Fashion Trend
Komunitas Perempuan Berkebaya, Gerakan Mencintai Kebaya Nusantara

19 Aug 2016


Foto: dok. Komunitas Perempuan Berkebaya

Keinginan untuk melestarikan kebudayaan Indonesia ini salah satunya diwujudkan dengan mempopulerkan fashion kebaya. Hal inilah yang dilakukan oleh komunitas Perempuan Berkebaya. Lia Natalia, salah satu inisiator komunitas ini, bercerita, terbentuknya komunitas ini berawal dari keprihatinannya. Setiap kali dirinya bersama beberapa temannya mengenakan kebaya dan kain, pastilah disangka wanita Bali. “Padahal, kebaya adalah busana khas wanita Indonesia, bukan hanya Bali saja,” tutur wanita yang berprofesi sebagai jurnalis lepas ini.

Lia dan beberapa temannya pun semakin terpacu untuk lebih sering mengenakan busana di berbagai kesempatan. Setiap kali mereka saling bertemu, pastilah janjian dresscode-nya adalah kebaya. Lama kelamaan, tak hanya pertemuan di kota saja, saat mereka traveling pun, kebaya menjadi busana favoritnya. “Tahun 2014, saya dan teman-teman mengikuti Festival Dieng. Pakai kain dan kebaya seharian, ternyata rasanya biasa-biasa saja. Tidak ribet seperti yang dibayangkan,” tuturnya.

Di lain waktu, Lia mendaki gunung. Setelah tiba di puncak, ia dan teman-temannya berganti baju kebaya. Mereka pun mengenakan kebaya untuk turun gunung. “Eh, ternyata bisa juga pakai kebaya untuk tracking. Toh, nenek-nenek dulu, naik turun gunung mengenakan kebaya juga sudah biasa. Orang sekarang saja yang salah kaprah.  Dianggapnya hari gini pakai kain ke mana-mana ribet.  Belum lagi harus konde. Sebetulnya, zaman dulu pun, dandanan rambut berkonde hanya untuk momen tertentu saja. Bukan untuk dandanan hari-hari,” ujar Lia.

Sejak itulah, Lia pun bertekad untuk mengenakan kebaya untuk kesehariannya. Konsistensinya ini diikuti oleh beberapa temannya. “Karena sering berfoto bareng, kemana-mana dengan kain dan kebaya, akhirnya kami pun sepakat membentuk wadah, pada Desemer 2014,” tutur Lia, tentang cikal bakal Komunitas ini.

Menurut Lia, kebaya adalah busana khas yang dikenakan mayoritas wanita Indonesia. “Kami ingin melestarikan budaya Indonesia lewat busana tradisional, jalan masuknya lewat kebaya,” jelas Lia, yang mengatakan, kebaya sendiri bisa dipadu padankan dengan aneka kain nusantara, seperti songket, ikat, tenun, sasirangan, dan sebagainya.

Selain mempopulerkan kebaya, Lia juga berharap, keberadaan komunitasnya ini akan membuat orang makin mencintai kain nusantara, sehingga industri kerajinan kain juga bisa terus hidup. “Selama ini, orang cenderung lebih menyukai fashion dari luar. Entah itu dari Korea, Jepang, Arab, Eropa, apa pun yang berasal dari luar. Jangan kaget jika suatu saat generasi mendatang tak lagi kenal budaya sendiri,” kata Lia, menyayangkan.

Dari pengalamannya mengenakan kain untuk setiap kesempatan sehari-hari, Lia merasa nyaman mengenakan kebaya. “Saya merasa dengan kain yang saya kenakan, saya jadi menghormati diri sendiri dan menghormati orang lain yang saya temui, apa pun levelnya. Orang yang pakai kain dan kebaya itu pasti terlihat rapi,” kisahnya.

Sejak awal berdiri hingga sekarang, komunitas yang anggotanya berasal dari berbagai latar belakang dan profesi ini sudah berkembang ke-7 kota. Selain Jakarta, juga sudah terbentuk Komunitas Perempuan Berkebaya Jogja, Bogor, Banten, Bali, Bandung, dan Tangerang.

“Lewat komunitas ini, kami saling belajar tentang sejarah, budaya, dan pemberdayaan wanita,” tutur Lia, yang mengatakan, beberapa kegiatan yang sudah pernah mereka lakukan antara lain, workshop membatik, mewarnai kain, diskusi HIV/AIDS, kunjungan ke Keraton Surakarta, dan banyak lagi lainnya.

Tertarik bergabung?
Facebook : Perempuan Berkebaya
Instagram :Perempuan Berkebaya