berdiri di belakang saya. Rela gaji dikurangi asalkan tetap bisa kerja. Sudi lembur tak dibayar supaya toko tetap buka. Bahkan ikhlas dengan kemungkinan tidak ada bonus. Ketulusan dan dedikasi mereka benar-benar tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata. Mereka adalah aset dan support system yang harus saya jaga. (f)

Baca juga:
Cinnamon Roll, Banyak Disuka, Cocok untuk Bisnis
Bikin Onsen Tamago Dalam 1 Menit
Resep Ronde, Hangat-Hangat Saat Hujan


 


Topic

#usahakuliner, #covid-19, #dapurcokelat

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda? 

https://www.helpforassessment.com/blog/style/ https://www.baconcollision.com/css/ https://seomush.com/ https://radglbl.com/ https://stmatthewscommunityhall.co.uk/vendor/ https://www.bgquiklube.com/style/ https://proton.co.ke/css/ https://www.888removalist.com.au/vendor/ https://quill.co.id/js/ https://aniworld.com.de/css/ https://gmitklasiskupangbarat.or.id/js/ slot gacor สล็อตออนไลน์" เว็บตรงสล็อต MAX33 คาสิโนออนไลน์ MAX33 สล็อตเว็บตรง