
Foto: Stocksnap.io
Di era media sosial, ranah pribadi dengan mudah terendus media dan menjadi konsumsi publik. Lihat saja, kabar tentang perselingkuhan Bupati Katingan, Kalimantan Tengah, dengan cepat menjadi pembicaraan hangat para netizen. Dalam semalam, seluruh detail tentang diri sang pemimpin daerah beredar di mana-mana, termasuk sejumlah foto dari akun media sosial milik dia, istrinya, dan wanita yang diduga selingkuhannya. Ditambah lagi, istri sang bupati juga pejabat publik yang dikenal masyarakat. Ternyata, sang istri merupakan Wakil Ketua DPRD Katingan.
Masalah perselingkuhan, terutama yang melibatkan selebritas atau pejabat publik seperti kasus Bupati Katingan tadi nyaris selalu laris menjadi santapan publik dalam berbagai bentuk, dari tayangan gosip, hingga muncul dalam kemasan serial drama televisi populer, seperti Scandal. Yang menarik, ketidaksetiaan juga memiliki istilah dan konsekuensi sosial berbeda di berbagai negara.
Dalam buku Lust in Translation (Penguin Books, 2007), Pamela Druckerman menyebutkan, kata ‘selingkuh’ hanya satu dari banyak istilah untuk ketidaksetiaan. Di Nigeria, ada istilah sexual networking, sedangkan warga Prancis menyebutnya “simultaneous multi-partnerships”. Orang-orang Finlandia menyebut perselingkuhan sebagai ‘relasi paralel’. Di Rusia, seseorang tidak bisa sembarangan membicarakan tentang penelitian seks. Pemerintah melarang diskusi publik tentang seks, apalagi melakukan survei soal hubungan di luar pernikahan. Penasaran negara mana yang memegang tingkat ketidaksetiaan tertinggi? Thailand!
Indonesia juga tidak luput dari penelusuran Pamela. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, perselingkuhan dianggap sesuatu yang salah karena dilarang oleh aturan agama. Meski demikian, dalam studinya ia juga mendapati fakta bahwa poligami menegaskan ide bahwa seorang pria tidak bisa puas hanya dengan satu pasangan. Dalam hal ini, ia mengutip Paulus Wirotomo, sosiolog dari Universitas Indonesia, “Poligami merupakan sesuatu yang berawal dari ketidaksetiaan, karena sebelum pasangan itu menikah secara resmi, pasti ada periode singkat perselingkuhan.”
Lalu, apa definisi selingkuh? Sebuah poling di salah satu majalah di Afrika Selatan bahkan membedakan kategori pria yang selingkuh, dan pria yang selingkuh ‘saat mabuk’. Survei di Amerika ada yang menyebutkan selingkuh harus melibatkan hubungan seksual, tapi ada juga yang menyebutkan, perasaan terangsang sekalipun sudah cukup untuk masuk dalam kategori perselingkuhan. Bagaimana dengan selingkuh hati? Apalagi, di era media sosial, seseorang bisa dengan mudah punya hubungan emosional lewat interaksi di layar gadget saja.
Penemuan Pamela lainnya, uang menjadi faktor penting dalam perselingkuhan. Pria di negara-negara maju jauh lebih setia ketimbang pria-pria di negara miskin. Salah satu penyebabnya, para pelaku perselingkuhan di negara-negara maju cenderung mendapatkan sanksi sosial yang lebih buruk. Di Amerika, misalnya, sebuah perselingkuhan bisa menyebabkan seseorang kehilangan kehidupan rumah tangganya, aset, status, serta rasa hormat dari lingkungannya. Di negara-negara maju dengan status kesetaraan antara pria dan wanita lebih baik, tingkat perselingkuhan antara wanita dan pria masih cukup rendah, dan tidak berbeda jauh.
Apa pun bentuknya, perselingkuhan jelas memengaruhi seluruh anggota keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga besar. Bagi anak yang sudah cukup paham tentang situasi dan arti sebuah perselingkuhan, umumnya akan merasa marah, malu, bingung dan kecewa pada orang tuanya. Sejatinya, orang tua merupakan teladan utama bagi anak. Sebuah survei mendapati anak-anak dari orang tua yang berselingkuh mengalami masalah kepercayaan terhadap orang lain atau pasangannya saat dewasa. Ibarat lingkaran setan, sebagian dari mereka juga cenderung mengulangi perbuatan orang tuanya di masa lalu dan berselingkuh dari pasangannya. (f)
Topic
#Perselingkuhan