Trending Topic
Wujud Politik Identitas Kini: Atribut Mode untuk Pemimpin Modis

16 Jan 2017


Foto: Dany F
 
Motif kotak-kotak menyemarakkan Rumah Lembang, Rabu (11/1) pagi itu. Kemeja dan syal bermotif kotak-kotak tak hanya banyak dikenakan, tapi juga ramai dijajakan di sekitar markas tim pemenangan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat, itu.

Di antara kerumunan pendukung yang ikut memenuhi Rumah Lembang, terlihat pula sejumlah sosok dari industri mode, termasuk perancang busana, model, koreografer, dan fotografer. Diakui model dan aktris Olga Lydia, fenomena motif kotak-kotak sebagai bentuk pernyataan politik merupakan sebuah fenomena yang menarik.

“Motif kotak-kotak di mata saya sekarang punya arti yang berbeda. Motif ini menyimbolkan bahwa kita semua berbeda-beda, tapi tidak dalam bentuk satu jahitan terpisah, melainkan satu lembaran bercorak. Ide ini sudah muncul sejak pilkada DKI tahun 2012 lalu, dan masih relevan untuk diteruskan,” papar Olga, yang menggagas berkumpulnya rekan-rekannya dari industri mode hari itu.

Pernyataan Olga diamini oleh aktris Putri Patricia yang juga hadir pagi itu. Berbalut kemeja kotak-kotak sebagai luaran tank top warna putih, ia mengaku punya beragam gaya padu padan motif tersebut sebagai wujud pilihan politiknya. Di matanya, motif kotak-kotak juga ibarat seragam. Selain memberikan semangat kebersamaan, motif ini juga menjadi pengingat baginya untuk menjadi seorang pendukung yang cerdas, santun, dan bertanggung jawab.

“Saat mengenakan baju kotak-kotak, saya bangga bisa menunjukkan bentuk dukungan saya. Walau membeli di posko, saya sengaja memilih yang tidak ada tulisannya, supaya setelah pilkada pun masih bisa dipakai,” ujarnya.

Menurut Ade Yulfianto, sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, fenomena ini merupakan contoh wujud politik identitas, yaitu bagaimana identitas digunakan untuk kepentingan politik, yang mulai populer sejak Ahok menjadi calon Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Joko Widodo pada tahun 2012.

Dalam fenomena ini, motif kotak-kotak merupakan simbol yang dijadikan komoditas untuk menyatukan tujuan suatu gerakan politik. Sementara itu, produksi simbol dalam bentuk atribut, termasuk atribut mode, penting digunakan sebagai perwujudan gagasan politik. Gagasan politik mengenai kebinekaan, transparansi politik, dan demokratisasi politik yang lebih baik disimbolkan oleh motif kotak-kotak.

“Gagasan tentang kebinekaan akan senantiasa menjadi narasi utama dalam demokrasi di Indonesia, terutama untuk melawan konservatisme politik dan radikalisme agama,” jelas Ade.

Pada gilirannya, lanjut Ade, atribut yang tercipta akan membawa tiap anggota punya rasa memiliki. Ketika mereka menjadi bagian dari suatu gerakan politik, ikatan kolektif akan ikut terbangun. Dalam konteks people power, memiliki basis pendukung yang berjuang bersama untuk tujuan politik tertentu memunculkan rasa pertanggungjawaban moral. Dengan demikian, muncul kesadaran untuk bersikap di muka umum sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini.

 “Penggunaan motif kotak-kotak, yang dari segi mode identik dengan jiwa muda sebagaimana kemeja flanel ala mahasiswa, juga tepat untuk target utama yang disasar, yaitu pemilih di usia produktif. Simbol ini kemudian muncul pula sebagai tren,” pungkasnya. (f)

Baca juga:
Topi Tali Tali Presiden Jokowi di Karnaval Toba dan Keengganan Kita Memahami Perbedaan
 


Topic

#Politik