
Foto: Dok. KPK
Perjuangan perempuan dalam meraih kesetaraan di Indonesia bukanlah perjuangan yang seketika dapat diraih. Kini, sudah lebih dari satu abad perjuangan yang dimulai oleh Kartini, dan kesetaraan perempuan dalam meraih pendidikan dan dalam bidang lainnya sudah dirasakan di Indonesia.
Dalam rangka Hari Kartini dan Hari Pendidikan Nasional, Femina mendapatkan kesempatan berbincang dengan dua sosok perempuan yang sangat membanggakan, yakni Lili Pintauli Siregar, Wakil Ketua KPK, dan Albertina Ho, Anggota Dewan Pengawas KPK.
Bicara tentang kesetaraan, saat ditemui di Perpustakaan Gedung Merah Putih, kantor KPK, yang terletak di daerah Kuningan Jakarta, Lili mengatakan bahwa saat ini perempuan sudah memiliki akses informasi dan kesempatan yang sama dengan laki-laki hampir di segala bidang. Perempuan pun sudah mengambil jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan, walaupun secara jumlah masih belum terwakili.
Dalam kesempatan yang sama, Albertina menambahkan bahwa perkembangan emansipasi di bidang hukum di Indonesia sudah cukup maju. Menurut pengalamannya, kemampuan perempuan tidak kalah dengan laki-laki. Ia berharap, kebijakan afirmasi yang kini dilakukan pemerintah dapat membuat lebih banyak perempuan bisa memangku jabatan-jabatan yang potensial. “Kita perlu mendorong teman-teman perempuan untuk menggunakan kesempatan yang diberikan. Dan hapus pola pikir ‘tidak sanggup’ yang selama ini kerap ada dalam pikiran perempuan,” pesan Albertina.
Terkait korupsi, Lili mengatakan bahwa wanita Indonesia memiliki peran yang penting sebagai alat kontrol tindakan korupsi. “Karena itu, perempuan harus melek informasi mengenai korupsi,”ujarnya. Perempuan bisa menjadi garda terdepan dalam memberikan pemahaman pada keluarga terkecil untuk mencegah tindak pidana korupsi.
Dalam banyak kasus pidana korupsi yang terjadi selama ini, Albertina menyebutkan tidak sedikit perempuan yang turut memberikan andil. Bukan dalam arti berperan secara aktif melainkan secara pasif. "Misalnya, menuntut ini itu kepada suami yang bekerja sebagai penyelenggara negara,” jelas Albertina. Hal-hal seperti ini seharusnya bisa dicegah bila perempuan memiliki informasi dan nilai moral yang tertanam baik di dirinya.
Selain itu, sebagai ibu dan ‘tiang’ keluarga, perempuan harus mampu menanamkan nilai-nilai moral dan integritas kepada anak-anak. Nilai-nilai inilah yang nantinya akan dibawa terus oleh anak hingga nanti dewasa.
“Tidak perlu menghafal apa itu korupsi atau belajar khusus mengenai korupsi. Sebenarnya hal yang mendasar adalah nilai-nilai moral umum dan agama. Harus jujur. Ini yang perlu ditanamkan dan diamalkan sedari kecil,” terang Albertina.
Saat ini, sangat disayangkan bahwa beberapa kasus korupsi menyeret nama perempuan di dalamnya. Perempuan dalam hal ini bukan hanya sebagai pendamping, tapi memiliki peran atau jabatan dalam dunia pembangunan di Indonesia. Saat perempuan memutuskan untuk berada dalam ranah publik dan menempati jabatan-jabatan penting, tentunya ia sudah terinformasi mengenai konsekuensi apa saja yang akan ia terima, termasuk jika ia melakukan tindakan yang tidak benar seperti korupsi. “Sehingga, tidak bisa ada kata sesal, tidak ada kata tidak tahu, atau terpaksa,” ujar Lili.
Selain faktor terbesar yaitu perilaku yang buruk, kurangnya integritas dan kejujuran dalam diri perempuan pelaku korupsi, tak dipungkiri kondisi atau lingkungan kerja juga menjadi faktor perempuan terseret dalam kasus korupsi. Mereka terjebak dalam situasai yang membuatnya turut melakukan tindakan korupsi. “Terkadang dalam lingkaran pekerjaannya, perempuan tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan kebenaran, sehingga ia terseret arus,” tambah Lili. Ketakutan karena akan berdampak buruk pada pekerjaannya juga menjadi salah satu alasan.
Itulah sebabnya, baik Lili maupun Albertina mengajak perempuan untuk berani berkata 'tidak' dan memiliki integritas serta moral yang baik. Albertina berpesan, “Kaum perempuan harus berani berkata “tidak” apabila kita tahu hal itu tidak sesuai dengan aturan (korupsi). Boleh mengikuti arus, tapi harus bisa mengendalikan arus tesebut agar tidak hanyut.” (f)
Baca juga:
Doni Monardo Ingatkan Masyarakat untuk Patuhi Larangan Mudik
85 Sekolah di Jakarta Mulai Uji Coba Belajar Tatap Muka, Ini Persiapannya
Ira Mirawati, Dosen Selebritas di Dunia TikTok
Topic
#KPK, #korupsi, #harikartini, #haripendidikannasional