Trending Topic
Menarik, Bersosialisasi Jadi Alasan utama Orang Indonesia Ikutan Fandom

16 Jun 2022

fandomfandom
Foto: Shutterstock


Fandom istilah yang belakangan marak ini disebut-sebut sebagai kekuatan selanjutnya dalam masyarakat. Sebenarnya apa itu fandom? Fandom adalah istilah dalam bahasa Inggris yang artinya kepenggemaran. Fandom juga bisa berarti himpunan atau basis dari fans. Meskipun fandom sering dilekatkan pada penggemar K-pop, namun faktanya sebutan fandom bisa digunakan untuk grup atau hinpunan apa saja. 

Di kawasan Asia, ASEAN khususnya kehadiran fandom bukan hal yang baru. Namun, dengan kondisi pandemi COVID-19, jumlah orang yang mengikuti komunitas fandom meningkat secara signifikan karena masyarakat menjadi lebih punya banyak waktu di rumah dan mencari cara yang paling memungkinkan untuk mengakses hal yang mereka sukai dan memenuhi afirmasi diri. Di sisi lain, antusiasme terhadap fandom juga mengingatkan tentang berbagai tantangan sosial dan ekonomi.

Hakuhodo Institute of Life and Living ASEAN (HILL ASEAN), institusi yang berada di bawah naungan salah satu perusahaan periklanan ternama di Jepang, Hakuhodo Inc., membuat riset terbarunya yang bertajuk “Into the Fandom – How Tribes of Fans will be the Next Power in Society?”  untuk menganalisa lebih dalam terkait sikap dan perilaku dari masyarakat yang bergabung dalam fandom. Penelitian dengan metode survei kuantitatif dan kualitatif ini dilakukan di 6 (enam) negara ASEAN dan Jepang.

“Komunitas fandom di ASEAN merupakan bentuk ‘masyarakat ideal’ atau ‘utopia’ dimana semua anggota sama sejajar – tidak ada hirarki, berkomunikasi dengan bebas, tidak memandang usia, jenis kelamin, kebangsaan, atau status ekonomi dan sosial. Dapat dikatakan, keragaman dan kesetaraan sungguh diwujudkan dalam komunitas ini sehingga terbentuk hubungan dan solidaritas yang murni tanpa untung atau rugi,” jelas Devi Attamimi, Institute Director, HILL ASEAN dan Executive Director Strategy, Hakuhodo International Indonesia.

HILL ASEAN menyebut fandom ini sebagai Matter-verse, sebuah komunitas ideal yang merespon kebutuhan penting masyarakat yang sulit dicapai di dunia nyata,

Penelitain ini pun mengungkap keunikan dari komunitas fandom ASEAN, antara lain: 
1/ Kesetaraan. Tidak ada diskriminasi atau prasangka dengan sesama anggota fandom. Setiap orang dihormati secara setara karena terhubung oleh perasaan ‘suka’ yang sama. 
2/ Kreativitas. Para anggota fandom bekerjasama untuk merencanakan sesuatu untuk bersenang-senang bersama.
3/ Keluarga kedua. Ada perasaan untuk saling percaya dan dapat membantu satu sama lain. 
4/ Kekuatan kelompok. Fandom memanfaatkan kekuatan bersama untuk memberikan pengaruh terhadap kepentingan fandom dan masyarakat, merasakan sensasi nyata membuat perbedaan di dunia.

Yang menarik, ada perbedaan tujuan seseorang bergabung dengan fandom di ASEAN dan Jepang. Bagi masyarakat ASEAN, bergabung dalam fandom merupakan salah satu cara memenuhi kebutuhan untuk memiliki hubungan/bersosialisasi dengan orang lain. Mereka secara aktif berinteraksi dan berbagi informasi di antara sesama anggota komunitas. Sedangkan bagi masyarakat Jepang fandom merupakan wadah untuk bersenang-senang dan mengatasi rasa kesepian atau stres.  

“Terdapat tiga ‘matters’ atau hal penting yang ingin dipenuhi oleh masyarakat ASEAN melalui fandom yaitu, (1) To Matter – membuat mereka merasa keberadaannya di dunia ini penting; (2) To have something that matters – memungkinkan mereka untuk memiliki atau melakukan sesuatu yang berarti; (3) To have my hopes that matters fulfilled – memberi ruang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang mereka anggap paling penting,” ungkap Devi.

Devi menambahkan, “temuan riset ini menjadi bukti bahwa komunitas fandom adalah sebuah utopia dengan tatanan ekonomi dan sosial yang baru”. 

Kpop, game, dan memasak merupakan subjek fandom yang paling banyak diikuti di ASEAN selama pandemi. Meski fandom Kpop di Indonesia sangat besar, faktanya penelitian ini menemukan bahwa pertumbuhan fandom tertinggi di Indonesia, justru berasal dari memasak (cooking), diikuti games dan Kpop. Pertumbuhan Kpop terbesar justru ada di Thailand. 

Selain itu, sekitar 83% masyarakat ASEAN juga mengakui mereka memiliki brand yang sangat disukai dan menjadi fan dari brand tersebut. Alasannya antara lain karena kualitas produk atau layanan yang baik, adanya nilai emosional, dan didukung komunitas fandom yang tak terbatas.

Hasil survei ini diharapkan dapat menjadi indikator berbasis fakta yang menciptakan perspektif baru dalam membantu strategi pemasaran dari produk-produk konsumen di negara-negara ASEAN. (f) 



Baca Juga: 
Lebih Dekat dengan Dita Karang, Idol K-Pop Pertama dari Indonesia
Konser dan Fan Meeting Idol Kpop di 2022
Studi Terbaru, Mayoritas Pengguna Sosial Media di Indonesia Gunakan Fitur Keamanan Data Pribadi


Faunda Liswijayanti


Topic

#fandom, #kpop, #brand, #penelitian