Foto: Dok. Permata
Setelah pandemi usai, bagaimana prospek ekonomi dan dunia kerja di masa depan? STEM (Science, Technology, Engineering & Math) disebut-sebut sebagai peluang penting dan kecakapan yang perlu dikuasai. Sayangnya, perempuan yang berkecimpung di bidang STEM ini masih sangat kecil, 30% angkanya secara global, di Asia hanya 18%. Di Indonesia sendiri, hanya 12% jumlah perempuan dari semua lulusan jurusan terkait STEM. Untuk itu, peran perempuan di bidang ini masih perlu terus didorong dan diupayakan oleh semua pihak.
Topik tentang perempuan dan STEM ini muncul dalam pembahasan panel di ajang PermataHati CSR Unite For Education Sustainability Forum (UFE) ke-12, pada Selasa (7/3/2023) di Gandaria City Mall Jakarta. Selaras dengan tema yang diusung “The Future of Vocational Education and Inclusivity”, peran perempuan krusial dalam mewujudkan percepatan pembangunan di berbagai sektor, termasuk di dalam bidang STEM yang cenderung didominasi pria.
Dalam panel pertama bertajuk ‘Inspirasi Pemberdayaan Perempuan’ yang dipandu oleh Petty Fatimah, Chief Community Officer Femina, menghadirkan empat tokoh perempuan dengan rekam jejak mengesankan, menyeruak banyak pembelajaran menarik. Keempatnya antara lain, Meliza M. Rusli, Direktur Utama PermataBank; Silvia Halim, Deputi Bidang Sarana & Prasarana IKN; Dewi Nur Aisyah, Senior Epidemiologist and Infectious Disease Informatics Expert yang bekerja di Kemenkes RI; dan Ayu Purwarianti, Ketua Pusat Kajian AI di ITB. Panel diskusi yang erlangsung selama 1 jam ini meripakan kolaborasi antara Permata Hati CSR dengan Femina Media.
Foto : Dok. Permata
Kenapa STEM?
Saat ini, teknologi telah mengepung segala aspek hidup kita. “Sekarang dunia perbankan tidak bisa dipisahkan dengan teknologi. Di PermataBank, kami ingin jadi digital first bank. Itu sesuai dengan apa yang saya cita-citakan. Teknologi jadi enabler paling penting dalam menggerakkan bisnis,” ungkap Meliza M. Rusli, Direktur Utama PermataBank. Meliza sendiri punya latar belakang pendidikan di bidang Teknik Elektro sebelum kemudian berkarier di bidang Investment Banking.
Di bidang engineer, juga diperlukan sentuhan perempuan. Hal ini ditegaskan oleh Silvia Halim, dalam perannya saat ini mendesain infrastruktur sebuah kota ‘masa depan’ di Kalimantan. “Di bidang STEM, kita provide solusi. Buat siapa? Semua, baik laki-laki maupun perempuan. Kadang laki-laki kurang paham kebutuhan perempuan. Kalau ada perempuan di tim, bisa menawarkan solusi yang tepat. Perempuan juga biasanya lebih dalam dan detail,” ujarnya. Saat ini, bidang engineering angka perempuan di entry level mencapai 44%, tapi sayangnya semakin ke atas makin sedikit.
Epidemiologis senior, Dewi Nur Aisyah percaya bahwa teknologi adalah masa depan. Ia pun menitip pesan kepada para peserta konferensi yang kebanyakan adalah pelajar sekolah kejuruan, “Carilah ilmu masa depan. Teknologi salah satunya.” Saat memilih jurusan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, pilihannya jatuh pada jurusan Epidemiologi. Jurusan yang paling tidak diminati, dari 300 mahasiswa, hanya 10 mahasiswa yang memilihnya. “Ilmu ini sangat dibutuhkan, bahkan dampaknya sangat besar,” tutur Dewi, yang pernah bertugas di Satgas Penanganan COVID-19 sebagai Ketua Bidang Data dan IT Satgas Nasional tahun 2020-2021 dan sekarang bertugas di Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan RI.
Sekeping masa depan yang bisa kita lihat saat ini adalah keberadaan Artifisial Intelijen. Apa kata Ketua Pusat Kajian AI di ITB, yang tak lain sosok perempuan bernama Ayu Purwarianti? Teknologi dibangun untuk memenuhi kebutuhan semua orang, sebanyak mungkin. Ayu mencontohkan, di awal kehadiran ChatGPT, saat diminta membuat program untuk seleksi saintis, didesain untuk mereka yang berkulit putih dan laki-laki. Belakangan, sudah semakin ada perbaikan. “Artinya di situ sudah ada yang protes. Untuk tahu suatu teknologi cocok atau tidak untuk perempuan, maka perlu ada perempuan,” tegas Ayu.
Foto: Dok. Permata
Perempuan di Tengah Tantangan
Perempuan di STEM sudah minoritas, ditambah keempat perempuan ini menduduki level puncak, lebih minoritas lagi. Untuk sampai di posisi ini, sungguh tidak gampang. Mereka teruji melewati berbagai tantangan.
Silvia bercerita, salah satu tantangan yang ia hadapi saat menjabat sebagai Direktur Konstruksi MRT, justru bukan tantangan teknikal, tapi non teknikal. “Soal birokrasi, regulasi, semua belum sampai, belum sama. Karena kami mau menjalankan sistem kereta api modern. Ditambah lagi, keraguan. Beneran ini bisa jadi? Kami harus banyak meyakinkan orang. Tantangan lain, meyakinkan, masyarakat bisa disiplin nggak? Kebanjiran nggak? Kami banyak lakukan komunikasi ke masyarakat,” kisahnya.
Silvia yang merupakan lulusan Fakultas Teknik Sipil di Universitas Teknologi Nanyang, Singapura, mengatakan, sebenarnya sampai dengan ia lulus kuliah, ia masih belum menemukan passionnya. “Setelah saya kerja di bidang transportasi, saya baru merasa, this is my passion.”
Tak kalah berat dengan Silvia, memasuki pandemi, Dewi yang bertugas di Satgas COVID-19, berkantor dari pukul 7 pagi hingga pukul 12 malam. Situasi yang urgen menuntutnya harus kerja cepat, karena datanya dibutuhkan dalam menentukan kebijakan. “Tugas yang normalnya 1 bulan selesai, harus bisa selesai dalam waktu sehari. Kami mengkoordinasikan beragam sektoral untuk bisa jalan bareng,” kisahnya. Belum lagi, tantangan dari keluarga, saat itu, Dewi baru punya bayi berusia 1,5 tahun. Suaminya yang tengah menempuh pendidikan S3 di Inggris, pulang ke Indonesia demi men-support tugas Dewi.
Seberat apa pun tantangan, Ayu berpesan, untuk terus belajar. Perubahan begitu cepat dan terus menerus terjadi. “Termasuk ketika ada teknologi baru, jangan anggap itu sebagai ancaman. Anggap sebagai alat bantu yang bisa kita manfaatkan untuk pekerjaan kita,” tutup Ayu. (f)
Penulis : Ficky Yusrini (Kontributor - Jakarta)
Baca Juga:
Mencari Bentuk Pendidikan (Kejuruan) yang Menjawab Tantangan Zaman
Kerja Sosial dan Kebangkitan Anak Muda
Nadiem: Bahasa Indonesia Lebih Layak menjadi Bahasa Resmi ASEAN
Topic
#stem, #pemimpinperempuan, #iwd2023, #permata, #pendidikanvokasi, #pendidikan, #vokasi