Trending Topic
Norma Sosial Jadi Alasan Orang Rendah Terapkan Disiplin Perilaku Jaga Jarak

6 Nov 2020


Foto: Freepik


COVID-19 merupakan pandemi baru yang terus dipelajari oleh para peneliti kesehatan di seluruh dunia. Sampai obat atau vaksin untuk penyakit ini ditemukan, kampanye 3M  (Memakai Masker, Menjaga Jarak Aman, dan Mencuci Tangan), merupakan satu paket protokol kesehatan yang sangat diperlukan oleh masyarakat untuk mencegah penularan COVID-19. Bahkan, nanti pun jika vaksin benar-benar didistribuskan, 3M tetap harus menjadi perilaku sehat di masayarakat.

Survei AC Nielsen bekerjasama dengan UNICEF pada 6 kota besar di Indonesia dengan jumlah 2.000 responden, mencoba menggali sikap masyarakat terkait praktik pencegahan COVID-19 pada kehidupan sehari-hari.

Hasil survei tersebut menyebutkan 69,6% responden di 6 kota besar di Indonesia mengaitkan COVID-19 dengan aspek negatif seperti, berbahaya, menular, darurat, mematikan, menakutkan, khawatir, wabah, pandemi, dan penyakit. Meski mayoritas responden mengasosiasikan COVID-19 dengan aspek negatif, namun hal-hal ini bisa mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak positif dalam mencegah penularannya.

Menurut Rizky Ika Syafitri, UNICEF Communications Development Specialist, ketakutan apabila dimanfaatkan dengan benar, bisa mengarahkan ke arah perilaku yang lebih baik. Namun, jika ketakutan tersebut tidak diolah dengan baik maka hanya akan jadi ketakutan saja, tidak menjadi aset untuk mengolah perubahan perilaku.

Dalam acara Dialog Produktif bertema Keterlibatan Masyarakat dalam Respon Pandemi COVID-19 yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), pada Rabu (04/11) terungkap 31,5% dari responden melakukan seluruh perilaku 3M secara disiplin. 36% dari total jumlah responden melakukan dua dari perilaku 3M. Sementara 23,2% melakukan 1 dari perilaku 3M. Hanya 9,3% dari responden yang tidak melakukan kepatuhan terhadap 3M sama sekali.

“Apabila kita analisa secara individual, menjaga perilaku jaga jarak (47%) lebih rendah daripada memakai masker (71%) dan mencuci tangan (72%). Khusus untuk jaga jarak setelah didalami ternyata ada aspek norma sosial yang berperan di sini. Misalnya, merasa tidak enak menjauh dari orang lain, orang lain yang mendekat ke saya, atau berpikir bahwa semua orang juga tidak menjaga jarak,” terang Risang Rimbatmaja, Konsultan UNICEF.

Selanjutnya, konsep kesalahan persepsi bahwa orang yang kelihatan sehat, dianggap tidak bisa menularkan penyakit juga menjadi faktor rendahnya penerapan perilaku menjaga jarak di kalangan masyarakat. “Yang tidak kalah menonjol adalah salah persepsi, saya sehat atau orang lain sehat kenapa harus jaga jarak. Kelihatannya konsep Orang Tanpa Gejala (OTG) masih belum betul-betul berada di benak masyarakat,” jelas Risang.

Baca Selanjutnya: Media Informasi yang Tepat untuk Perubahan Perilaku 


Faunda Liswijayanti


Topic

#3m, #ingatpesanibu, #corona, #covid19, #jagajarak, #satgas