
Dok. Freepik
Memasuki fase kehidupan tatanan baru atau yang akrab disebut new normal, masyarakat diharuskan mengikuti protokol kesehatan guna meminimalisir paparan virus corona yang masih ada di sekitar kita. Mulai dari menjaga jarak, tetap menggunakan masker dimanapun, hingga rajin mencuci tangan.
Namun nyatanya, protokol-protokol kesehatan seperti itu dianggap tidak cukup untuk melindungi diri atau orang lain dari paparan virus corona. Buktinya, Kementerian Perhubungan melalui Direktur Jenderal Perkeretaapian mewajibkan pengguna moda transportasi kereta api untuk mengenakan alat perlindungan tambahan seperti penutup wajah transparan atau face shield.
Hal ini berkaitan dengan dihapusnya kebijakan batasan kapasitas penumpang dari 50 persen menjadi 70 persen. Dengan akan semakin banyaknya penumpang mengakses moda transportasi massa, mengenakan alat perlindungan ekstra dianggap perlu dilakukan.
Sebenarnya, perlukah kita mengenakan face shield, yang biasanya dikenakan oleh tenaga medis?
Ketika debat tentang droplet virus corona yang sangat kecil dapat tersebar di udara muncul di antara para pakar kesehatan, melindungi area mata dan seluruh wajah menjadi sangat penting. Seperti yang disampaikan oleh Dr. Eli Perencevich, dokter penyakit menular di Iowa University dan Iowa City Veterans Affairs Health Care System bahwa face shield dapat melindungi seluruh wajah, termasuk mata dan mencegah kita untuk menyentuh wajah.
Dr. Eli pun memaparkan bahwa banyak orang yang memakai masker dengan cara tidak benar, yang membuatnya semakin rentan terpapar virus. Menambahkan perlindungan tambahan seperti face shield dapat membantu melindungi pemakainya dari infeksi maupun menularkan virus ke orang lain.
Sebuah simulasi tahun 2014 dalam penelitian bertajuk Efficacy of Face Shield Against Cough Aerosol Droplets from a Cough Simulator menunjukkan bahwa mengenakan face shield dapat mengurangi paparan virus hingga 96 persen ketika dipakai dalam jarak 18 inci (45.72 cm) dari seseorang yang sedang batuk.
"Bagusnya dari pelindung wajah adalah bisa diresterilisasi dan dibersihkan dengan mudah, sehingga dapat digunakan kembali," ujar Dr. Sherry Yu, seorang dokter di Brigham and Women's Hospital di Boston, Amerika Serikat yang pernah membuat face shield untuk para tenaga medis. Bedanya dengan masker bedah atau N95 yang hanya bisa digunakan sekali pakai, face shield bisa digunakan berkali-kali.
Ia pun menambahkan, cara membersihkannya pelindung wajah transparan dari plastik tersebut bisa dengan alkohol sederhana atau dengan sabun dan air panas.
Kendati memberikan proteksi ekstra, namun bukan berarti hanya mengenakan face shield sudah cukup melindungi dari paparan COVID-19. Pelindung wajah ini dikenakan harus bersamaan dengan penggunaan masker. Pasalnya, menurut Dr. William Lindsley, seorang bioengineer di National Institute for Occupational Safety and Health yang meneliti tentang face shield di tahun 2014, mengatakan bahwa face shield tidak seefektif masker N95 yang menutup rapat sekitar area hidung hingga mulut.
"Jika Anda menghadap samping atau seseorang batuk atau bersin dari belakang, tetap ada risiko paparan droplet, " ujar Dr. Lindsley. Ia pun mengingatkan bahwa face shield bukan digunakan untuk menggantikan masker, namun digunakan secara bersamaan. (f)
BACA JUGA :
Menyiapkan Masyarakat Aman COVID-19 dan Produktif
Bepergian Keluar Kota dengan Transportasi Umum di Masa New Normal, Ada Syaratnya
Kembali Beraktivitas, 7 Barang Ini Wajib Ada dalam Tas
Topic
#corona, #faceshield