Fiction
Cerpen : Sang Kadaver

11 Nov 2018


 
Dorongan di dalam diri Lou memaksanya untuk melihat wajah sang kadaver dengan lebih teliti. Makin Lou melihat lebih lama, makin ia merasa tidak asing dengan wajah itu.
 
Lou mundur perlahan, menatap Jay yang sedang sibuk mengeluarkan usus. Bayangan pada malam hari ketika ia berlari di parkiran mal karena ditinggal kakaknya berkelebatan.

“Aku mengenal dia, Jay.” Lirih suara Lou.
 
Ia meletakkan pisau bedahnya, mundur beberapa langkah.

Lou dan Jay keluar dari ruangan Profesor Karim, bahu Lou tanpa tenaga. Sorot mata yang ketika masuk penuh harapan, kini kosong tak bernyawa.
 
Jay mengajak Lou duduk di tembok pembatas dekat jendela.
 
“Aku memang tidak tahu namanya, aku juga tidak tahu dari mana dia berasal.” Suara Lou akhirnya keluar, Jay menepuk lengan Lou.
 
Pemuda itu tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk membantu sahabatnya. Tiap orang yang berada di posisi Lou, yang merasa pernah mengenal sang kadaver, pasti sangat terpukul melihat orang yang dahulunya begitu hidup tiba-tiba berakhir di meja praktik dengan tubuh tercacah-cacah.
 
“Tapi dia orang baik, Lou,” hibur Jay.
Advertisement

Lou mengangguk. Ia mengerutkan kening sambil terpejam. Mengingat lagi kejadian yang sangat ingin ia lupakan.

Ketika dua orang pemuda menggodanya, menarik Lou ke dalam mobil van, Lou meronta, berteriak sekuat tenaga. Hingga pukulan kunci inggris terdengar memecahkan kaca.
 
Baju dan celana Lou yang sudah robek ditutupi jaket parasut, dan Lou segera dibawa setelah pemuda itu memukul kedua pemuda mabuk terkutuk.
 
Lou terisak di tengah lapangan parkir yang sepi, di bawah tiang lampu yang menebarkan cahaya temaram. Pemuda itu memberi Lou sebotol air mineral dan menemani Lou sampai kakak Lou datang. Musibah itu terjadi ketika Lou kelas dua SMA. Namun, hingga kini, tiap Lou membuka ruang luka di hatinya, kejadian itu muncul paling pertama.
 
“Lain kali, berjanjilah untuk berhati-hati.”
 
Hanya sebaris kalimat itu yang Lou ingat dari pemuda yang menyelamatkannya. Ketika Lou terisak dan ketakutan, ia lebih banyak diam. Memberi kesempatan Lou untuk melepaskan rasa takut dan marahnya.

Lou tahu, pihak rumah sakit dan universitas sudah melakukan semua tahapan hingga sang kadaver itu legal dijadikan objek penelitian.

Lou tidak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya mengajukan tes DNA dengan biaya Lou pribadi, permohonan Lou dikabulkan karena beberapa alasan, salah satunya alasan kemanusiaan.
 
Hingga kini, berkas-berkas tentang DNA, dokumen sang kadaver, foto-foto hingga foto baju yang dikenakan sang kadaver di hari terakhirnya, Lou simpan dengan rapi. Selalu dibawa ke mana pun, jika Lou berpindah tugas.
 


Topic

#fiksifemina, #cerpen

 



polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?