Tips
Mengejar Kesempurnaan Fisik, Perlukah?

27 Jun 2019


Foto: Dok. Shutterstock

Faktanya, sering kali kita menuntut orang lain menerima diri kita apa adanya. Namun, sudahkah kita menerima diri kita sendiri seutuhnya?
 
 
“Apa yang Anda pikirkan tentang dirimu itu jauh lebih penting daripada apa yang orang pikirkan tentangmu,” kata filsuf Seneca. Sayangnya, bagi kebanyakan orang kurang dapat menerima dirinya yang menurut mereka ‘banyak kekurangan’. Dalam psikologi, hal ini erat kaitannya dengan self-acceptance atau penerimaan diri.

Sempurna VS Unik
Konsep cantik selalu menjadi hal yang diperdebatkan di  tiap era karena munculnya ukuran-ukuran kecantikan tertentu. Di era ini, makna cantik pun tergantung dari masing-masing individu mengartikannya. Kecantikan sesungguhnya adalah hal yang subjektif sehingga  keseragaman ukuran-ukuran fisik jadi tidak relevan.

Dalam beberapa tahun terakhir kita bisa melihat perubahan paradigma  mengenai beauty standard dalam dunia mode dan  industri kecantikan. Seiring dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat dunia pada keberagaman dan kemanusiaan,  Lancome misalnya, membuat gebrakan dengan memilih Lupita Nyong’o menjadi brand ambassador  berkulit hitam pertama pada tahun 2014. Sebuah keputusan radikal menarik dari brand berusia tua itu. 

Pada tahun 2016, Bobbi Brown, yang memulai cerita suksesnya berkat koleksi 10 warna lipstik revolusionernya, merayakan ulang tahun ke-25 dengan merilis kampanye  bertajuk ‘Be Who You Are’. Tak tanggung-tanggung, kampanye ini mengikutsertakan lebih dari 40 wanita dari segala profesi, etnis, ragam kulit dan  rentang usia 13 hingga 83 tahun, untuk berpartisipasi. Hal ini seolah penekanan bahwa kecantikan  sudah seharusnya tidak terkotak-kotakkan pada usia, warna kulit, dan ras. Dan kecantikan juga berada di jalan-jalan,  dan sesungguhnya bukan  ada di halaman iklan dan panggung peragaan busana semata.

Yang masih terus dibicarakan adalah gebrakan yang dilakukan  penyanyi Rihanna yang meluncurkan  brand kosmetik Fenty Beauty pada tahun 2017. Seolah  echo dari kepribadiannya yang bebas dan egaliter, brand ini terus-menerus menampilkan keberagaman dalam tipe-tipe kecantikan. Tidak hanya fisik, tapi juga preferensi seksual.

Fashion brand Desigual untuk kampanye F/W’14 menampilkan Winnie Harlow. Model yang memiliki kelainan kulit vitiligo ini mampu mendobrak pakem soal ‘kesempurnaan’ seorang model. Selama bertahun-tahun  ia  berupaya mengubah persepsi kriteria model, hingga akhirnya, pada tahun 2018,  dirinya mampu menjadi model dalam peragaan busana Victoria’s Secret.  Kulit belangnya  menjadi napas segar  di panggung mode dunia dan menginspirasi soal ketidaksempurnaan yang justru menjadi keunikan. 


Topic

#bodypositivity, #selflove, #selfacceptance, #mencintaidiri, #feminabeautyfeature