Foto: Pixabay
Hasrat belanja luar biasa dalam waktu pendek ini menjadi berkah bagi dunia usaha, termasuk usaha mikro kecil menengah (UMKM). Konsumen di masa ‘normal’ biasanya terdorong belanja banyak pada saat-saat terakhir menjelang hari raya seperti Lebaran.
Namun, di tengah pandemi global COVID-19 ini, tentunya banyak perilaku konsumen yang berubah. Himbauan untuk di rumah saja membatasi ruang gerak. Rasa takut dan khawatir tentang kondisi ekonomi yang terus merosot pun membuat sebagian besar masyarakat untuk lebih mengutamakan belanja kebutuhan primer yang memang benar-benar dibutuhkan saja.
Tapi apakah hasrat last minute shopping bisa kebiasaan konsumen jelang hari raya juga ikut berubah di tengah pandei ini?
Pakar marketing, Yoris Sebastian mengatakan bahwa sejak pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), perilaku konsumen memang sudah berubah. Bahkan hingga saat ini pun masyarakat masih lebih memilih belanja apa yang benar-benar mereka butuhkan.
“Meski begitu, masyarakat masih memiliki kesempatan untuk belanja kebutuhan Lebaran seperti pakaian dan makanan, seperti halnya pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan uang setelah menerima THR dan kelonggaran PSBB, atau dibolehkannya mudik lokal, khususnya di Jakarta,” kata Yoris dalam virtual talk, dengan tema Last Minute Shopping yang disiarkan secara Live di Facebook Wanita Wirausaha Femina pada Senin, 18 Mei 2020.
Kondisi ini tentu menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk meningkatkan penjualan dengan memenuhi kebutuhan konsumen. Maka creative marketing sangat dibutuhkan dalam hal ini.
Yoris mengungkapkan, bila mengandalkan penjualan online lewat media sosial seperti Facebook, maka seorang pengusaha harus menghadirkan konten-konten yang kreatif. Mengingat ada ribuan orang yang mengandalkan media sosial untuk menjual produk mereka.
Agar berbeda dengan yang lain, posting konten yang mengandung cerita. Sebab umumnya pengguna media sosial senang mendengar dan membaca cerita.
“Hal seperti ini telah saya buktikan pada buku saya, berjudul 'Oh My Goodness: Buku Pintar Seorang Creative Junkies’. Saya mempromosikan buku itu di toko-toko buku offline dengan cara cetak banner, berisi komentar orang-orang tentang buku saya di media sosial. Saya menjual buku lewat cerita dari orang-orang yang sudah membacanya,” ujarnya.
Mengingat konten yang ditampilkan lebih ke cerita, maka kuncinya adalah narasi. Misalnya, pebisnis fashion, harus membuat narasi tentang mengapa orang harus membeli baju baru, di tengah pandemi ini. Begitu pun para pebisnis makanan, harus membangun cerita tentang makanan yang dijual. Dimana ujung-ujungnya mereka digiring untuk membeli produk kita.
Ketika membuat sosial media campaign produk, pastikan kontennya beragam dan menyasar berbagai kalangan dan segment pasar. Misalnya untuk produk hampers, posting foto dan cerita yang sesuai karakter ibu-ibu, dan buat juga konten yang sesuai karakter bapak-bapak.
“Semakin beragam konten, maka semakin besar juga peluang produk kita dibeli orang,” katanya.
Untuk diketahui, Last Minute Shopping merupakan tema yang dipilih untuk Facebook Live perdana kerjasama SheMeansBusiness dan Wanita Wirausaha Femina. Beberapa pembicara dihadirkan dalam virtual talk ini, mereka adalah Yoris Sebastian (Creativepreneur & Founder OMG Consulting) dan tiga wanita wirausaha yang bergerak di bidang fashion dan kuliner, Novita Yunus (Owner Batik Chic), Nike Kurnia (Manager Nasi Bagoes Catering), dan Linda Anggrea (Creative Director Buttonscarves). (f)
Baca Juga:
5 Kesalahan yang Paling Sering Dilakukan Pebisnis Kuliner Pemula
Berbagi Inspirasi Hidangan Sehat
Kelezatan Sajian Berbuka Puasa dari Pasola di Rumah
Topic
#bisnis, #shemeanbusiness, #wanwirfemina, #wanwir