
Foto: Alice Larasati
Atas undangan AirAsia Indonesia dan Tourism Western Australia, Web Content Editor femina, Alice Larasati, menelusuri Perth, Australia Barat. Berikut sebagian catatan keseruannya.
Untuk menciptakan pengalaman yang lebih berkesan, saya bergabung dengan tim perenang Rockingham Wild Encounters untuk bermain bersama lumba-lumba di perairan Shoalwater Islands Marine Park yang terhubung dengan Samudra Hindia. Berjarak sekitar 40 km dari Perth Central Business District, lokasi ini bisa dicapai dengan berkendara sekitar 45 menit ke arah selatan.
Agar lebih nyaman, kami dianjurkan mendaftarkan diri dan membayar paket tur mulai dari 45 dolar Australia (Rp450.000) per orang sebelum datang. Harga ini sudah termasuk sewa wetsuit, kacamata, dan snorkel, serta makan siang di kapal. Namun, meski sudah bayar, tidak ada jaminan lumba-lumba mudah ditemukan. Sebab, ada hari-hari tertentu saat lumba-lumba bersembunyi dan tidak ingin ditemui siapa pun.
Petualangan saya dimulai tepat pukul 08.00 pagi. Semua peserta diminta naik ke kapal yang dapat memuat sekitar 30 orang, termasuk para instruktur. Selama perjalanan 30 menit menuju tempat tinggal lumba-lumba, peserta diberi tahu mengenai gaya hidup lumba-lumba, cara berinteraksi dengan mereka, dan tak lupa soal aturan snorkeling di lautan.
Saya yang tidak bisa berenang pun menjadi sangat tertarik untuk nyebur ke laut. Sebelumnya saya memastikan kepada Will, instruktur kelompok saya, bahwa aktivitas ini aman. Ia menjawab sambil tersenyum lebar, “Absolutely! Yang lebih dibutuhkan saat berada di laut adalah spontanitas dan jiwa bertualang. Turunlah ke laut, biarkan keingintahuan menguasai dirimu!”
Begitu tiba giliran kelompok kami, jantung saya berdebar tidak keruan. Saya memasang kacamata dan meletakkan pipa snorkeling di mulut. Will mengingatkan saya untuk bernapas teratur dan memasukkan kepala ke dalam permukaan air setelah berada di laut. Byuuur! Dalam hitungan detik saya sudah berada di laut dan segera berpegangan pada ikat pinggang instruktur saya.
Awalnya saya sempat panik karena airnya cukup dingin. Namun, begitu tubuh sudah mengapung dan pegangan tangan saya juga mulai mantap, ternyata semua baik-baik saja. Di dalam air, suasana sangat hening. Saya hanya bisa melihat warna biru turquoise yang makin menggelap di dasar laut.
Will kemudian berteriak agar kelompok kami menoleh ke arah kanan. Ternyata, di sebelah kanan kelompok kami ada seekor lumba-lumba berwarna abu-abu sedang berenang. Gerakannya sangat lembut, seakan menari menyambut kami. Lumba-lumba tersebut terus bergerak dan berputar-putar mengelilingi kami. Momen yang benar-benar menakjubkan!
Lumba-lumba itu ternyata jenis hidung botol atau bottlenose (Tursiops truncatus) yang hidup di lautan lepas bersuhu tropis. Mamalia laut ini ketika lahir memiliki berat 15-30 kilogram dengan panjang 70-130 sentimenter, sementara bobot lumba-lumba dewasa akan mencapai 200-300 kilogram dengan panjang 2-4 meter. Mereka termasuk makhluk sosial sehingga mudah didekati.
Setelah itu, kami pun bergerak menuju kapal, sementara kelompok lain bersiap kembali terjun ke laut. “Not bad for someone who can’t swim,” ujar Will sambil mengajak saya ber-high five begitu sampai di atas kapal.
Setelah itu, saya memutuskan menyudahi acara snorkeling dan berada di kapal saja untuk mengambil beberapa foto. Dari kapal, saya mengamati lumba-lumba berputar-putar seakan mengajak berinteraksi kelompok yang sedang mengapung di laut. Setelah semua kelompok kembali ke kapal, instruktur menjelaskan, ketika lumba-lumba sudah merasa nyaman, mereka akan terus berada di dekat manusia. Terbukti, begitu laju kapal dipercepat, kawanan lumba-lumba itu mengikuti sambil berenang dan berlompatan di samping kapal. (f)
Baca Juga:
- 4 Hal Wajib Dilakukan di Fremantle, Western Australia
- Jalan-jalan Perth: Sandboarding di Lancelin Sand Dunes
- Ingin Wisata Makanan Halal di Selandia Baru? Ini Panduannya untuk Anda
Topic
#travelingaustralia