Food Review
SMITH 2.0, Kedai Kopi Yang Sangat Memahami Wanita

5 Feb 2019

S.M.I.T.H 2.0
Jam buka: 07.00 – 10.00 WIB
Jl Gandaria Raya I/ No.92, Jakarta Selatan
(021) 29721099
 
Ditemui di S.M.I.T.H 2.0, Chindy Herlin Marta berbicara tentang kopi begitu antusiasnya, termasuk pengalaman menemani partner bisnis kopinya, Muhammad Aga, bertanding kejuaraan barista di Amsterdam. Di genggamannya, segelas Japanese Fizzy.
 
“Kamu enggak bakal ketemu minuman-minuman kopi kayak gini di gerai Duren Tiga, ha..ha..ha,” ujarnya, tertawa. Ia merujuk ke Coffeesmith di bilangan Duren Tiga, Jakarta Selatan, kedai kopi perdananya bersama Aga dan Rendy Mahesa, tempat bercokolnya fanatis kopi.
 
Ambians Coffeesmith sedikit gelap dan terasa maskulin. Begitu juga racikan kopinya. Di area coffee bar, tamu bisa mengamati proses seduh manual. Dari sini kopi filter bergerilya ke anak-anak muda yang kini sudah banyak yang ‘lulus’ jadi peminum kopi gaek. Perputaran jumlah kopi tidak bisa sebanyak di tempat kebanyakan karena semuanya adalah single-crafted.
 
“Mesin espresso yang nyarinya setengah mati malah jadi kayak pajangan, karena tamu pada pesan manual brew. Tamunya udah canggih-canggih, minta gaya kopi gayanya sendiri. Jika dulu barista berbagi pengetahuan seputar manual brewing, kini sudah hal biasa bila seduhan barista berbalik dikomentari, ha.. ha.. ha,” ujarnya sambil terkekeh.
 
S.M.I.T.H 2.0 kependekan dari Shoot Me In the Head, hasil dari Chindy yang kala itu berangan-angan nama. Minuman segar yang diteguknya, campuran dari tonic water dan kopi berteknik pour-over, tidak berarti bukan minuman berkualitas. Kopi arabikanya merupakan specialty coffee. 
 
Kopi tak semua hitam, begitu pula perbedaan minat di antara peminumnya. S.M.I.T.H 2. di bilangan Gandaria memahami buying behaviour setempat. Ruas jalannya menjadi akses ke berbagai destinasi gaya hidup. Berdiri dua mall keluarga di sekitar, yakni Pondok Indah Mall dan Gandaria City. Sejumlah sekolah bernama besar ada di area ini. Wanita, milenial, dan keluarga, menjadi potret demografi di sini.
 
Cold drinks, mengandung kopi, sirup, atau soda, tak malu-malu hadir sebagai bintang pada daftar menu. Ketiga pemilik adalah perpaduan profesi roaster dan juri kopi. Pada ramuannya, tiada minuman yang manisnya menyebalkan. Tiada pula rasa susu yang mematikan kopi, atau sirup-sirup beraroma artifisial. Semua racikan harmonis, saling menyatu dengan luwes bak sepasang pedansa waltz. 
 
Dinding dan material bangunan S.M.I.T.H 2.0  terekspos khas Coffeesmith, punya irama baru di sini. Logo tengkoraknya kini genit, dari neon oranye. Beberapa ilustrasi tengkorak juga berwarna pink. Merchandise, dari kaos, enamel pin, dan kopi menemukan pangsa tersendiri, yakni kaum milenial yang senang berdandan dengan aksesori dari kedai favorit, atau tampil genit dengan t-shirt dari kedai kopi kekinian.
 
Sebelum menjemput anak di sekolah, saat arisan, atau sebagai tempat makan besar selepas ngantor, koleksi makanan S.M.I.T.H 2.0 menjawab kebutuhan ini. Untuk ricebowl, sharing snacks, dan dessert, mereka menggandeng seorang mantan koki yang kini adalah coffeepreneur.
 
Kopi di era third-wave tidak perlu kaku, dijauhkan dari kalangan awam yang bisa jadi adalah golongan peminum serius di masa depan. Kopi tumbuh lewat tangan petani tanpa pemikiran menjadikannya produk akhir yang pretensius. Kopi hanya ingin dinikmati. (f)

Baca juga: 
Terbesar di Asia Tenggara, Starbucks Reserve Dewata di Bali Punya Bar Superkeren. Ini 6 Faktanya!
Tip Menulis Kuliner dari Pakar Hiang Marahimin

 

Trifitria Nuragustina


Topic

#cradtedwithdedication, #kulinerjaksel, #coffeeshopjkt, #kopi, #foodreview, #reviewresto