Celebrity
Hatna Danarda, Membuang Ego Saat Mengurus Keluarga

7 May 2017


Foto: Dok. Pribadi

Selama ini saya, Hatna Danarda (28), tidak pernah diajarkan bagaimana menemani istri melahirkan. Kerabat dan teman-teman hanya bilang saya tidak boleh ini, tidak boleh itu, yang bukannya membuat saya tenang, malah makin  pusing. Karena itu, saya tak akan lupa saat-saat menegangkan menunggu Tantri (27) melahirkan. Soalnya, prosesnya cukup panjang dan tidak mudah.
Tantri semula ingin melahirkan secara normal. Tapi, setelah menunggu 24 jam dan beberapa kali diinduksi, akhirnya diputuskan dilakukan operasi caesar. Tak tergambarkan bagaimana perasaan lega saya ketika akhirnya mendengar tangisan pertama Karanada Medina Tanarda (Kara) pada 23 April 2016 lalu. Saya sampai ikut menangis.

Namanya juga orang tua baru, kami masih sama-sama kagok di saat-saat awal, makanya kami banyak bertanya kepada orang tua kami. Meski saya anak  laki-laki satu-satunya dan bungsu dari tiga bersaudara di rumah, tidak membuat saya manja saat jadi kepala keluarga.

Walau awalnya kagok, saya terampil menggantikan popok, menyiapkan ASI, begadang, dan menenangkan Kara yang terbangun di tengah malam. Ternyata, bisa dibilang saya lebih sabar dan tenang daripada Tantri. Sejak awal saya bertekad untuk  ikut terlibat dalam mengurus Kara dan tidak memakai jasa babysitter. Kami ingin mengurus Kara sendiri, karena dia enggak akan bisa kecil lagi, jadi sayang sekali melewatkan momen tersebut.

Punya anak membawa perubahan pada hidup saya, dari kebiasaan yang kecil, seperti waktu tidur. Ini bukan masalah berarti karena sejak memutuskan menikah, saya sudah berkomitmen pada diri sendiri bahwa saya harus siap menerima segala perubahan, termasuk dalam urusan pekerjaan. Karena saya dan Tantri sama-sama anak band dan sering manggung di luar kota, kami memutuskan untuk berada di satu payung manajemen. Dengan begitu, manajemen bisa lebih mudah mengatur jadwal kerja kami.

Kami mengusahakan salah satu dari kami selalu ada untuk anak. Kalau saya manggung, biasanya istri di rumah mengurus Kara. Begitu juga ketika istri manggung, giliran saya yang di rumah menjaga anak. Tapi, kalau kami berdua  terpaksa harus manggung, anak kami diasuh oleh eyang uti-nya, yang kasih sayangnya tidak usah diragukan lagi.

Saat libur dari pekerjaan, saya habiskan waktu dengan bermain bersama anak istri, menertawakan hal-hal kecil di sudut kamar. Bagi saya, hal itu sudah mewah. Saya juga terbiasa menggendong si kecil dan bermain bersamanya.  Dari situ, terkadang muncul ide untuk membuat lagu. Sudah ada beberapa lagu tentang Kara, tapi belum tahu bakal dirilis atau enggak.
 
Menjadi ayah dan suami tidak ada sekolahnya. Bila saya menemui kesulitan dalam mengasuh si kecil atau menghadapi mood istri yang berubah-ubah, orang terdekat yang saya tanyakan biasanya bapak saya yang saya kenal baik dan sangat sabar. Ketika saya dan istri punya persoalan, saya tidak banyak meminta saran kecuali pada satu dua orang saja, karena seharusnya yang mengenal baik istri kita adalah kita sendiri, bukan orang lain.

Kalau ada silang pendapat, ribut-ribut kecil, mungkin yang diperlukan sebenarnya adalah penyegaran suasana, manajemen rindu, kejutan-kejutan kecil dan tidak perlu terlalu diambil pusing untuk hal-hal yang tidak prinsip. Kalau kepada orang lain saja kita bisa baik, seharusnya kita bisa jauh lebih baik memperlakukan istri sendiri.

Sebagai suami, saya juga belajar untuk membuang ego pribadi, lebih banyak mendengarkan orang lain, dalam hal ini istri. Dan yang penting, tetap menebar senyum dan canda pada istri dan anak, meski saat itu mungkin saya sudah lelah dan sedang sakit. Namun, di sisi lain, seorang ayah juga membutuhkan penyegaran.

Banyak yang tidak menyadari bahwa kebosanan dan rutinitas membuat lelah. Letupan-letupan emosi seharusnya bisa disalurkan ke hal-hal lain, seperti hobi atau olahraga. Jadi, mempunyai anak tidak berarti hidup kita jadi terkungkung, tidak leluasa bergerak. Keduanya bisa berjalan beriringan. Waktu untuk diri sendiri, seperti ngumpul bersama teman, bisa, kok, disiasati waktunya, yang penting  pandai mengatur waktu saja, atau mengajak anak istri saat bertemu teman-teman. (f)

Baca juga:
Skenario Pernikahan Tantri Kotak
Pengorbanan Tantri Kotak


 


Topic

#hotdaddy