
Foto: Pixabay
Penggunaan air keras untuk menyakiti orang kerap terjadi. Beberapa waktu lalu penyidik KPK Novel Baswedan disiram air keras oleh orang tak dikenal hingga mata kirinya rusak. Awal April 2017, pelari ultra marathon Eni Rosita juga disiram air keras saat sedang melintas di daerah Boyolali, Jawa Tengah saat mengikuti sebuah kejuaraan lari. Alhasil, tubuh Eni pun mengalami luka-luka lepuh yang parah.
Zat kimia atau air keras terbagi dalam beberapa kategori. Namun, yang umum dijumpai di pasaran adalah kategori asam dan basa. Cairan yang selama ini kerap digunakan oleh pelaku kejahatan adalah asam sulfat yang dipakai untuk aki atau asam klorida yang berguna untuk membersihkan permukaan logam.
Dokter Hartono Kartawijaya, SpBP-RE dari RS Siloam Karawaci, Tangerang, Banten mejelaskan bahwa bila luka yang terkena air keras kering dan cokelat kehitaman, kemungkinan besar air keras yang digunakan adalah kategori asam. Sedangnya bila menggunakan basa, lukanya akan berbusa seperti sabun.
Air keras yang mengenai kulit akan langsung bereaksi dengan protein yang ada di kulit. Proses reaksi tergantung pada jumlah cairan dan lamanya kontak pada kulit. Zat kimia asam dan basa bila terkena kulit akan beraksi dengan menggumpal.
“Bila tidak segera dibersihkan, maka toksin atau zat beracun akan merusak jaringan kulit, tembus ke dalam jaringan lemak, lalu ke jaringan otot hingga tembus ke tulang. Air keras akan lebih cepat bereaksi merusak jaringan bila mengenai wajah, atau mata,” kata Hartono. Tidak hanya menimbulkan luka, tapi juga bisa mematikan. Membuat korban meninggal dunia, apalagi bila area tubuh yang terkena cukup luas.
Proses terjadinya kematian tergantung dari luasnya area tubuh yang terkena cairan serta lamanya kontak pada tubuh. Bahkan, beberapa kasus, yaitu mengalami kecelakaan tercebur ke dalam tong berisi air keras, kurang dari 24 jam korban bisa meninggal dunia.
Tindakan medis bagi penanganan luka bakar zat kimia diawali dengan membersihkan luka bagian luar, kemudian melalui pemeriksaan dilihat kedalaman lukanya. Jaringan mati akan diangkat, kemudian dilakukan penutupan luka atau skin grafting.
Dr. Hartono menambahkan, pertolongan pertama yang cepat dan tepat adalah yang paling penting untuk mengurangi dampak. Salah satu tindakan yang harus dilakukan adalah menyiram bagian tubuh yang terkena zat kimia dengan air bersih yang mengalir. Idealnya, penyiraman dilakukan selama 20 menit tanpa henti.
Namun, bila yang mengenai kulit adalah bahan kimia berbentuk bubuk, seperti sulfur atau tenol, hindari melakukan penyiraman. Bersihkan terlebih dahulu bubuk kimia yang menempel. Setelah itu, baru dilakukan penyiraman. Sebab, kedua jenis bahan kimia itu justru akan bereaksi bila terkena air. (f)
Baca juga:
Novel Baswedan Penyidik KPK Diserang Orang Tak Dikenal, Dukungan Mengalir dari Netizen
Siraman Air Keras Meluruhkan Wajah Reshma Qureshi, Bukan Semangatnya
Topic
#airkeras , #novelbaswedan