
Foto: Shutterstock
Rupanya mirip, rasanya pun serupa, lalu apa beda shokupan dan roti tawar? Akhir-akhir ini, nama shokupan kerap muncul di lini masa dunia kuliner Indonesia khususnya Jakarta. Nama ini mencuat lantaran tren sandoitchi (yang diambil dari kata sandwich), yaitu roti lapis ala Jepang.
Penampilan sandoitchi memang menarik perhatian. Berkesan beda dengan sandwich gaya Barat. Baik versi manis dengan buah-buahan atau dengan isi sayur beserta ham, ada kesan imut dan atau sophisticated dalam tampilannya. Sehingga membuat roti lapis ini menarik untuk difoto dan dipamerkan di media sosial.
Untuk membuat sandoitchi, masyarakat Jepang lazim menggunakan shokupan. Jika mencarinya di google, shokupan dideskripsikan sebagai Japanese milk bread yang terdengar keren. Padahal, shokupan tidak ada bedanya dengan roti tawar yang biasa kita konsumsi.
Kata shokupan diambil dari kata shoku yang berarti makan, dan kata pan yang berarti roti. Jika digabungkan, arti shokupan menjadi roti untuk makan. Masyarakat Jepang memang memiliki kecintaan terhadap roti. Sudah menjadi khas orang Jepang, jika mereka sudah suka, maka mereka akan membuatnya dengan dedikasi yang tidak main-main.
Layaknya di Indonesia, shokupan bisa dibeli di supermarket dan toko roti, seperti kita membeli roti tawar. Namun, di Jepang, roti tawar yang dijual di kombini (convenience store / mini market) tidak dijual 1 loaf deperti roti tawar di supermarket Indonesia. Mereka dijual dengan berbagai pilihan jumlah lembaran roti tawar. Ada yang 3 potong, 5 potong, dan 8 potong. “Tebal potongannya juga berbeda. Yang 3 slice biasanya lebih tebal,” ujar Atik Wulandari, staf KBRI Tokyo. Atik juga mengaku bahwa roti di Jepang enak-enak, bahkan hanya sepotong shokupan yang dibeli di kombini. Anak-anaknya kerap mengonsumsi shokupan begitu saja.
Lain jika berbicara tentang shokupan yang dijual di toko roti. Tiap toko roti memiliki resep dan teknik masing-masing dalam membuat mengolah adonan roti, bahkan hanya untuk seloyang shokupan. Umumnya, shokupan dibuat dengan menggunakan metode yudane yang juga dikenal dengan teknik tang zhong atau water roux. Kebiasaan makan roti dan banyaknya masyarakat Jepang yang ingin mendapatkan roti yang berkualitas, sepertinya menjadi alasan munculnya toko khusus yang hanya menjual shokupan.
Toko roti khusus shokupan Nogami, namanya sering muncul sebagai toko shokupan terbaik di Jepang. Tidak seperti di Indonesia yang menjual roti tawar dengan harga belasan ribu rupiah, 1 loaf shokupan Nogami dijual seharga 432 yen atau sekitar 56.000 rupiah. Walau begitu, setiap toko Nogami kerap membuat antrean panjang dan bahkan untuk membelinya harus memesan terlebih dahulu. Dalam sehari Nogami mampu menjual 20.000 buah shokupan.
Kelebihan shokupan di toko khusus semacam Nogami memang ada pada bahan yang digunakan. Sama-menggunakan terigu, susu, dan mentega, namun kualitas bahan tersebut yang membuat shokupan ini patut diacungi jempol. Layaknya petani Jepang menanam padi, merawat sapi, bahan-bahan ini juga didapat dengan kerja keras para pembuatnya untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
Sekarang di Jakarta, kenapa banyak yang menggunakan kata shokupan? Produk Jepang seringkali diasumsikan dengan produk memiliki kualitas premium atau terbaik, karena itu banyak yang menggunakannya sebagai gimmick penjualan. Jadi, apa beda shokupan dan roti tawar? Tidak ada, mereka sama. (f)
Baca juga:
Nyicip Warteg dan Durian Di Tokyo Bersama Mantan Dubes Masafumi Ishii
Ada Demonya Jumat Ini di Femina, Begini Asal Mula Strawberry Daifuku
Kenapa Sih, Semua Rela Ngantre Buat Croffle?
Topic
#shokupan, #rotitawar, #roti, #jepang