Food Review
Lapo Porsea Meresapi Tradisi dengan Modernisasi

11 Nov 2024



Pernah mendengar tentang kenikmatan masakan Batak? Sedari dulu ingin mencobanya langsung di lapo, namun belum kesampaian?

Bagi yang bukan dari etnis Batak, bersantap di lapo (yang berarti ‘kedai’) adalah pengalaman unik. Ada suasana riuh rendah komunitas Batak yang asyik bersantap B2 panggang, saksang, atau arsik ikan mas, ditemani sayur daun ubi tumbuk. Dari dapur menyeruak aroma kecombrang dan wangi pedas andaliman yang menggugah.

Keriuhan turut disumbang oleh band mini yang memainkan lagu-lagu Batak. Tumpukan kaset-kaset senada dipajang di etalase. Terlalu banyak hal unik yang berkumpul di satu tempat!

Manuk Napinadar dan Hokkaido Scallop. Foto: Dok.Lapo Porsea

Modernisasi tradisi

Warna-warni lapo menginspirasi berdirinya Lapo Porsea di area SCBD, merangkul mereka yang selama ini hanya mendengar cerita tentang lapo.

Patrese Vito digandeng sebagai chef—koki muda di industri masakan Barat skala fine dining. Tidak berdarah Batak, Chef Vito menggambarkan keinginan Lapo Porsea untuk hadir bukan sebagai lapo biasa. Lapo Porsea (‘porsea’ berarti ‘percaya’) adalah restoran dengan pendekatan modern terhadap hidangan Batak.

Langkah baru tidak berhenti di situ. Berada di kawasan padat restoran Korean BBQ, Lapo Porsea terutama mengedepankan menu serba bakar. Pada kategori Wood-Fired Selection, ada Iberico Pork Pluma dan Kagoshima Kurobuta Pork yang diperlakukan layaknya pengolahan babi panggang Batak. Opsi daging sapi di sini variatif dan juga premium. Namun harganya layak untuk pendekatan baru ini. 

Femina menyantap grilled meat (yang dicocol ke sambal rias) menggunakan sumpit, ala Korean BBQ. "Tamu didominasi oleh mereka yang belum familiar dengan masakan Batak dan kaum ekspatriat, termasuk tamu Korea," ujar Chef Vito.

Perpaduan orisinalitas dan inovasi ini disebutnya menciptakan pengalaman baru yang cepat terasa dekat di hati. 

 

Mie Gomak pakai lobster!

Tawaran main course-nya menarik, dimulai dari Manuk Napinadar, Lobster Kanada Bumbu Arsik, hingga Saksang Naso Margota.

Mie Gomak di sini punya skor memuaskan karena diracik berbeda, menggunakan tiger prawn dan lobster Kanada. 

Naniura—sejenis ceviche yang umumnya memakai ikan mas—hadir dalam versi menggunakan ikan hamachi dan ikan mas dari Haranggaol, dibaluri sambal rias, kacang, dan naniura vinaigrette.

Ada Dali Ni Horbo, berupa keju susu kambing (mirip burrata Italia), ditingkahi kesegaran nanas dan dressing honje-kunyit. 

Warga SCBD yang harus makan dengan terburu-buru bisa mencoba Nasi Campur Porsea. Di dalamnya ada lauk seperti Beef Saksang, Ubi Tumbuk, Tasak Telu, Manuk Napinadar, Ikan Arsik, dibarengi kerupuk udang, teri kacang, dan sayur. Juga patut dicoba adalah Kidu-Kidu, sejenis sosis Batak. Sebagai camilan manis, mari mencicipi Ombus-Ombus dan Lapet.

"Setiap suapan dimaksudkan untuk membangkitkan cita rasa khas lapo tradisional," kata Maruarar Sirait, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman RI, dari Kabinet Merah Putih.

Menteri Ara kelahiran Sumatra Utara ini yang mencetuskan ide berdirinya Lapo Porsea. Founder Lapo Porsea lainnya adalah DR. Juniferts Girsang, Daniel Ginting, Dumasi Marisina M. Samosir, Meryl Rouli Saragih, Meilina Siregar, dan Jona Widhagdo Putri. (f)

Baca juga:
Tren Tea Blend di Luar Negeri, Indonesia Sedang Menyusul? 
Menanam Microgreens Bisa Jadi Hobi Baru
Hwangnam-Ppang, Kue Korea yang Mirip Bakpia Jogja

 


Trifitria Nuragustina


Topic

#kuliner