
Setelah Maret lalu membawa buku Larutan Senja ke London Book Fair 2019, Ratih Kumala, akan membawa Gadis Kretek (GPU, 2018) mewakili Indonesia di Beijing International BookFair (BIBF) 2019. Ratih bersama suaminya Eka Kurniawan, yang juga penulis buku, sebelumnya juga pernah membawa karyanya ke Frankfurt Book Fair 2015.
“Sejak Frankfurt Book Fair 2015 sampai sekarang fokus saya masih sama, yaitu tidak cuma memperkenalkan buku-buku saya saja, tetapi juga memperkenalkan sastra Indonesia secara general. Saya ingin orang tahu, bahwa sastra Indonesia itu menarik untuk dibaca, dan buku saya hanya salah satu dari banyak buku lain yang juga berkualitas dan patut diperhitungkan,” ujar Ratih.
Beijing International Book Fair (BIBF) 2019 adalah pameran buku terbesar di Asia. Kehadiran kedua penulis ini akan menebalkan jejak karya Indonesia di BIBF setelah sebelumnya dirintis Agustinus Wibowo, penulis Indonesia pertama yang berbicara di BIBF 2016.

Foto: Instagram @gadiskretek
Ratih tidak sendiri, ia akan hadir bersama Sindhunata yang membawa buku Putri Cina. Bersama penerbit Gramediaa Pustaka Utama, mereka akan menjadi bagian dari lebih dari 2.500 peserta pameran dari 95 negara dan wilayah yang akan berpartisipasi pada BIBF 2019, mulai 21 hingga 25 Agustus, di China International Exhibition Center Shunyi, Beijing.
Pada tanggal 21 Agustus, Ratih akan mengisi Literature Night dengan pembacaan novel Cigarette Girl diiringi pertunjukkan musik di JIC Book Store. Sementara Sindhunata akan berbicara mengenai topik "Stories from Indonesia: The Truth behind Coconut Tree, Firefly and White Sandy Beach” di Writer’s Salon, Hall W3 AOI BIBF. Keduanya kemudian akan hadir pada Book Talk “Literature from the East: What We Talk About When We Talk About Indonesian Literature” yang bertempat di The Bookworm Beijing, pada hari 23 Agustus mulai pukul 19.00.
Menurut Wedha Stratesti, perwakilan International Marketing Kelompok Penerbit Kompas Gramedia, pasar Asia Timur selama ini menjadi momok, bagaikan pasar yang tidak tertembus penerbit Indonesia. Karena itu partisipasi Gramedia Pustaka Utama di BIBF tahun ini menargetkan bertambahnya jumlah rights buku GPU yang terjual ke pasar Tiongkok.
Tentu saja untuk mengenalkan sastra Indonesia ke dunia, diperlukan banyak usaha, salah satunya menerjemahkan karya ke dalam bahasa Inggris dan bahasa lain. Gadis Kretek sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan Arab.
“Berita bagusnya, Indonesia sudah ada di peta sastra dunia. Berita kurang bagusnya, titik yang menunjukan sastra Indonesia di peta dunia, masih berupa titik kecil pake pensil, bukan spidol atau Stabilo. Book Fair atau Book Festival adalah salah satu cara agar sastra Indonesia lebih dikenal. Untuk wilayah ASEAN, BIBF menjadi sarana yang patut diikuti dan diseriusi. Kalau sastra Indonesia bisa lebih dikenal di peta ASEAN, di peta dunia titik itu akan terlihat lebih jelas,” ujar Ratih.
Ratih Kumala adalah penulis serba bisa. Selain Gadis Kretek, berapa karyanya yang lain adalah Tabula Rasa (novel, 2004), Genesis (novel, 2005), Larutan Senja (kumpulan cerpen, 2006), dan Kronik Betawi (novel, 2009). Ia juga menulis skenario untuk televisi. (f)
Baca Juga:
Pesta dan Diskon Untuk Merayakan Hari Kemerdekaan ke-74 Republik Indonesia
Tiga Menteri Wanita Ini Layak Dipertahankan Dalam Kabinet Jokowi
Wacana KPI Awasi YouTube dan Netflix Hebohkan Warganet
Topic
#ratihkumala, #penulis, #novel, #sastra, #pemeranbuku