Moza Pramita (44), Pengusaha dan Konsultan Agency, Jakarta
Bersyukur Tinggal Bersama Orang Tua
Setelah menikah pada tahun 1999, saya dan suami memilih tinggal di apartemen selama 4,5 tahun. Selama itu, ketika anak pertama sudah lahir pada tahun 2004, secara bergantian setiap weekend kami berkunjung ke rumah mertua dan ke rumah orang tua saya.
Tahun 2015, kami jual rumah yang kami tempati di daerah Kuningan, Jakarta Selatan dengan rencana akan membangun rumah di tempat lain. Tapi, karena satu dan lain hal, rencana itu kami urungkan. Kami memilih tinggal bersama orang tua saya. Namun, pasca meninggalnya bapak mertua pada September 2019, saya, suami, dan kedua anak pindah dan tinggal bersama dengan ibu mertua.
Tinggal bersama mertua sama sekali tidak menjadi beban bagi saya. Kadang saya menjadi pengawas bagi orang tua dan mertua, hingga membantu mereka dalam penggunaan teknologi. Saya juga kerap meluruskan informasi keliru yang mereka dapatkan dari grup-grup whatsapp. Saya sendiri yang merawat mertua tanpa bantuan suster. Kadang-kadang, saya berbagi peran dengan ipar bila saya berkunjung ke rumah orang tua saya.
Bicara soal pola asuh anak, kecenderungan untuk memanjakan anak sebenarnya datang dari kedua belah pihak orang tua. Sebab anak pertama saya merupakan cucu pertama bagi orang tua dan juga mertua. Untungnya untuk hal ini, saya dan suami sejalan, kami sama-sama tegas bahwa anak tidak boleh untuk selalu dimanjakan.
Bahkan dalam hal pola makan anak-anak, saya angat berperan penuh. Memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak sudah memenuhi gizi seimbang. Kedua anak saya bahkan sudah tahu mana makanan yang diberikan oleh orang tua yang boleh dimakan atau tidak.
Baca Selanjutnya: Nilvia Hakim (38), Paralegal, Tangerang
Topic
#generasisandwich, #keluarga