Family
Kehebohan Sarah Moerad Mengasuh Si Kembar

28 Apr 2017


Foto: 123RF, Dok. Pribadi

Memiliki anak kembar kelihatannya memang menyenangkan. Tingkah polah mereka yang lucu menggemaskan membuat suasana rumah tak pernah sepi. Namun, di balik segala keseruan, ternyata mengasuh dan mendidik anak kembar bukan perkara mudah. Betapa tidak, mengasuh satu anak saja sudah repot, apalagi dua atau tiga anak sekaligus? Dobel serunya, dobel juga repotnya. Berikut ini cerita sahabat femina: Sarah Moerad (41)

Sarah Moerad, 41, Karyawan Swasta
Memahami Perbedaan Karakter
Memiliki anak kembar tak pernah terlintas di benak kami. Maka, ketika tahu bahwa dalam rahim saya ada tiga benih kecil yang tumbuh, perasaan saya jadi tak menentu. Antara senang dan bingung, serta memikirkan bagaimana merawatnya nanti. Saya bolak-balik bertanya kepada suami, Rino Oestara (50), “Apakah kita sanggup punya tiga anak sekaligus?” Suami menenangkan saya bahwa kami bisa merawat si triplet.

Kekhawatiran saya terbukti. Ketika si triplet lahir, saya mengalami sindrom baby blues. Saya stres karena tak bisa memegang mereka sekaligus. Yang satu nangis, lainnya ikut nangis. Saat malam, yang satu bangun, saudara lainnya ikut bangun. Begitu juga ketika sakit, semuanya gantian sakit.

Punya anak kembar tiga otomatis perhatian kami mudah terpecah. Berbeda ketika mengurus kakaknya, Andira Radinka (16), saat kami masih bisa memberikan perhatian penuh. Kadang-kadang ini juga memicu stres kami.

Saat mereka masih bayi, saya dibantu tiga babysitter. Namun, tanggung jawab tetap pada saya. Agar di rumah selalu ada asisten rumah tangga, saya biasanya meminta mereka untuk tidak pulang bersamaan. Sekarang, karena anak-anak sudah cukup besar, kerepotannya sudah jauh berkurang. Jadi, cukup dua asisten rumah tangga yang menjaga. Makin besar, anak-anak juga makin mandiri, jadi sebenarnya sudah tidak terlalu repot. Mereka juga lebih kooperatif, tidak banyak tuntutan.

Tiga anak, tiga kepribadian berbeda. Cara meng-handle mereka juga berlainan. Alessia Rei (10), anak perempuan, paling mandiri dan senang dandan. Ia sedang dalam fase mengeksplorasi dirinya. Aleandra Oestara (10), anak laki-laki, jail dan paling cerewet di antara yang lain, sementara Adriano Oestara (10), laki-laki, karakternya lebih pendiam, tapi sebenarnya paling jail di antara saudara kembarnya yang lain.

Kendati kembar tiga, tak sulit membedakan mereka karena karakter wajahnya berbeda. Saya selalu berusaha bersikap adil kepada mereka dan tak pilih kasih. Salah satu caranya dengan memenuhi permintaan mereka secara bergantian. Yang sering menjadi pemicu pertengkaran biasanya karena rebutan perhatian.

Ketika  mulai besar, saya  membiarkan mereka memilih barang yang mereka suka dan berusaha mendengarkan pendapat mereka, meskipun terkadang berbeda dengan keinginan saya. Seperti sekarang ini, saya ingin mereka tinggal di Jakarta, karena saya sering bolak-balik Jakarta Singapura. Tapi mereka tak mau dan lebih memilih tinggal di Singapura bersama asisten rumah tangga.  

Penting bagi orang tua anak kembar untuk tidak membedakan mereka, dan membandingkan siapa yang lebih tampan atau lebih pintar. Tapi, bukan berarti bersikap adil harus selalu sama, karena tiap anak memiliki perilaku dan kepribadian yang berbeda. Ada anak yang bisa diberi pengertian dengan lembut, ada juga sebaliknya yang harus dengan ketegasan untuk mengerti apa yang orang tua inginkan. Mengatasi anak yang peka dan sensitif tentunya berbeda dengan anak yang lebih terbuka. Ini soal mengerti karakter tiap anak yang berbeda-beda.(f)
 


Topic

#anakkembar