
Sejauh mana wanita berani unjuk diri di ranah karier? Hasil penelitian Badan Pusat Statistik (Februari, 2017) menunjukkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pekerja wanita telah meningkat sebesar 2,33%. Jika pada tahun 2016 partisipasi wanita di lingkungan pekerjaan hanya 52.71%, tahun ini angka tersebut merangkak naik menjadi 55,04%.
Di sisi lain, riset Grant Thornton (2017) dengan bangga menunjukkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki peningkatan terbaik jumlah pekerja wanita yang menduduki posisi senior di perusahaan, dengan dari 24% (2016) menjadi 28% (2017). Ini juga menggambarkan bahwa negara berkembang terus memimpin dalam keterbukaan terhadap keberagaman di perusahaan dibandingkan negara-negara maju.
Meski demikian, ternyata masalah klasik soal pertumbuhan representasi wanita di jenjang karier yang lebih tinggi masih belum berubah. Penelitian Women in Workplace 2017 dari McKinsey menunjukkan meski jumlah pekerja wanita di entry level bertambah, mereka tak lantas bertahan hingga ke posisi puncak.
Meski angka pekerja wanita di entry level mencapai 48%, di posisi manager berkurang menjadi 37%, semakin berkurang di posisi senior manager/director menjadi 35%. Angka ini kian menciut di posisi vice president dengan angka 29% dan hanya 22% di posisi senior vice president.

Foto: Dok. Shell Indonesia Women's Network
Di lingkungan kerja perusahaan minyak dan gas internasional yang didominasi oleh pekerja pria, pekerja wanita didukung penuh agar mengembangkan potensi dalam lingkungan pekerjaan.
“Kadang tantangan yang terberat adalah mengalahkan rasa tidak percaya diri, self-doubt, ‘apakah saya bekerja cukup baik?’ yang datang dari diri sendiri. Penting untuk menyingkirkan kekhawatiran itu, dan lakukan saja pekerjaan Anda dengan percaya diri,” saran Ginong Pratidina Hermawati, VP Indirect Channel Excellence Lubricants, Shell Indonesia dalam talkshow Be the Voice in the Room pada Rabu (15/11), di Jakarta
Pekerja wanita juga didorong untuk berani bicara secara lantang agar suaranya didengar. "Penting bagi pekerja wanita untuk memiliki sikap ‘just-do-it’ dan ‘saya bisa’ pada pekerjaan apa pun,” tutur Donna Priadi, Director Government Affairs & Policy, GE Indonesia.
Meski demikian, menurut Wahyu Wardani, HR Manager Production Group Far East and Australia, Schlumberger , Indonesia, tidak semua lingkungan kerja yang didominasi pria adalah lingkungan pekerjaan yang buruk, karena terkadang mereka justru berusaha membantu para pekerja wanita untuk berdaya.
“Agar setara dengan pria, tak harus membuat kita menjadi seperti mereka. Jadi diri sendiri dan berani menyampaikan pendapat, jadi orang akan mengingat Anda,” tambah Wahyu.
Agar diingat, suara wanita tak selalu harus menjadi suara yang paling keras disampaikan. “Anda bisa menemukan cara versi sendiri yang efektif dalam menyampaikan pesan agar orang-orang di pekerjaan Anda mendengarkannya. Sebelumnya, pastikan untuk menguasai bidang yang Anda kerjakan dengan baik,” tegas Regine Pang, HR Director Asia Pacific CIS Africa Middle East Distribution Service, Caterpillar Indonesia. (f)
Baca Juga :
Cara Melawan Diskriminasi Karena Penampilan di Lingkungan Kerja
Lahan Karier Subur untuk Wanita di Industri Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika (STEM)
Ini Tantangan Jadi Bos di Kantor Baru
Topic
#TipKarier