True Story
Cara Pasangan Influencer, Pinot dan Ditut, Saling Memotivasi Dalam Berumah Tangga

11 Oct 2019


Foto: Dok. Pribadi / Wahyu Ichwandardi

Dalam media sosial, Wahyu (50) dan Dita Ichwandardi (42) kerap mengunggah karya kreatif mereka berupa animasi, ilustrasi, video, atau foto. Tak hanya itu, pasangan seniman ini juga berbagi tip menggambar, mengasuh anak, sampai pengalaman hidup mereka tinggal di New York, Amerika Serikat.
 
Sudah empat tahun terakhir pasangan yang dikenal melalui akun Twitter @pinot dan @ditut tersebut hidup di negeri Paman Sam. Wahyu bekerja sebagai animator, sedangkan Dita disibukkan oleh profesinya sebagai ilustrator sekaligus menjalankan bisnis scarf.
 
Wahyu dan Dita punya cerita seru saat mengawali rumah tangga.  Mereka pertama kali berjumpa saat sama-sama bekerja di Departemen Promosi RCTI, awal tahun 2000-an. Sering terlibat dalam proyek untuk kebutuhan konten promosi, perlahan tumbuh rasa cinta di antara mereka.
 
“Siapa yang pertama kali suka, enggak pernah ketahuan karena masing-masing merasa suka duluan,” tutur Wahyu. Rasa penasaran akan hal baru, suka tantangan, easy going, positif, kreatif hadapi masalah, dan punya impian yang sama membuat mereka merasa cocok satu sama lain. “Kecocokan dalam minat di bidang seni itu bonusnya saja,” tambah Wahyu.
 
Pada 22 Februari 2002 mereka resmi berpacaran. Tak butuh waktu lama sampai akhirnya Wahyu dan Dita melangkah ke pelaminan. Syukuran pernikahan mereka digelar pada 6 Desember 2003 di kawasan Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
 
Uniknya, mereka memilih menikah secara sederhana tanpa campur tangan wedding organizer. “Kami berprinsip bahwa menikah adalah proses seremonial formal ke babak baru, yang tidak harus dilakukan besar-besaran hingga akhirnya nambahi pikiran ha... ha... ha…,” ujar Wahyu, tertawa.
 
Undangan, sewa gedung, dekorasi, sampai dokumentasi mereka urus berdua dengan bantuan orang-orang terdekat. “Urusan mencetak undangan dapat bantuan dari teman yang kerja di percetakan. Dekorasi dibantu teman dan keluarga. Foto dan video ditolong adik-adik,” cerita pria kelahiran 29 Oktober 1969 ini.
 
Dita punya cerita seru soal gaun pengantin rancangan desainer yang didapatnya dengan harga bersahabat. “Waktu sedang cari bahan baju pengantin ke Pasar Mayestik, tiba-tiba seorang teman menawarkan, ‘Sini, aku ajak ke temanku yang desainer.’ Ternyata, dia Barli Asmara di awal kariernya. Love banget!” kenang Dita.
 
Walau berlangsung sederhana, Wahyu dan Dita merasakan hangatnya suasana acara pernikahan yang hanya dihadiri keluarga dan teman dekat. “Kami merasa rezeki itu datang karena niat baik untuk berkeluarga,” ucap Dita.
Setelah menikah, Wahyu dan Dita memutuskan hidup mandiri, terpisah dari orang tua masing-masing. Mereka ingin membangun rumah tangga berdua tanpa campur tangan pihak lain. Termasuk menghadapi masalah hidup berdua dan menyelesaikannya bersama. “Ya! Setelah acara kawinan, kami pulang ke tempat kos-kosan,” tutur Dita, antusias.
 
Sebulan pertama setelah menikah, Wahyu dan Dita memutuskan mengontrak rumah. “Kalau dipikir sekarang, ngeri banget! Rumahnya penuh rayap, sudah mau roboh, kamar mandinya pun enggak ada lampunya. Kami enggak bisa ganti lampu karena tangki air bocor, jadi takut kesetrum,” jelas wanita kelahiran 19 Juni 1977 ini.
Walau hidup di rumah kontrakan yang serba terbatas, di tempat inilah putri pertama mereka lahir pada 1 November 2004. Bayi cantik tersebut diberi nama Shaula Charmawendi (15), yang akrab disapa Arwen.
 
Setelah lahir anak pertama, Wahyu dan Dita dikaruniai lagi 2 anak: Sabriz Azaleia (13) atau Leia, lahir pada 27 September 2006, anak laki-laki satu-satunya, dan Rimbatara Neomardhika (10) atau Neo, lahir pada 17 Agustus 2009.
 
Memiliki anak yang jarak usianya tak terlalu jauh menjadi tantangan tersendiri bagi keduanya. Terutama ketika anak-anak mereka masih kecil. “Bayi rewel kepanasan. Sedangkan yang satu lagi buang air di celana, lalu yang satu lagi mengantuk dalam waktu bersamaan. Pusing? Ya. Tapi, saya pikir lucu kalau dijadikan buku,” kata Wahyu, tersenyum.
 
Wahyu memang tidak ingin menjadikan kesulitan  dalam hidupnya sebagai beban. “Dalam berkeluarga, ketidaknyamanan adalah bagian dari petualangan. Pengalaman yang buruk dan melelahkan adalah pelengkap,” ucap Wahyu, bijak.
 
Sulit bagi Wahyu dan Dita untuk menjawab ketika ditanya tentang tantangan paling besar dalam hidup berumah tangga. “Tidak ada tantangan terbesar, sih. Tiap tantangan punya karakter masing-masing. Namun, kami selalu pasrah dan tidak neko-neko jika ada tantangan menghampiri. Bismillah saja,” ujar Wahyu.
 
Bagi keduanya, yang paling penting adalah bagaimana mereka bisa saling menyemangati dalam menghadapi tantangan.“Kalau Dita yang takut, saya akan memotivasi. Begitu pula sebaliknya,” kata pria kelahiran Surabaya ini. (f)
 

BACA JUGA: 
Iqbal Candra Pratama & Sarah Tria Monita. Mengawinkan Emas Asian Games 2018
Perekat Cinta Jevier Justin & Tiffany Orie
Dibalik Cerita Cinta Chef Steby Rafael dan Maria Madeline
 

 
 
 
 


Topic

#pasangan, #influencer, #kisahcinta