Career
3 Hal Penting ini Menarik Dicoba dalam Berbisnis Tahun 2025 Nanti

9 Dec 2024

Para pebisnis, bersiaplah untuk tantangan tahun 2025! Foto ilustrasi: Pexels/Cottonbro Studio

Di tahun 2025, dunia usaha diprediksi akan penuh tantangan dan gejolak. Banyak hal yang sedang terjadi di dalam dan luar negeri, berdampak pada perekonomian domestik dan bisnis secara keseluruhan.

"Saat ini ekonomi sedang tidak stabil dengan adanya perang di Ukraina dan Palestina. Dan kita juga baru saja memilih presiden baru yang akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan barunya juga. Sementara rupiah saat ini sedang terdepresiasi dan inflasi sedang melambat sehingga daya beli masyarakat pun diprediksi akan terus menurun hingga tahun depan," ungkap Fati Ramadhanti, MBusEc., Kepala Program Studi juga Dosen S1 Ekonomi Bisnis Universitas Prasetiya Mulya saat menjadi pembicara dalam acara Founders' Meet Up bertajuk Tren Bisnis 2025: Bikin Usahamu Naik Kelas yang diselenggarakan Akademi Femina dan Wanita Wirausaha Femina didukung oleh BRI, beberapa waktu lalu.

Penyesuaian produk dengan lanskap ekonomi serta perilaku konsumen

Ada dua faktor penting yang sebaiknya tetap dipegang oleh para pelaku bisnis. Menurut Fati, kedua hal penting tersebut adalah lanskap ekonomi dan perilaku konsumen yang harus dikuasai para pebisnis.

"Secara lanskap ekonomi, target pasar terbesar saat ini masih ada pada Gen Z, walaupun proporsi Milenial dan Gen X juga cukup besar. Gen Z yang merupakan konsumen kita di masa depan memiliki karakter yang menyukai pemasaran secara digital dan pengalaman unik terhadap produk," ungkap Fati. 

Selain sasaran pemasaran yang harus dipahami, pebisnis harus paham bahwa pada tahun depan, mayoritas pasar akan lebih banyak pada masyarakat dengan status ekonomi sosial (SES) kelas B dan C dengan tingkat pengeluaran rumah tangga sekitar Rp1,5 juta hingga Rp5 juta per bulan. Kondisi ini harus disikapi secara bijak terutama oleh pebisnis startup yang ingin tetap bertahan usaha dalam kondisi ekonomi yang kurang stabil.

Fati juga menambahkan, bagi pebisnis yang sudah telanjur memulai usaha dengan produk untuk SES A tidak perlu berkecil hati. Masih ada strategi yang bisa dilakukan dengan pasar yang kurang stabil tersebut, yakni dengan membuat budget-friendly package atau paket lebih terjangkau dengan kemasan yang lebih affordable namun dapat dibeli dalam jumlah banyak. 

Peluang di sektor hijau dan dilema greenwashing

Tantangan pada tahun depan juga akan terjadi akibat investor yang masih menunggu positioning perekonomian serta animo kebijakan pemerintah. Kabar baiknya, peluang investasi dari luar negeri masih akan banyak masuk ke Indonesia khususnya pada sektor hijau.

"Secara global, sektor hijau ini sedang meningkat dari segi pemasaran. Dan semua orang percaya, sektor hijau adalah the future business," ungkap Fati, menjelaskan mengapa investasi sektor hijau akan tetap banyak masuk ke Indonesia dalam tahun depan. 

Namun Fati mengingatkan para pengusaha agar tidak terjebak greenwashing atau over claim produk berkontribusi terhadap lingkungan. "Konsumen sekarang itu kritis. Jika konsumen tahu kita melakukan greenwashing, ini dapat menurunkan reputasi produk dan juga usaha," pesannya.

Nindya Putri, pemilik Dade Craft, produk olahan kain perca asal Jakarta yang hadir, mengaku merasa khawatir dengan greenwashing ini. Ia cukup dilematis karena meski menggunakan bahan utama kain perca yang sudah tidak terpakai, ia tetap memerlukan bahan-bahan baru untuk meningkatkan daya jual produknya. 

"Kuncinya ada pada komunikasi dan transparansi usaha kepada konsumen. Karena bisnis hijau bukan hanya soal menghadirkan produk, tapi juga harus ada bagian untuk mengedukasi pasar," ujar Fati, mengingatkan para pebisnis sektor hijau untuk tetap mengomunikasikan produknya yang membawa kebaikan terhadap lingkungan, walaupun memiliki limitasi ketika tidak mampu 100% berbahan baku limbah.

Masih menurut Fati, transparansi ini sangat penting dilakukan untuk menghindari miskomunikasi yang dapat memicu kritik merugikan bahkan tuduhan greenwashing terhadap bisnis. 

"Ketika dipandang greenwashing oleh orang lain, coba cek lagi kebenarannya. Jangan lupa juga untuk berterima kasih dan meminta maaf karena faktor ketidaktahuan. Lalu setelahnya, segera perbaiki klaim maupun produk yang dimiliki," saran Fati kepada para pengusaha agar terhindar dari ranah greenwashing.
 
Fati Ramadhanti, MBusEc., Kepala Program Studi dan Dosen S1 Ekonomi Bisnis Universitas Prasetiya Muly, dan Kimberly Nasri, Co-Founder ELMER Soap, Perfumery & Gift, dua narasumber di acara Founders' Meet Up yang diselenggarakan Akademi Femina dan BRI di Wyl's Kitchen, Veranda Hotel Jakarta. Foto: Ardi Arham

Pertimbangkan kontinuitas produk dan model transaksi bisnis

Tantangan lain yang harus dihadapi pengusaha bukan hanya untuk tahun ke depan saja namun juga keberlanjutan usaha selanjutnya, salah satunya adalah efisiensi usaha. Fati mengingatkan para pengusaha soal pertimbangan beban biaya produksi dan strategi merawat pasar.

"Kita perlu me-review kembali produk-produk yang sudah dipasarkan," ujar Fati menjelaskan pentingnya mengeliminasi produk-produk yang kurang memberikan keuntungan ataupun mendatangkan revenue sangat tipis. Pentingnya perampingan usaha ini juga berkontribusi terhadap fokus usaha, sehingga kesempatan memperkuat core value bisa jauh lebih baik lagi. 

"Ingat, ketika core value kita jelas, walaupun ekonomi sedang kurang stabil, orang akan mencari produk yang diingat," Fati menegaskan.

Pertanyaan menarik datang dari Wiwin Nospitalia pemilik West Java Mahakaya. Wiwin, yang awalnya membangun usaha bath salt dan body scrub berbahan garam epsom demi membantu petani garam, mengaku merasakan penurunan minat konsumen.

"Bagaimana cara membidik niche market terutama dalam tiga bulan pertawa awal tahun yang biasanya akan melambat? Apakah saya harus masuk ke segmen lainnya?" tanya Wiwin, yang mengaku selama ini menjalankan model transaksi bisnis BtoB dengan memasarkan produk kepada para pemilik salon dan spa.

Fati menjelaskan bahwa prediksi dalam tahun depan, pembeli dari niche market berpotensi menjadi lebih pemilih karena ketidakpastian ekonomi.

"Kemungkinan besar dibutuhkan produk baru dengan pasar yang ada sekarang. Jika bisnis saat ini BtoB, mungkin bisa diteliti lagi apakah butuh pasar lain, misalnya, BtoC yang masih membutuhkan produk yang diproduksi Bu Wiwin," ujar Fati, sambil menyarankan pengusaha membedakan produk dari yang dijual secara BtoB dengan BtoC, misalnya, menawarkan produk baru dari bahan baku yang sudah ada.
 
Melihat semua prediksi tantangan usaha di tahun depan, Fati memberikan pesan penutup presentasinya. "Tahun 2025 adalah kesempatan baru untuk berinovasi dan berkolaborasi demi menciptakan solusi yang relevan untuk masa depan. Tetap semangat dan ciptakan peluang lebih baik." (f)

Baca juga:
Akademi Femina dan BRI Bagikan Tip Bikin Usaha Naik Kelas di Tahun 2025
Unggul di Dimensi Data dan Kolaborasi, BRI Raih Penghargaan di Digital Banking Awards 2024
Percaya Diri Jadi Pemimpin Perempuan yang Tangguh dan Inspiratif

 

Laili Damayanti


Topic

#PrediksiBisnis2025, #StrategiBisnis2025, #UMKM