Meilinda Sutanto mengajak para hadirin memahami family constellation therapy, trauma lintas generasi dan kaitannya dengan penyakit kanker payudara.
Foto: Muhammad Zaki

Saat seseorang menghadapi masalah, termasuk ketika divonis menderita suatu penyakit termasuk kanker, ia perlu mengelola stres, negativitas serta men-setting goals dengan benar. "Selama ini, kalau kita merasakan negatif, kita merasa tidak apa-apa karena takut dilihat diri sendiri sebagai orang yang lemah atau malu karena penyakit tersebut dianggap aib keluarga. Padahal kalau memang membutuhkan bantuan kita perlu datang ke orang lain atau seorang ahli," ujar Meilinda Sutanto, saat membuka kelas Message From Your Breast, di acara The Hope Project - Breast Cancer Awareness Day kolaborasi Femina dan Estée Lauder Companies, pada Oktober 2023 lalu. 

Family Constellation Therapist  yang juga Bestselling Author buku Family Constellation ini pun mengajak para hadirin agar lebih piawai mengelola dan me-manage stres, termasuk ketika menghadapi penyakit berat dalam keluarga atau diri sendiri, agar tidak terperangkap menjadi transgenerational trauma dalam keluarga. 

Menurut Meilinda, bagi seseorang yang tengah menjalani sebuah perawatan, sembuh atau sehat itu sebaiknya tidak dijadikan tujuan. Tapi, cari tahu kesehatan yang sedang diperjuangkannya untuk apa. Penting bagi setiap orang untuk menyadari akar permasalahan yang dihadapi serta fokus pada energi positif yang akan membawa ke kesehatan yang lebih baik, khususnya pada para pasien kanker payudara.

"Karena kesehatan itu seperti mobil yang membawa kita dari titik A ke titik B dengan mengubah sesuatu dalam hidup kita. Apa yang menjadi tujuan kita sehat, itu penting untuk membina dan membimbing kita ketika mengalami kesulitan bahkan saat putus asa," jelas Meilinda, sambil mengingatkan agar tujuan yang dimaksud adalah tujuan yang lahir dari dan untuk diri sendiri, bukan demi orang lain.

Setelah selesai dengan meletakkan tujuan dengan benar, tetap melakukan self care dengan merawat kondisi fisik dan emosi tetap fit. "Karena kalau kita menuang dari cangkir kosong, yang kita berikan hanya ekspektasi, kemarahan, kecapekan, dan segala macam. Jadi, prinsip mementingkan kebahagiaan keluarga di atas diri sendiri itu juga tidak tepat, karena perasaan itu juga energi buat kita sebelum membantu orang lain," jelasnya.
 

Sebelum memulai kelas, Meilinda terlebih dahulu menjelaskan kembali konsep family constellation serta tujuan dari terapi ini. "Family constellation itu gunanya untuk memutus rantai trauma generasi yang turun temurun sehingga kita tidak mewariskan trauma tersebut ke generasi selanjutnya di masa depan," jelas Meilinda. Karena dampak jangka panjang dari memutus transgenerational trauma adalah memperbaiki keturunan dan memutus rantai penyakit. 

Menurut Meilinda, salah satu cara untuk bahagia yang diajarkan family constellation adalah mengetahui dan menggali akar masalah yang membuat stres. Family constellation berguna untuk mengetahui cara menjadi keluarga yang benar, saling mengasihi, juga mewujudkan keluarga yang berfungsi secara benar dan sehat, agar masing-masing anggota keluarga bisa bahagia, saling mengerti, dan berkomunikasi dengan bagus.

Manfaat lain, family constellation juga untuk memulihkan akar permasalahan dari depresi, trauma, kecemasan, kecanduan, kesedihan, masalah finansial, psikosomatis, rasa bersalah/ malu berlebihan, pola hubungan yang toxic, dinamika keluarga yang disfungsional, masalah ketidaksuburan/ infertilitas, anak hiperaktif, anak tantrum, anak bermasalah dengan behavior, kematian dini, hingga karier.
 

Salah satu peserta, Rula, mengaku beruntung sempat ditunjuk dan terlibat dalam role play di panggung karena jadi lebih fokus dan mengerti langkah yang akan diambil ke depan.
Foto : Muhammad Zaki