Celebrity
Ashton Kutcher Kerasukan

18 Feb 2014

Di balik ketampanannya, pria kelahiran Iowa, 7 Februari 1978,  ini menyimpan banyak cerita menarik. Tak hanya seputar kehidupan percintaan maupun perjalanan kariernya sebagai aktor, tapi juga passion-nya yang besar terhadap dunia teknologi, spiritualisme, serta kepeduliannya terhadap masalah sosial.  

Sama seperti Steve Jobs muda yang mendapat pencerahan dalam memandang dan menjalani kehidupan saat melakukan perjalanan spiritual ke India, rupanya Ashton pun punya ketertarikan yang cukup besar terhadap spiritualisme. Meski dibesarkan dalam ajaran Katolik, Ashton pernah menjadi siswa Kabbalah selama beberapa tahun. Bahkan, lawan mainnya dalam film No Strings Attached, Natalie Portman, yang seorang Yahudi, mengatakan bahwa Ashton memahami tentang Yudaisme (ilmu agama Yahudi) dibandingkan dirinya.

Kedalaman pandangannya terhadap spiritualisme membuatnya lebih memahami karakter perintis Apple, perusahaan komputer asal California, Amerika Serikat, ini. Meski begitu, ia tetap melakukan riset mendalam untuk lebih menyelami tokoh yang ia sebut sebagai Leonardo DaVinci era modern ini.
 
“Saya tidak pernah mendedikasikan diri saya sebesar ini pada peran-peran lainnya. Saya menghabiskan tiga bulan untuk mempersiapkan diri dengan menonton ratusan jam video dan menghabiskan 20 jam untuk mendengarkan audio file Steve di dalam mobil, atau sebelum tidur. Saya juga mencoba meniru caranya berbicara, intonasi, serta bahasa tubuhnya,” ujar Ashton, yang juga berlatih dengan guru akting dan menemui orang-orang yang mengenal Steve demi menggali informasi sebanyak mungkin.

Ashton memang sangat mengagumi tokoh revolusioner dalam dunia teknologi komputer ini. Bahkan, ia sempat ragu untuk menerima peran ini karena skenarionya ia terima hanya enam bulan setelah kematian Steve. Ia khawatir, pembuatan film biografi tentang Steve yang terlalu dekat dengan kematiannya ini akan terkesan tidak menghormati tokoh idolanya ini. Tapi, akhirnya  ia bertekad untuk mendapatkan peran itu. “Saya merasa, saya bisa menjaga ‘warisannya’ dengan memerankan dirinya. Karena saya yakin, saya pasti akan memberikan yang terbaik,” ujarnya, optimistis.

Tak heran jika sang sutradara terkesan pada transformasi Ashton menjadi Steve sejak pertemuan pertama mereka. Ia mengatakan, meski Ashton memiliki kemiripan fisik dengan Steve, Ashton tidak menjadikan itu senjata utamanya. “Dia bersikap seperti Steve. Terlihat bahwa ia sudah bekerja keras untuk mempelajari karakter Steve. Sepertinya, dia menyadari bahwa dia perlu menyingkirkan keraguan saya akan kemampuannya memerankan tokoh ini sejak pertemuan pertama,” papar sutradara Jobs.   
Meski film ini pada akhirnya tak berhasil meraup sukses seperti yang diharapkan, banyak kritikus yang berpendapat bahwa akting Ashton adalah satu-satunya hal terbaik dalam film tersebut. Tapi, kita tak bisa selalu menyenangkan semua pihak. Tak sedikit pula yang berkomentar bahwa aktingnya sangat payah dan sama sekali tidak menyerupai Steve.

Menanggapi hal itu, Ashton berkomentar, “Ada sisi lain Steve yang tak ia tunjukkan kepada publik. Ini yang baru saya tahu ketika saya mempelajari karakternya. Dan saya mengagumi hal itu. Ia sangat pandai memisahkan kehidupan pribadi dan publiknya. Steve bukanlah sekadar pria hebat berkacamata yang senang memakai celana jeans, turtleneck hitam, dan sneakers, yang orang kenal dari videonya  tiap kali memperkenalkan produk baru Apple,” paparnya. 

EKA JANU
FOTO: SIPA