
Foto: Pexels
Setelah skenario lockdown yang di Indonesia dikenal dengan istilah PSBB, COVID-19 menghadirkan kondisi baru yang disebut new normal, atau situasi normal baru bagi banyak orang, termasuk di dalam keluarga. Kondisi ini mengjatuskan kita untuk siap beradaptasi dan mempelajari hal baru bersama-sama.
Najeela Shihab, tokoh pendidik sekaligus pendiri Keluarga Kita mengungkapkan beberapa kondisi new normal yang paling dirasakan banyak orang. Pertama, perhatian akan sanitasi. “Sebelum pandemi pun kita tahu bahwa cuci tangan, menjaga kesehatan, memperhatikan keselamatan orang lain adalah hal yang harus dilakukan. Tetapi hal ini jarang jadi perhatian. Sekarang sanitasi adalah sesuatu yang harus konsisten dipraktekkan,” jelasnya.
Kedua, belajar dan bekerja dari rumah. Aktivitas ini tentunya sesuatu yang menjadi tantangan bagi tiap anggota keluarga. “Saya tahu sudah banyak anak-anak yang ingin bertemu teman sekolah. Begitupun para orang tua, ingin bisa kembali antar anak ke sekolah dan bekerja di kantor,” katanya. Ketika nanti sekolah ataupun kantor kembali dibuka, bukan berarti kondisi akan kembali sama dengan keadaan sebelum pandemi. Pasti ada kebiasaan yang berubah di sekolah maupun di kantor. “Kita harus manage ekspektasi kita,” kata Najeela.
Namun demikian, Najeela justru memandang bahwa pandemi ini memberikan hikmah positif bagi keluarga. Krisis COVID-19 mengajarkan kesadaran bahwa sesuatu yang dilakukan oleh seseorang akan berpengaruh pada satu komunitas. Tanggung jawab seseorang untuk memakai masker, mencuci tangan, atau tidak mudik misalya berpengaruh terhadap pemutusan mata rantai COVID-19. Hal ini bisa menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai empati dan peduli pada anak-anak.
“Kita jarang sadar bahwa individual action berdampak pada masyarakat. Jadi saat anak-anak tanya kenapa mereka tak boleh berangkat ke sekolah, bermain di luar, dan menghentikan semua kegiatan menyenangkan di luar, inilah saatnya kita untuk mengajarkan pentingnya kesadaran individu karena kita adalah bagian dari lingkungan sosial,” jelasnya.
Di sisi lain, pandemi mengajarkan kita akan optimisme. Bagi Najeela, inilah saat yang tepat untuk menanamkan bahwa ketidakpastian tidak perlu ditanggapi dengan rasa takut. “Kita selalu punya pilihan apakah ketidakpastian ini dihadapi dengan optimisme atau pesimisme. Saya berharap orang tua bisa jadi teladan bagi anak-anak. Kalau kita saja mengeluh dan marah-marah menghadapi krisis ini, bagaimana perasaan anak kita,” pungkas Najeela. (f)
BACA JUGA:
Tip Efektif Melakukan Video Call untuk Silaturahmi Virtual
Ini Hal yang Tidak Cukup Diajarkan pada Anak-Anak Zaman Sekarang
5 Hal Perlu Diperhatikan Jika Sekolah Aktif Kembali
Topic
#thenewnormal, #normalbaru, #corona, #karakteranak