
Beberapa daerah di Indonesia menyebarkan imbauan untuk tidak menyalakan kembang api dan petasan saat menyambut datangnya tahun baru. Begitu juga konvoi kendaraan. Jika Anda peduli pada lingkungan dan kesehatan, ada banyak alasan untuk mendukung imbauan itu.
Konvoi kendaraan tak hanya rawan kecelakaan dan kerusuhan, tapi juga membuat udara panen polusi udara. Bagaimana dengan kembang api dan petasan? Petasan sudah kerap menimbulkan korban saat meletus di tangan atau mengenai tubuh.
Sementara kembang api raksasa yang meletus di udara terbuat dari campuran berbagai bahan kimia seperti sulfur juga memberi efek besar. Untuk menghasilkan warna warni kembang api digunakan logam berat, yaitu Strontium (Sr) untuk warna merah, Barium (Ba) untuk warna hijau, Cuprum (Cu) untuk warna biru, Calcium (Ca) untuk warna orange, Natrium (Na) untuk warna kuning, Magnesium (Mg) untuk warna silver, juga beberapa logam berat lain seperti timbal (Pb) dan Chromium (Cr).
Untuk membantu proses pembakaran dan meluncurkan kembang api ke udara digunakan juga natrium peklorat. Tak heran kalau seiring ledakan warna warni, tersebarlah ribuan partikel halus di udara yang mengandung logam berat. Tak heran kalau berbagai penelitian menemukan peningkatan partikel halus di udara saat hingga beberapa hari setelah perayaan yang menggunakan kembang api, seperti menyambut tahun baru, hari kemerdekaan, dan diwali.
Bahkan, efek negatif kembang api sudah dimulai sejak ia meletus di udara. Kebisingan yang ditimbulkan merupakan polusi suara yang bisa mengganggu pendengaran terutama pada hewan-hewan kecil yang berada di sekitarnya. Letusannya bisa mencelakai burung yang terbang di sekitarnya.
Partikel berbahaya yang ia lontarkan juga dapat terhirup manusia, burung, dan hewan lain. Ia berisiko memicu gangguan pernapasan, iritasi mata dan hidung, juga membuat sakit kepala. Risiko kesehatan jangka panjang juga mengancam saat zat berbahaya tadi mengendap di tanah atau mencemari air yang akan dikonsumsi hewan dan manusia.
Bukan cuma di Indonesia, gerakan ini juga dilakukan di luar negeri. Jerman adalah salah satu negara yang mengajak masyarakatnya mengubah kebiasaan merayakan tahun baru, dengan alasan keamanan dan mencegah polusi serta kerusakan pada bangunan bersejarah. Pemerintah kota seperti Berlin masih akan menyalakan kembang api, namun melarang penggunaan kembang api secara perorangan.
Belakangan memang disebut-sebut sudah dikembangkan kembang api yang menggunakan bahan kimia yang lebih ramah lingkungan. Tapi itu pun hanya mengurangi dampaknya, bukan berarti aman sepenuhnya. (f)
Baca Juga:
Komitmen Sejauh Mata Memandang Pada Pelestarian Laut
Hindari Banjir Saat Hujan, Saatnya Kelola Sampah di Rumah
Berbisnis Kuliner Tanpa Melukai Bumi
Topic
#tahunbaru, #lingkungan, #polusi