Food Story
Ini Beda Kue Keranjang di Indonesia dan di Tiongkok

4 Feb 2019


Kue keranjang di Pasar Lama Tangerang. / Foto: Yoseptin Pratiwi
 
 
Nian Gao dalam dialek Hokkian disebut dengan Ti Kwee / Ti Kwe. Cetakan bambu menyerupai bentuk keranjang membuatnya dekat dengan sebutan kue keranjang di Indonesia.
 Cita rasanya manis, dengan sentuhan aroma panggang berkat proses dimasak berjam-jam. 

Untuk menikmatinya, Nian Gao dipotong kecil-kecil lalu digoreng dalam baluran adonan tepung. Namun, karena manisnya memiliki sedikit rasa burnt caramel dan punya aroma harum dari daun pisang yang jadi pembungkusnya, Nian Gao sebenarnya enak dimakan begitu saja.
 
Nian Gao di negara asalnya dibuat dari tepung ketan dan dibiarkan hambar, berwarna putih. Bentuknya mirip lontong yang lalu dipotong tipis-tipis dan digoreng bersama udang dan bawang. “Mirip kwetiau goreng,” ucap Aji ‘Chen’ Bromokusumo, SekJen ASPERTINA (Asosiasi Peranakan Tionghoa).

Ditemui di peluncuran menu Chinese New Year milik restoran Lei Lo, Jakarta, ia berujar bahwa kue tahun baru Cina ini melambangkan harapan baru. Harapan ini berlaku untuk hal-hal penting di perjalanan hidup, seperti misalnya bisnis, kesehatan, dan sekolah.

Jauh berbeda, Nian Gao di Indonesia berwarna coklat, tak jauh berbeda dengan dodol Betawi atau jenang kudus. Orang Medan menyebutnya dodol cina. “Karena tren, Nian Gao di Indonesia bisa hadir dengan rasa durian, green tea, atau bahkan vanilla,” sambung Aji 'Chen'.

Nian Gao digunakan sebagai sesaji dalam upacara persembahan kepada leluhur saat tujuh hari menjelang tahun baru Imlek dan pada malam menjelang tahun baru Imlek. Karena ini, Nian Gao biasanya tidak dimakan hingga hari Cap Go Meh, atau malam ke-15 setelah tahun baru Imlek. (f)
 
 
Baca juga: 

Rekomendasi Tempat Makan Yee Shang di Tahun Baru Imlek
Apa arti Lapis Legit di Perayaan Imlek?

 

Trifitria Nuragustina


Topic

#foodstory, #imlek, #tahunbaru, #kuekeranjang