
Chantelle kecil lahir dari seorang ibu tunggal yang berprofesi sebagai penata rambut di Toronto, Kanada. Hidupnya seketika berubah di usia 4 tahun, ketika bercak putih pada perutnya didiagnosis sebagai vitiligo. Kondisi ini diduga terjadi karena sistem kekebalan tubuh manusia yang mengenali pigmen kulit di area tertentu sebagai musuh, sehingga menyebabkan depigmentasi. Area kulit tanpa pigmen ini akan berubah warna menjadi putih.
Seiring waktu, bercak putih terus bermunculan dan meluas di bagian tubuh lain, termasuk wajahnya. “Saya merasa direndahkan, bahkan oleh orang yang tidak bermaksud merendahkan saya. Saat akan berfoto keluarga, ibu saya memakaikan riasan untuk menggelapkan bercak putih pada kulit saya. Saya tahu Ibu ingin membuat saya merasa nyaman. Sebaliknya, saya justru merasa makin tidak nyaman. Seperti ada yang selalu perlu diperbaiki dari tubuh saya,” ia mengungkap masa lalunya dalam sebuah presentasi TEDx Teen, November 2014 lalu.
Di luar pendidikan formal, Chantelle pernah belajar balet, jurnalistik, dan piano seperti banyak anak lain. Namun, kehidupan sosialnya sungguh membuat Chantelle kehilangan kepercayaan diri, bahkan pernah berpikir mengakhiri hidup. Chantelle masih ingat, di usia 13 tahun, saat ia memasuki ruang auditorium sekolah, seketika terdengar teriakan panjang, “Moo! Moooooo!” Banyak orang di sekitar memanggilnya ‘sapi’, ‘zebra’, atau ‘cheetah’, bahkan melakukan kekerasan fisik terhadapnya. Kondisi ini membuatnya kerap berpindah sekolah, berharap menemukan lingkungan dan teman yang benar-benar bisa menerimanya.
Jauh sebelumnya, di kelas dua sekolah dasar, Chantelle pernah menemukan dua teman yang menerimanya dan dapat bermain akrab. Namun, suatu hari mendadak mereka tidak lagi menyapa dan benar-benar menghindari Chantelle. Alangkah terpukulnya Chantelle ketika ia mendapat jawaban dari kedua teman yang telah dipercayainya itu, “Maaf, orang tua kami melarang kami berteman lagi denganmu karena khawatir kami tertular penyakit kulitmu.”
Di usia yang masih sangat muda, Chantelle berusaha mencoba memahami mengapa kondisi fisik yang sebenarnya tidak membahayakan siapa pun membuatnya nyaris tak punya teman. Situasi terus memburuk dan olok-olokan makin menjadi-jadi hingga ia remaja. (f)
Topic
#mentalmerdeka