Fiction
Gado-Gado: Online Dating

28 Jul 2019


Suatu  malam  saya  melihat  profil  seorang  pria  berwajah  Arab. Rupanya,  dia pun  melihat  profil  saya,   kemudian  men-DM  saya.

“Hi…,”  sapanya.

Awalnya  saya  malas  menjawab  DM  dari  pria  Arab. Entah kenapa.    Setelah beberapa lama, akhirnya  saya menjawab juga.   “Hi…  kenapa  dari  semua  fotomu,  saya  tidak  melihat  senyummu?” kata saya, sekenanya. 

Arabic  right?”  tanya  saya.

“No,   Pakistan.  Surabaya,“  jawabnya.

“Apa  yang  kamu  lakukan  di sana?  Bisnis,  kerja,  atau  turis  saja?”.

“Bisnis,“  jawabnya  lagi.

Demikianlah,  percakapan kami  makin  jauh  mengalir. Dari  ceritanya,  dia  seorang  pedagang  batu akik,  yang dibelinya dari   Bangkok,  Cina, Pakistan, juga Indonesia.  Dia  bilang,  bisnis  itu  cukup  menjanjikan  untuknya.  Dia  juga  bilang, dia  pria bercerai   tanpa  anak.  Maksudnya? Ha… ha… ha…  cepat sekali percakapan ini menjurus pada hal pribadi. Obrolan pun berlanjut  ke WhatsApp.

Besoknya  dia  meminta  saya  menemuinya, kebetulan dia ada jadwal ke Jakarta.  Wah, tentu saja  saya  menolaknya. Malu dan merasa terlalu cepat. Saya tidak  mau dianggap gampangan. Dia  tidak  kecewa. Tapi,  dua   hari  kemudian  dia  mengabarkan sedang  dalam  perjalanan  ke  Bangkok.  Sekitar  lebih  dari  seminggu  kemudian  dia  mengabarkan  lagi,  sedang berada di  Pakistan. Laporan terus…. Makin  hari chatting kami pun jadi  makin  intens.  Tidak terasa  tiga bulan berlalu. Dia  mengatakan,  begitu saya  serius, dia pun akan serius, karena dia  yakin saya  wanita  baik . Berbunga-bunga, deh…

Suatu  hari,  di  minggu  awal  bulan  Ramadan,  dia  mengabarkan  akan  datang  ke  Indonesia, untuk  berbelanja batu yang  sudah  dipesannya,  sekalian  ingin  spend  time  dengan  saya.  Sebagai bukti keseriusannya, dia men-tag foto  dari  visa  di  passport &  booking  ticket.  Saya  masih  belum  benar-benar  menganggapnya  serius.

Hingga tiba  hari  H  kedatangannya,  saya  menjemputnya  di  Bandara  Soeta  atas  permintaannya.  Untuk  mencegah  hal  buruk,  dan  atas  saran  mbah  google,  saya  mengajak  kakak saya untuk  menemani. Jantung  saya  berdegup  kencang,  nervous,  sekalipun  sudah  sangat  sering  kami  video  call.  Sebelum   benar-benar saling  berhadapan,  kami  ber-video  call. Dia  memakai kaus  dan  bercelana jeans  biru,  wajahnya dihiasi berewok tipis.. Jantung berdegup kencang! 

Di luar  dugaan,  rasa  canggung  itu ternyata  tak  ada,  ketika  kami  benar-benar saling berhadapan. Kami bersalaman,  dan  semuanya  mengalir  begitu  saja.   Kami  langsung saling  bercerita seperti teman lama. Dia banyak membawa oleh-oleh  untuk saya. 

Setelah  berbuka  puasa  bersama,  saya  mengantarkannya  ke  rumah  kos  yang  saya  sewakan  untuknya.  Esoknya,  saya  kenalkan dia  kepada  keluarga  besar dan dia  langsung  menyatakan niatnya   ingin   serius memperistri saya. Selama  12  hari  bersama, kami beberapa kali berkumpul  dengan  keluarga  besar. Terkadang kencan  berdua  yang kami isi dengan  acara nonton  film,  tarawih (karena saat itu Ramadan),  atau  sekadar  ngopi  sambil  nonton  TV  bersama.  Saya  juga mengantarnya beberapa kali  berbelanja  batu  di  Rawa  Bening,  Jatinegara.  Dia  ternyata sangat  pandai  menawar.  Batu akik  cantik  yang  dihargai  Rp8 juta,  ditawar  hanya  menjadi  kurang  dari  Rp4 juta saja. Batu akik kecil  yang harganya  Rp50.000, ditawar  jadi  Rp15.000 saja. Hebat!

Sekarang  kami  sudah menikah. Kami  mengadakan  pesta  kecil  dilanjutkan bulan  madu  singkat  ke  Bali.  Online dating not bad at all.  Anda mau coba? 

*****

Penulis: Anita Murni - Bekasi 

Kirimkan Gado-Gado Anda maksimal tulisan sepanjang tiga halaman folio, ketik 2 spasi.
Nama tokoh dan tempat kejadian boleh fiktif.
Kirim melalui e-mail: kontak@femina.co.id atau
pos, tuliskan di kiri atas amplop: Gado-Gado

 


Topic

#gado-gado, #fiksi

 


MORE ARTICLE