Trending Topic
Mengenang Semangat Sutan Takdir Alisjahbana Memperjuangkan Bahasa Indonesia

3 Sep 2019


Foto: Desiyusman Mendrofa

Sosok Sutan Takdir Alisjahbana (STA) berperan penting dalam memperjuangkan Bahasa Indonesia selama pendudukan Jepang sehingga menjadi bahasa nasional, pemersatu bangsa dan masih kita gunakan hingga saat ini.
 
STA pertama kali menulis Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia (1936) dipandang dari segi Indonesia. Ia juga menulis kamus Istilah yang berisi istilah-istilah baru yang dibutuhkan oleh negara baru yang ingin mengejar modernisasi dalam berbagai bidang.

Setelah Kantor Bahasa tutup pada akhir Perang Dunia kedua, ia tetap mempengaruhi perkembangan Bahasa Indonesia melalui majalah Pembina Bahasa yang diterbitkan dan dipimpinnya.
 
Pada tahun 1970, STA menjadi Ketua Gerakan Pembina Bahasa Indonesia dan inisiator Konferensi Pertama Bahasa-Bahasa Asia tentang The Modernization of The Languages in Asia yang berlangsung pada 29 September - 1 Oktober 1967.
 
Prof. Dr, Toety Heraty N. Roosseno, Wakil Ketua Akademi Jakarta mengungkapkan bahwa STA merupakan fajar modernisme Indonesia. Ia memiliki semangat membangun Indonesia modern bahkan sebelum merdeka, lewat pemikirannya di bidang bahasa, sastra, filsafat, dan kebudayaan, yang tersebar dalam berbagai tulisan dan buku.
 
“Kecintaan STA akan memajukan bahasa Indonesia sebagai bahasa bangsa yang maju dilakukannya dengan modernisasi Indonesia sehingga dapat menjadi bahasa nasional yang menjadi pemersatu bangsa,” kata Toety dalam sambutannya pada acara Sutan Takdir Alisjahbana Memorial Lecture di Taman Ismail Marzuki (TIM) beberapa waktu lalu.
 
Sebagai wujud mengenang pengabdian STA kepada bangsa Indonesia, maka sejak tahun 2009 lalu, Akademi Jakarta menggelar Sutan Takdir Alisjahbana Memorial Lecture, sekaligus memperingati 100 tahun STA saat itu yang digelar setiap tahun hingga saat ini.
 
Dalam setiap penyelenggaraan STA Memorial Lecture, Akademi Jakarta mengadirkan pembicara untuk menyampaikan pemikirannya. Pada STA Memorial Lecture pertama menampilkan Rosihan Anwar dengan tema Relevansi Sjahrir Bagi Indonesia Mendatang.
 
Pada STA Memorial Lecture 2019 kali ini, Akademi Jakarta menghadirkan Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, mantan Menteri Pertahanan dan Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008-2013. Mahfud MD menyampaikan orasinya dengan tema Penguatan Demokrasi dan Nomokrasi Untuk Merawat dan Membangun Indonesia.
 
Mahfud MD dalam orasinya mengatakan bahwa ia memilih tema tersebut karena ia terinsipirasi oleh sosok Sutan Takdir Alisjahbana. “Kebetulan saya pernah mengutip pandangan kritis STA untuk rujukan disertasi saya pada tahun 1993 di UGM (Universitas Gadjah Mada) yakni pandangannya tentang demokrasi yang pernah ditulisnya dalam Indonesia Social and Cultural Revolution,” katanya.
 



Untuk diketahui, seperti dikutip dari www.jakarta.go.id, Akademi Jakarta didirikan pada 24 Agustus 1970. Para anggotanya dipilih oleh Dewan Kesenian Jakarta dan berjumlah 10 orang. Dalam Pedoman Dasar PKJ-TIM, tanggal 10 November 1968 Pasal 5, selain berjumlah sepuluh orang, para anggota Akademi Jakarta dipilih untuk seumur hidup selama kesehatannya masih baik. Kriteria lain yang berlaku, berumur lebih dari 40 tahun, dan berasal dari seluruh Indonesia. Anggota Akademi Jakarta harus merupakan seniman atau budayawan yang sudah berprestasi pada bidangnya, yang bermutu dan juga merupakan pemikir kebudayaan secara umum.

Dalam hubungannya dengan Pemerintah, Akademi Jakarta merupakan Dewan Penasehat bagi Gubernur DKI Jakarta bidang seni dan budaya. Berkaitan dengan tugasnya, Akademi Jakarta memberikan pertimbangan serta nasehat, diminta atau tidak, kepada Gubernur DKI Jakarta mengenai hal-hal yang berkenaan dengan pengarahan dan pemikiran dasar kebudayaan Indonesia dalam arti yang seluas-luasnya.
 
Ketika dikukuhkan Gubernur KDKI Jakarta Ali Sadikin pada tahun 1970, para anggota Akademi Jakarta terdiri dari Sutan Takdir Alisjahbana (budayawan dan sastrawan), Mohammad Said (pendidik), Mochtar Lubis (wartawan dan penulis), Rusli (pelukis), Asrul Sani (penyair dan sutradara). (f)


Baca Juga:
Astri Puji Lestari, Arsitek yang Menjalani Hidup Minim Sampah Sejak Kecil

Lauren Sulistiawati, Presiden Direktur Commonwealth Bank : Integritas Harus Menjadi DNA

NH Dini, Penulis Yang Baru Saja Berpulang Itu Adalah Wanita Berani
 


Topic

#sastra, #bahasa, #budaya