Health & Diet
Angka Penderita Terus Meningkat, Kenali Gangguan Bipolar Pada Anak

25 May 2025

 Foto: Canva

Gangguan kesehatan mental seperti Gangguan Bipolar (GB), yang dulunya dianggap hanya menyerang orang dewasa, kini juga memengaruhi anak-anak dan remaja dengan tingkat yang mengkhawatirkan. 

Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ, SubSp A.R. (K), MIMH, Guru Besar Psikiatri Subspesialis Anak dan Remaja FKUI-RSCM, dalam konferensi pers berjudul “Compliance and Care, a road to recovery for individual with Bipolar and Schizophrenia” yang diselenggarakan Wellesta di Jakarta menyebutkan bahwa kini banyak kasus GB yang muncul lebih awal (early-onset) terjadi di usia yang lebih muda, dan sering kali tidak terdiagnosis karena kurangnya kesadaran atau salah mengartikan gejala sebagai perilaku remaja yang umum. 

Hal tersebut sangat disayangkan oleh Prof. Tjhin karena kondisi kesehatan mental yang dialami anak dan remaja bisa mengganggu perkembangan, pendidikan, dan hubungan anak dan remaja jika tidak diobati dengan tepat.

Dijelaskan oleh Prof. Tjhin, GB terjadi karena beberapa faktor risiko seperti genetik, lingkungan, neurobiologis, dan psikososial. Beberapa gejala yang bisa dikenali seperti episode mania atau suasana emosi mudah marah, episode depresi atau suasana sedih mendalam dan keinginan bunuh diri, dan campuran antara keduanya. 

Diagnosis dan intervensi dini sangat penting untuk meningkatkan hasil pengobatan, namun kompleksitas kasus yang muncul pada tahap awal sering kali menyebabkan keterlambatan deteksi dan penanganan. 

 Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ, SubSp A.R. (K), MIMH, Guru Besar Psikiatri Subspesialis Anak dan Remaja FKUI-RSCM, dalam konferensi pers yang diselenggarakan Wellesta di Jakarta. Foto: Dok. Wellesta

Prof. Tjhin menerangkan beberapa hambatan dan tantangan dalam penanganan GB pada anak dan remaja:

  • Gejala yang tumpang tindih: Gejala bisa mirip dengan gangguan mental lainnya seperti ADHD atau autisme.
  • Salah interpretasi: Kadang dianggap sebagai perilaku anak yang wajar padahal sudah menunjukkan tanda awal.
  • Hambatan komunikasi: Anak mungkin kurang mampu mengekspresikan apa yang dirasakan atau dipikirkan.
  • Kurangnya studi dan manajemen baku: Terutama untuk anak dan remaja.
  • Ketidakpatuhan pengobatan: Karena kesulitan dalam mengikuti rencana pengobatan, kurangnya literasi kesehatan jiwa, serta kekhawatiran pengaruh obat jangka panjang terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak dan remaja.
  • Stigma: Stigma orang tua dan masyarakat yang merasa gangguan mental masih tabu sehingga cenderung menyangkal atau menyembunyikan kondisi tersebut.

Meskipun Gangguan Bipolar pada anak-anak dan remaja adalah kondisi kronis, Prof. Tjhin mengatakan dengan perawatan yang efektif seperti tatalaksana komprehensif yang tepat dan sesuai, dapat membantu untuk mengatasi gejala, serta meningkatkan kualitas hidup anak dan remaja secara signifikan

“Dengan penanganan yang tepat, anak dan remaja dapat belajar mengelola perubahan suasana perasaan mereka agar bisa menjadi pulih dan menjalani kehidupan yang tetap produktif di tengah masyarakat,” katanya. 

Advertisement
Peran kepatuhan atau berobat secara optimal dalam pemulihan pasien anak dan remaja dengan GB sangat krusial dan berdampak langsung terhadap prognosis jangka panjang, stabilitas kondisi, dan kualitas hidup. Mereka yang patuh umumnya jarang mengalami kekambuhan, bisa memperbaiki hubungan sosial, mengikuti pendidikan secara normal, dan lebih konsisten dalam menjalani tugas tanggung jawabnya sebagai anak atau remaja. 

Prof. Tjhin menambahkan, “Keluarga dan lingkungan sekitar, atau disebut sebagai sistem pendukung, memiliki peran penting bagi anak dan remaja dengan GB. Dukungan tersebut berdampak langsung pada stabilisasi emosi dan penguatan psikologis yang bermakna, meningkatkan kepatuhan pengobatan, membantu mengurangi stigma negatif dan isolasi sosial, serta mendorong pemulihan sosial dan fungsi akademik anak dan remaja,” katanya. 

Oleh sebab itu, keluarga dan lingkungan sekitar sebagai sistem pendukung yang pertama, harus mau memperluas pengetahuan dan pemahaman yaitu terus belajar terkait dengan GB pada anak dan remaja, mau terlibat langsung dalam manajemen tatalaksana, dan menjadi pengingat agar anak dan remaja bisa berobat dengan teratur, mengonsumsi obat sesuai dengan aturan yang diberikan, dan menjalani terapi psikososial secara rutin. 

“Intinya, penanganannya memang perlu pendekatan eklektik, holistik, dan multidisiplin,” tutup Prof. Tjhin. (f)


Baca Juga:
Demi Kesehatan Mental Anak, Jangan Biarkan Dia Kecanduan Gawai!
7 Isu Sosial Remaja dan Cara Orang Tua Membahasnya
Kenali 4 Stress Language Ini Demi Jaga Kesehatan Mental



Faunda Liswijayanti


Topic

#gangguanmental, #kesehatanmental, #bipolar, #anakbipolar

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?