
Fatmah Bahalwan, 48
Natural Cooking Club
Kebahagiaan saya adalah membantu mendongkrak ekonomi para anggota. Kita tak akan pernah sukses jika sendirian. Dari komunitas kita bisa mendapat pasar untuk menjajakan bisnis, mendapat teman sehati, mendapat ilmu, bisa berkonsultasi, dan mendapat rekan bisnis. Seperti yang saya alami. Apa yang saya capai saat ini adalah karena komunitas. Kalau saya membantu teman untuk memasak, saya melakukannya dengan senang hati. Tapi di sisi lain, melalui teman pula saya mendapat penghasilan.
Laila Asri, 31
Komunitas Wanita Wirausaha Femina
Kalau mau curhat-curhatan, kami biasanya melalui Blackberry Messenger Group atau mailing list. Tiap ada acara komunitas, biasanya kami mengusahakan untuk bisa datang. Jadi, bisa bertemu langsung dengan anggota lainnya. Beberapa di antara kami juga berkembang menjadi partner bisnis. Menurut saya, berkomunitas akan jauh lebih baik daripada berjalan sendiri. Karena kesamaan minat inilah kami bisa bersinergi. Meski di era modern, manusia sebagai makhluk sosial tetap membutuhkan wadah komunitas sebagai ajang berbagi pengalaman dan cerita.
Ida Amal
Indonesia Berkebun
Urban farming itu fun, happy, dan menyehatkan. Hal inilah yang ditawarkan oleh komunitas Indonesia Berkebun yang diprakarsai oleh Ridwan Kamil. Kami memanfaatkan lahan tidur di kawasan perkotaan untuk dikonversi menjadi lahan pertanian atau perkebunan. Sebagai pengajar, yang paling membahagiakan adalah ketika para murid bisa menambah pundi-pundi dari hasil berkebun. Ada satu anggota, tidak tahu apa-apa soal berkebun, pekerjaannya saja berhubungan dengan gadget. Begitu bergabung, dia langsung menggarap lahan seluas 1,5-2 hektare! Kami mendampinginya. Sekarang, dia bisa menjual 30 kg bayam per hari dan 70 kg bayam tiap akhir pekan.
.
Rahmi Salviviani, 29
Tangan Di Atas
Dalam komunitas ini saya belajar bahwa dalam berbisnis tidak sekadar ‘tancap gas’. Kami butuh insting kuat untuk tahu kapan saat menginjak rem dan kapan saat menambah kecepatan. Dulu, tolok ukur kesuksesan saya adalah jika bisa ekspansi sekolah sebanyak-banyaknya. Tapi ternyata, ada perhitungan yang harus dipertimbangkan. Saya punya peta bisnis dan lebih kokoh secara manajerial. Hal ini hanya saya dapat di komunitas. Dalam berbisnis, kita memang tak bisa hidup sendiri. Butuh komunitas untuk berbagi. Dengan berbagi ilmu, saya merasa puas, lengkap, dan berguna.
Jenahara, 27
Hijabers Community
Saya sering mendengar cerita dari para anggota bahwa yang paling sulit dari mengenakan jilbab adalah mempertahankan untuk tidak melepaskannya kembali. Padahal, sering kali lingkungan kurang mendukung keputusan berjilbab ini. Untuk teman yang mengalami hal demikian, kami sama-sama mencarikan solusinya.
Cerita tersebut hanyalah satu dari banyaknya pengalaman hidup yang saya dapatkan dari komunitas ini. Sebagai salah satu pendiri, saya yang berprofesi sebagai desainer menerima kritik dari banyak pihak. Misalnya, tidak perlu gaya-gayaan dalam berbusana. Saya sadar, wanita tak bisa dipisahkan dari fashion. Yang penting saya tahu benar bagaimana hukum dan batasan yang tak boleh dilanggar.
Happy M. Febryanti, 34
Cancer Information & Support Center (CISC)
Saat tahu keberadaan sel kanker di payudara, saya bergabung dengan komunitas ini. Banyak sekali manfaatnya. Tadinya tiap hari hanya berpikir akan mati besok. Ajal terasa dekat. Setelah ikut komunitas, saya bertemu dengan begitu banyak survivor. Saya jadi optimistis.
Pengetahuan saya tentang kanker juga bertambah. Saya baru tahu bahwa obat kanker payudara ada bermacam-macam, tergantung tipenya. Penderita tipe hormonal, misalnya, pantang pada beberapa obat. Kami juga biasa sharing. Tentang obat yang sebaiknya diminum, di mana membelinya, dan cara mendapatkan obat berkualitas baik dengan harga lebih murah. Itu sangat bermanfaat bagi saya dan teman-teman, karena pengobatan kanker membutuhkan biaya yang sangat besar.
Wenny Mustikasari, 33
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI)
Saya tertarik bergabung karena ingin memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pada anak kedua. Bergabung dengan AIMI, saya banyak mendapat informasi. Dulu, saat menyusui anak pertama, saya memberi dia susu formula. Pikir saya, nutrisi ASI tidak cukup untuk bayi saya. Ternyata, tanpa bantuan susu formula pun bisa.
Milis AIMI pun sangat bermanfaat. Isinya bukan sekadar curhat, melainkan banyak informasi sangat penting bagi ibu menyusui. Contohnya, saya jadi tahu, kalau ibu menyusui minum es, maka bayi akan pilek, ternyata hanyalah mitos. Selain itu, dari komunitas ini saya juga bisa ikut pelatihan seru, salah satunya hypno-breastfeeding.
Tyas Fadhilah, 29
Indo Runners
Sebenarnya saya suka olahraga. Hanya, sejak bekerja saya jadi jarang olahraga. Beda saat masih kuliah dulu. Soalnya, tidak ada waktu. Ketika baru bergabung dengan Indo Runners, posisi saya waktu lari selalu paling belakang. Tapi, saya tidak kapok. Justru, saya termotivasi. Pikir saya, kalau yang lain bisa di depan, masa saya nggak bisa?
Apalagi saya tidak ditinggal sendiri di belakang, pasti ada yang menemani. Biasanya malah mereka yang sudah jago lari. Saya pasti ditungguin sehingga tidak merasa sendirian. Dengan lari bersama-sama, rasa lelah juga tidak terlalu terasa. Tiba-tiba, sudah sampai tujuan saja. Pasti beda rasanya kalau saya lari sendiri. Bawaannya pasti malas melulu.
Jessica Hutting, 25
Indonesia Mengajar
Juni 2011 – April 2012, saya dan teman-teman Pengajar II dikirim ke Pulau Sawio, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Saya bersyukur bisa lolos dari ribuan pendaftar. Program Indonesia Mengajar sesuai dengan minat saya sejak dulu, yakni pendidikan dan anak-anak. Apalagi ada tantangannya: dikirim ke daerah terpencil. Dengan begitu, saya bisa melihat sisi lain Indonesia. Saya jadi tahu Indonesia lebih luas. Bergabung bersama Indonesia Mengajar, keinginan saya untuk berkontribusi untuk pendidikan Indonesia tercapai. Sejak kuliah saya memang ingin berkontribusi. Hanya, waktu itu saya belum mampu berkontribusi secara luas, ‘hanya’ memberi pendidikan alternatif bagi anak-anak di sekitar kampus.
Muhariani Wulan, 21
Akademi Berbagi
Walau yang dipelajari sama dengan di kampus, kelas di Akademi Berbagi tetap menarik. Sebab, yang mengajar adalah praktisi. Jadi ilmunya lebih praktis. Saya bergabung sebagai volunteer. Tugas saya mencari kelas, mencari pengajar, dan mengomunikasikannya. Ini jadi kebanggaan tersendiri. Bisa membantu orang mendapatkan ilmu tanpa menjadi guru atau dosen. Bergabung dengan komunitas memang penting. Saya jadi lebih bergaul dengan orang banyak. Saya bisa belajar dari kehidupan orang lain, dan belajar team work.
Yoseptin Pratiwi