Foto: Shutterstock.com
Berbagai isu perempuan khususnya dalam masa pemulihan pandemi COVID-19 merupakan isu yang kompleks dan multisektoral. Strategi penyelesaiannya pun tidak bisa dilakukan melalui satu pendekatan atau hanya melibatkan peran pemerintah saja. Dibutuhkan sinergi dan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan untuk bersama-sama memberikan perhatian pada isu-isu perempuan ini.
Termasuk soal bagaimana mendukung perempuan agar berdaya. Dengan jumlah populasi perempuan yang hampir setengah dari total populasi di Indonesia, kontribusi perempuan dan laki-laki haruslah sama agar Indonesia dapat terus berjaya.
Sebagai akibat dari pandemi global ini, Laporan Gender Global 2021 yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF), menyebutkan sebanyak 39% perempuan kehilangan pekerjaan atau penghasilannya selama pandemi.
Seiring terjadinya pemulihan secara bertahap menuju kondisi pascapandemi, diharapkan perempuan Indonesia termasuk mereka yang terpaksa kehilangan pekerjaan atau penghasilan akibat dampak pandemi dapat meraih kesuksesan di bidang wirausaha digital.
Untuk membentuk perempuan berdaya tentunya harus dimulai dari lingkup terkecil yaitu keluarga inti. Maka, bertepatan dengan momentum Hari Keluarga Nasional, Gojek dan GoTo Financial—bagian dari Grup GoTo, ekosistem digital terbesar di Indonesia—berkolaborasi dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), UN Women, dan Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil Mikro (ASPPUK) mendukung pemberdayaan perempuan Indonesia melalui program ‘Perempuan Berdaya, Indonesia Jaya’.
Lewat sinergi dan kolaborasi empat pihak yang memiliki kapabilitas dan kapasitas di bidangnya masing-masing ini diharapkan dapat mendorong perempuan Indonesia untuk lebih berdaya. Ada tiga pilar edukasi yang dirancang untuk mencapai tujuan tersebut yaitu pemahaman gender dalam wirausaha, perencanaan bisnis, dan pengembangan bisnis.
Shinto Nugroho, Chief of Public Policy and Government Relations GoTo, mengungkapkan bahwa kolaborasi ini berangkat dari komitmen Grup GoTo dalam menghadirkan solusi melalui ekosistem digital yang inklusif dalam membuka akses seluas-luasnya bagi perempuan kepada peluang dan kesempatan yang ada dalam kewirausahaan digital. Khususnya selama pandemi, digitalisasi menjadi jawaban dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada.
“Kami merasa bangga atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan oleh KemenPPPA Maka, lewat kolaborasi tersebut, kami ingin melihat lebih banyak lagi mencetak womenpreneur yang berjaya dan berdaya,” jelas Shinto.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga program kerjasama multi-pihak ini sebagai bentuk kolaborasi penta-helix antara Pemerintah, swasta, organisasi, dan komunitas.
“Kami berharap program ini dapat menciptakan lebih banyak lagi pemimpin perempuan maju dan berdaya usahanya. Kami juga yakin program ini dapat menciptakan lebih banyak lagi womenpreneur berdaya dan berjaya, sehingga dapat menerobos stigma keterbatasan perempuan untuk berperan lebih, dalam keluarga, hal ini bisa menjadi kekuatan bagi kita semua untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan serta keluarga di masa depan,” ungkap Menteri PPPA.
Peran perempuan sebagai penggerak ekonomi mikro, kecil, dan menengah pun sudah tidak perlu dipertanyakan. Berdasarkan data Kementerian Keuangan RI, saat ini 52% dari 63,9 juta pelaku usaha mikro di Indonesia adalah perempuan. Sementara itu, untuk tingkat usaha kecil, 56% dari 193.000 usaha kecil pemiliknya adalah perempuan, dan untuk usaha menengah, 34% dari 44.700 pelaku usahanya adalah perempuan.
Program “Perempuan Berdaya, Indonesia Jaya” memfasilitasi berbagai pelatihan dengan materi berbasis gender yang dinilai mampu membuka potensi ekonomi bagi perempuan, yaitu:
1/ Pemahaman gender
Kewirausahaan dengan perspektif gender dan kepemimpinan perempuan dalam bisnis.
2/ Perencanaan bisnis
Pemetaan pasar, analisis target pasar, strategi membangun bisnis yang berkelanjutan, dan perencanaan keuangan.
3/ Pengembangan bisnis
Kelas sosialisasi seputar legalitas usaha dan strategi mengoptimalkan pemasaran digital. Untuk pemasaran digital, peserta akan mendapatkan pelatihan untuk mempertajam soft skills yang dibutuhkan guna memaksimalkan pemasaran produknya secara daring. Berbagai materi pengembangan kapasitas seperti branding, fotografi produk, dan copywriting menjadi bagian dalam rangkaian program ini.
Bicara tentang pentingnya digitalisasi bagi UKM milik perempuan, Riset UN Women terkait digitalisai mengungkap bahwa platform digital menjadi salah satu strategi bertahan utama bagi perempuan pengusaha dalam menghadapi pandemi.
“Meskipun digitalisasi membuka banyak potensi untuk memajukan pemberdayaan perempuan, tetapi perempuan belum memanfaatkan teknologi secara optimal untuk pengembangan usahanya,” kata Dwi Faiz, Head of Programmes, UN Women Indonesia.
Itu sebabnya menurut Dwi, dibutuhkan kolaborasi multi sektoral antara pemerintah dan sektor swasta untuk memberdayakan lebih banyak perempuan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan agar dapat memperoleh manfaat penuh dari ekonomi digital.
Sebagai solusi untuk para perempuan mempertajam skill digital dan bisnis mereka, GOTO juga membentuk berbagai wadah komunitas mulai dari kelas pelatihan yang dinamakan A Cup of Moka, Bincang Biznis, dan Temu Midtrans, serta Komunitas Partner GoFood (KOMPAG) dan Komunitas Retail GoTo Financial (KONTAG) sebagai wadah bertukar informasi. (f)
Baca Juga:
B20 WiBAC Sebut Kesetaraan Gender dalam Kewirausahaan akan Dorong Pertumbuhan PDB Global Hingga 6 Persen
Survei IBCWE dan BEI Sebut Peluang Perempuan Menjadi CEO Semakin Tinggi
Yuk, Dukung Jamu Sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia
Faunda Liswijayanti
Topic
#perempuanberdaya, #wirausaha