
Foto: Dok. Wikipedia
Silakan-silakan masuk
senyum ringan dan berat isyarat
ada topeng di dinding belakang
Rumah ini rumah terbuka, terbuka hatiku
lihatlah segala kembang-kembang di meja
telepon berdering, putuskan saja
Penggalan ini adalah kata-kata pembuka dari puisi Dua Wanita karya Toeti Heraty Noerhadi, seorang pujangga yang tutup usia pada Minggu, 13 Juni 2021 di usia 87 tahun. Puisi ini terangkum dalam kumpulan pusi pertamanya berjudul Sajak-Sajak 33 yang diterbitkan pada 1974.
Latar belakang pendidikan Toeti sangat kaya, namun sebetulnya tidak berfokus pada sastra. Menjalani pendidikan tingkat sarjana di bidang kedokteran dan psikologi, kolektor seni ini kemudian mengejar ilmu filsafat di Leiden University, Belanda, dan meraih gelar doktor di bidang filsafat dari Universitas Indonesia (UI). Selain menulis, beliau aktif melibatkan diri di dunia akademi, antara lain sebagai dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, membuka Jurusan Filsafat di Fakultas Sastra UI, dan menjadi Rektor Institut Kesenian Jakarta. Berkat dedikasi dan pemikirannya yang maju beliau dikukuhkan sebagai Guru Besar Luar Biasa di Fakultas Sastra UI.
Toeti memiliki kecintaan tersendiri terhadap dunia seni. Rumahnya di kawasan Menteng, Jakarta, serupa sebuah galeri pribadi, yang memamerkan lukisan dari pelukis kenamaan, seperti Affandi. Di samping tergabung dalam Yayasan Mitra Budaya Indonesia, Toeti juga sempat aktif menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta.
Tak hanya sebagai sastrawan dan budawayan, Toeti dikenal sebagai pegiat hak-hak asasi manusia dan cendikiawan feminis generasi pertama. Beliaulah yang menggagas Jurnal Perempuan, sebuah majalah yang mengangkat berbagai isu terkait wanita, dan terlibat dalam Suara Ibu Peduli, LSM yang memperjuangkan pemberdayaan wanita. Sejumlah karyanya merefleksikan perjuangan wanita, termasuk Calon Arang: Kisah Perempuan Korban Patriarki, sebuah puisi panjang setebal buku. Saat femina berusia 25 tahun, Toeti juga mengambil peran penting sebagai perangkum buku Menjurus Arus: Seperempat Abad Femina Mendorong Kemajuan Wanita Indonesia 1972 - 1997.
Di usia senjanya Toeti masih terus menuangkan gagasan-gagasannya dalam rupa tulisan. Salah satu karya terkininya yang berjudul Rainha Boki Raja: Ratu Ternate Abad Keenambelas diterbitkan pada 2010. Setahun silam, beliau mendapatkan Lifetime Achievement Award pada gelaran KEMBALI20: A Rebuild Bali Festival, sebuah festival sastra dan kuliner yang menggabungkan dua acara besar, yaitu Ubud Writers & Readers Festival dan Ubud Food Festival. Penghargaan yang sama pernah diterima oleh sejumlah penulis, termasuk NH Dini dan Sapardi Djoko Damono.
Kini telah tiba waktunya bagi Toeti untuk meletakkan pena, usai menggoreskan tinta emasnya pada lembaran sastra Indonesia. (f)
Baca Juga:
Dewi Nur Aisyah, Pakar Epidemologi Moderen Wanita Satu-Satunya yang Dimiliki Indonesia
Gina S. Noer : Menjadi Sutradara yang Baik Adalah dengan Menjadi Ibu yang Baik
Catherine Hindra, Menjadi Pemimpin Bukan Bos
Topic
#toetiheraty, #obituari, #penulis