
Foto: Dok. Good Design Indonesia
Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan para juri kompetisi Good Design Indonesia (GDI) telah memilih 20 produk yang akan dibawa ke pentas Good Design Award di Jepang untuk memperebutkan predikat G-Mark. Ke-20 pemenang ini juga masih harus bersaing untuk merebut posisi GDI of The Year.
Proses penjurian tahap II berlangsung pada 7—10 Juni 2021 secara hibrida di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI) Kemendag. Pada tahap II penjurian ini, sebanyak 296 produk dari 19 kategori mengikuti proses penjurian dengan metode berbasis data digital. Selain menetapkan 20 produk peraih predikat GDI Best, juri juga telah menetapkan 32 produk yang berhak mendapatkan predikat GDI. Penghargaan GDI sendiri terbagi menjadi 3 predikat pemenang, yaitu GDI, GDI Best, dan GDI of The Year.
Menurut Mira Prihartini, CEO and Creative Director Mira and Associates yang juga Ketua Juri GDI 2021, untuk produk yang terpilih dalam kategori GDI Best selanjutnya akan diikutsertakan dalam ajang Good Design Award yang diselenggarakan oleh Japan Institute of Design Promotion, Jepang. “Mereka akan bersaing dengan peserta dari berbagai negara,” jelasnya pada Femina.
Ajang Good Design Award ini, menurut Mira, akan menjadi panggung bagi Indonesia untuk mempromosikan produk-produk karya anak Bangsa pada masyarakat internasional. “Jadi bukan sekedar untuk mengikuti kompetisi tapi juga sebagai ajang mempromosikan kepada pasar internasional bahwa Indonesia mampu menghasilkan produk-produk ekspor yang kreatif dan inovatif,” jelas Mira.
Menurut Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kemendag, Didi Sumedi, GDI merupakan salah satu upaya Kemendag untuk mendorong peningkatan ekspor di Indonesia. Pemenang ajang penghargaan GDI akan mendapatkan fasilitas berupa peluang bisnis, pasar ekspor, informasi, serta kesempatan berpromosi dan membangun kerja sama dagang dengan sejumlah pembeli lokal maupun global.
“Sebagai bentuk apresiasi, para pemenang GDI of The Year, GDI Best, dan GDI akan diikutsertakan dalam beberapa pameran dan kegiatan penjajakan bisnis (business matching) dengan mitra dagang luar negeri melalui perwakilan dagang Indonesia di luar negeri,” ungkap Didi.
GDI merupakan ajang tingkat nasional yang memberikan banyak peluang kepada karya-karya desain terbaik di Indonesia, baik individu, kelompok, maupun perusahaan. Program ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (DJPEN), Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, sejak 2017.
Tak sekedar menjadi ajang kompetisi desain dan inovasi produk, GDI diproyeksikan sebagai salah satu program pengembangan ekspor produk-produk dalam negeri. Sebagai sebuah ajang promosi bagi produk-produk Indonesia, GDI menawarkan peluang emas bagi para kreator dan inovator produk Indonesia yang ingin agar produknya bisa dipasarkan di luar negeri.
Ruang Komersialisasi
Menurut catatan DJPEN, Kemendag, dalam lima tahun terakhir keiikutsertaan peserta dalam ajang GDI ini terus mengalami peningkatan, baik dari sisi jumlah peserta maupun produk yang dinilai. Pada GDI 2021 jumlah produk yang didaftarkan mencapai 427 produk atau meningkat sekitar 70 persen dari tahun sebelumnya.“Untuk tahun ini, dari sisi industri yang berpartisipasi memang lebih beragam, tidak lagi didominasi oleh industri furnitur dan kriya, tapi juga sudah diikuti oleh industri otomotif hingga arsitektur,” tambah Tuhu Nugraha Dewanto, Internal Advisor Upnormal dan Pingfans yang juga anggota juri GDI 2021. Menurutnya, secara kualitas, produk yang diikutsertakan juga sudah lebih baik.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya GDI lebih banyak diikuti oleh peserta dari kalangan industri skala rumah tangga, di tahun ini sudah banyak diikuti peserta dari kalangan industri skala menengah hingga pabrikan. “Hal ini sangat bagus karena tujuan GDI memang untuk menjadi wajah produk ekspor Indonesia di pasar internasional,” jelas Tuhu.
Namun, lanjutnya, yang masih harus menjadi catatan bagi DJPEN Kemendag adalah, GDI masih belum menjangkau banyak wilayah di Indonesia. Untuk tahun 2021, GDI diikuti oleh peserta dari Jawa, Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). “Masih banyak produk-produk lokal dari wilayah lain yang belum terangkat dalam ajang GDI ini,” kata Tuhu. Menurutnya hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor.
“Pertama, mungkin, karena kurangnya sosialisasi dan promosi tentang GDI ke wilayah-wilayah yang belum terjangkau, sehingga mereka tidak mengetahui adanya informasi mengenai program ini,” jelasnya. Faktor lainnya, tambah Tuhu, adalah adanya pola pikir di pelaku industri lokal yang menganggap program-program seperti ini tidak perlu mereka ikuti.
“Pola pikir yang dimaksud, misalnya, adalah mereka selama ini merasa sudah mampu melakukan ekspor sendiri produk-produk mereka,” kata Tuhu. Ia menambahkan bahwa dalam perdagangan ekspor bukan sekedar membuat produk lalu mengirimkannya ke luar negeri. “Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan agar produk yang diekspor tak sekedar lalu namun juga memiliki nilai ekonomi dan mampu bersaing secara kualitas,” jelasnya.
Pemerintah, dalam hal ini DJPEN Kemendag, kata Tuhu, harus bisa mengedukasi para pelaku industri dalam negeri bahwa GDI memang tidak serta merta meningkatkan penjualan namun bisa membantu membuka pasar ekspor baru bagi mereka sekaligus meningkatkan kualitas produknya.”Mereka mungkin belum mengetahui jika produk-produk yang diikutsertakan dalam kompetisi GDI ini memiliki kesempatan untuk masuk dalam daftar produk ekspor Indonesia yang dipromosikan Kemendag di beberapa negara tujuan,” jelas Tuhu.
GDI ke depannya memang harus membangun sebuah ekosistem yang bisa menjadi wadah komunikasi mereka untuk lebih berkembang. “Sehingga tidak hanya berhenti pada sekedar memberi penghargaan saja seperti lomba-lomba lainnya,” jelas Tuhu.
Hal senada diungkapkan Mira. Menurutnya GDI memang membutuhkan ruang khusus untuk memamerkan produk-produk peserta. “Bukan sekedar ruang pamer tapi ruang yang bisa menjadi sarana komersil agar konsumen bisa melihat dan membelinya, sehingga memang dibutuhkan ruang yang mendekat pada konsumen, seperti mal,” katanya.
Menurut Didi, terdapat dua tujuan utama dalam peningkatan kualitas produk Indonesia, yaitu menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan merambah pasar global. “Selain negara tradisional tujuan ekspor Indonesia, kami juga menyasar negara-negara nontradisional dengan menempatkan produk yang berkualitas baik. Ajang GDI ini diharapkan bisa berkorelasi dengan kemampuan daya saing produk kita di luar negeri,” tutup Didi.
GDI of The Year
Proses penjurian tahap II ini melibatkan tim juri dari berbagai bidang dan disiplin ilmu. Antara lain Sekretaris Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) yang juga pemilik Mira & Associates Mira Prihatini yang merupakan ketua juri, Plt. Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kemendag Marolop Nainggolan; Presiden International Small Business Council (ISBC) Indonesia dan Wakil Ketua Mark Plus Inc. Jacob Silas Mussry; Desainer Industri Barang Elektronik dan Konsumen Dino Fabriant; Pemimpin Redaksi Femina dan Direktur Editorial Prana Group Petty S Fatimah; Direktur DNB Design Works Pradipto Sugondo; Direktur Kreatif PT Parama Bayu Kreasi Paramapandu Soewastomo Soeprapto; konsultan pemasaran digital sekaligus penasihat internal Upnormal Pingfans Tuhu Nugraha Dewanto; serta Co-Founder Arcadia Architect & M Bloc Space Jacob Gatot S.Penjurian tahap II juga dihadiri juri yang direkomendasikan Japan Institute of Design Promotion (JDP) yang juga merupakan CEO Makoto Hashikura Design, yaitu Makoto Hashikura. Turut hadir juri tamu penasihat KADIN Indonesia Business Service Desk Catharina Widjaja.
Selanjutnya, juri akan memilih satu pemenang GDI of The Year. “Pemenangnya dipilih dari 20 pemenang GDI Best,” kata Mira. Pemenang GDI of The Year ini dipilih berdasarkan nilai tertinggi dalam berbagai aspek dan kategori penjurian. “Kemendag akan memilih pemenang GDI of The Year dari sisi produk yang dianggap memiliki prospek nilai jual paling tinggi untuk diekspor dan bisa menginspirasi industri lokal,” katanya.
Daftar Pemenang
Dari 427 produk yang diikutsertakan dalam kompetisi GDI 2021, pihak juri telah menetapkan 32 pemenang kategori GDI dan 20 pemenang kategori GDI Best. Berikut daftarnya:No | Nama Produk | Nama Perusahaan | Nama Desainer |
Peraih Predikat GDI Best | |||
1 | Bintaro Design District | PT. Budi Pradono Architects | Budi Pradono, Andra Matin, Danny Wicaksono, Hermawan Tanzil |
2 | Boana Food Cover | PT. Studio Dapur Nusantara | Mega Puspita, Alain Bunjamin, Maulana Fariduddin |
3 | Bobupot | Green Galeria Indonesia | Anddys Firstanty, ST, MA, GP, IALI |
4 | CITYLINE 3 | CV. Laksana | Kusririn, Luthfan Satya |
5 | CSW - Cakra Selaras Wahana | REKATAMA KONSTRUKSINDO | Patrisius Marvin Dalimartha, IAI; Bennedictus Bagustantyo; Dicky Santosa Tanumihardja |
6 | Ecosavior 45 | PT. Eigerindo Multi Produk Industri | Oki Lutfi |
7 | Foja Dining Chair | PT. Kriya Selaras Internasional | Sita Fitriana |
8 | FORTIS Radix | PT. Pakoakuina | Styling Design & Dev. Team |
9 | Jukung | PT. Karya Dua Anyam | Eugenio Hendro |
10 | KUBIKO | PT. Continental Panjipratama | PT. Continental Panjipratama & PT. Paira Indonesia |
11 | Mekar Coffee Table & Side Table | VIVERE Group | Alvin Tjitrowirjo x VIVERE R&D |
12 | Mizu Lounge Chair & Ottoman | VIVERE Group | Abie Abdillah x VIVERE R&D |
13 | Mukura BYOND | PT. Mujur Kurnia Ampuh (Mukura Ceramics) | Irianto Purnomo Hadi |
14 | PoreBlock | PT. Teknologi Kanggo Nusantara Bagja | M. Rizqi Abdullah; Anisa Azizah; Adi Surya Pradipta |
15 | Rekajalin | PT. Berkat Kriya Tritunggal | BYO Living |
16 | SADA | PT. Bana Andaru Nusantara | Freddy Chrisswantra |
17 | SORA-Caladi | PT. Bana Andaru Nusantara | Freddy Chrisswantra x Franky Isawan |
18 | Spacebar | PT. Katalis Jaya Indonesia | Julian Palapa |
19 | Stanley Marthin Restoration Garage | HGT Architects | Henry Gunawan |
20 | Transport Tractor QT-14E | CV. Karya Hidup Sentosa | Team Designer QUICK |
Peraih Predikat Good Design Indonesia | |||
1 | Agniraga Roaster | PT. Pudak Oriental Indonesia | Jonathan Aditya Lesmana |
2 | AMULAR Home | CV. Kelana Semesta | Yanuar Pratama Firdaus, Gea Sentanu, Azzahra Dartaman |
3 | Bamboo Reusable Cup | Kiwari Bamboe | Yose Andi Komara |
4 | Bandung Road Safety Annual Report | CV. Pikirmikir Design Studio | Andrea Isa |
5 | Cocopot | CV. Mugni Karya Agritek | Acep Hambali Mugni |
6 | CSW – Cakra Selaras Wahana | REKATAMA KONSTRUKSINDO | Patrisius Marvin Dalimartha, IAI; Bennedictus Bagustantyo; Dicky Santosa Tanumihardja |
7 | Instalasi Ilustrasi pada kaca Taman Sejarah Bandung | CV. Pikirmikir Design Studio | Andrea Isa |
8 | Japfa Experience - Chef's Table Private Dining | PT. Axon 90 | Francis Surjaseputra |
9 | Jubilee | PT. Indovickers Furnitama | Indovickers |
10 | Kagara | Kagara | Bismo Prianggara |
11 | Maringrang arts shell plate with teak wood | Maringrang arts | Abdullah |
12 | Masker Elektrik Transparan | Astra Komponen Indonesia | Indra Marhaendra |
13 | Meca 03 | POMATO ASIA | Herman Tantriady |
14 | Milk Carton Tote Bag | KURNIATI | Kurniati Rachel Sugihrehardja |
15 | Naku Stack Stool | PT. Danawa Inti Kayou | Alexandre Alvin Handjojo |
16 | Nelipan | Mario Hendry Muller | Mario Hendry Muller |
17 | Pasih Collection Tea Pot | Jenggala Keramik Bali | Yohanes Arya Duta |
18 | Pelapis Dinding 3 Dimensi | PT. Tujuh Cakra Manunggal | Yori Antar |
19 | Plantae | Gunawan Wibisono | Gunawan wibisono |
20 | plepah container square | PT. Jentera Garda Futura | Almira Fikrani, Maulana Ahmad, Rengkuh Banyu |
21 | plepah food container | PT. Jentera Garda Futura | Rengkuh Banyu Mahandaru dan tim |
22 | RAGA stitchless crossbody | Janédan | Adi Nugroho |
23 | RAJA AMPAT SOFA 2 SEATER | PT. Kriya Selaras Internasional | Sita Fitriana |
24 | Rawhaus | PT. Raesaka Amanah Widyakarya | Rendy Aditya Wachid, Cassandra Sari Damayanti, Dani Hermawan, Herry Hendra Manurung, Imma Anindyta, Davin Chang, Agam Prabowo |
25 | RI-712GA | RINNAI INDONESIA | Agil Salamun |
26 | Sampah Organik Digital (aplikasi) | YUDA SURYASA S.JAERODJI | Anton Priyatna & Yuda Suryasa Sjaerodji |
27 | TENGARA stitchless messenger bag | Janédan | Adi Nugroho |
28 | Tinung Rambu | STEPHANIE OCTORINA SAING | Stephanie Saing, Dr. Eng. |
29 | Traktor Tangan | CV. Karya Hidup Sentosa | Team Designer QUICK |
30 | USMAN (UVC Sterilizer Lantai Masjid yang Aman) | LUMEN TEKNOINDO | Elik Hari Muktafin |
31 | Volare Lounge Chair | Vivere Group | VIVERE x Abie Abdillah |
32 | WENGKU | Santai Desain Jogja (Dennis Pluemer) | Eko Prawoto |
Wiko Rahardjo (Kontributor)
Baca juga:
Produk Semakin Kreatif, Proses Penjurian Good Design Indonesia 2021 Cukup Ketat
Raih Peluang Pasar Global Lewat Ajang Good Design Indonesia 2021
Tren Bisnis Fashion Berkelanjutan, Ini yang Perlu Diperhatikan Pelaku Bisnis
Topic
#gooddesignindonesia, #GDI2021