Sex & Relationship
Pesona Pria dan Hobinya Di Mata Wanita

21 Nov 2016


Foto: 123RF

 
Konon, pria yang punya hobi memiliki daya tarik sendiri. Bahkan, wanita bisa terpesona karenanya.  Apa yang membuat para pria itu jadi jauh lebih keren dari biasanya saat sibuk di dunianya sendiri?

Menurut  Elly Nagasaputra, MK, CHt, konselor pernikahan dari www.konselingkeluarga.com, ternyata ada alasannya mengapa wanita bisa terpesona kepada  pria yang sibuk dengan dunianya sendiri. “Soalnya, saat itu kamu sedang melihat seseorang yang sedang melakukan sesuatu dengan passionate. Orang yang seluruh jiwa raganya tertuju pada yang dia sukai,” kata Elly.

Mengapa kelihatan menarik, karena orang yang passionate menjadi sangat fokus dan mendedikasikan dirinya,   sangat berkomitmen pada apa yang sedang dikerjakannya itu.
“Nah, daya tarik itu membuat wanita jadi menganalogikan diri pasangannya sebagai orang yang berdedikasi termasuk dalam hubungan cinta,” kata Elly, tersenyum.  

Benar juga. Saya pernah membaca satu artikel di internet bahwa pria mana pun yang memiliki hobi berolahraga, pasti punya daya tarik. Alasannya sama persis seperti yang Elly katakan tadi. Bisa komitmen, passionate, dan menunjukkan bahwa ia good team player. Ditambah tubuh mereka yang sehat biasanya kelihatan lebih seksi.

Ada lagi, kata Elly, wanita kan selalu mendambakan sosok hero. Nah, di dunia modern ini mereka dianggap seperti hero. “Mereka diidentikkan sebagai orang yang ok untuk bergantung dan bisa diandalkan, iya, ‘kan?” Elly bertanya kepada saya. Hmm… jangan-jangan di luar alam sadar saya memang beranggapan begitu. Ketahuan, deh.

Tapi, kenapa, dong, setelah melepas segala atributnya, pria jadi kelihatan biasa-biasa saja? “Samalah seperti kita sedang jatuh cinta,” kata Elly.

Tiba-tiba saya teringat, dulu pernah menemukan artikel tentang jatuh cinta. Menurut Pat Mumby, Ph.D, Co-director  Loyola Sexual Wellness Clinic dan professor di Department of Psychiatry & Behavioral Neurosciences, Loyola University Chicago Stritch School of Medicine (SSOM), jatuh cinta membuat tubuh kita melepas zat-zat kimia yang menimbulkan perasan senang, dan memicu reaksi spesifik tubuh.

Zat-zat itu termasuk dopamin, adrenalin, dan norepinephrin yang meningkat saat orang jatuh cinta. Kalau otak orang sedang jatuh cinta di-scan, bagian otak yang mengatur rasa senang  tampak lebih terang, karena saat itu darah mengalir lebih banyak ke area tersebut.

Jadi, benar kalau ada ungkapan: cinta itu buta. Saat jatuh cinta, pasangan kita menjadi yang paling ideal dan kita hanya melihat apa yang kita ingin lihat saja. “Enggak heran kalau saat itu semua kayak bulan madu,” kata Elly. Tapi, setelah masa-masa jatuh cinta itu lewat, perasaan menggebu-gebu pasti juga hilang. Belum lagi kalau si dia yang kelihatan lebih cinta hobinya daripada pasangannya. Kalau sudah begini, butuh kondisi emosi yang stabil dari pasangannya.

Dari penjelasan Elly ini, saya jadi paham bahwa saya harus bisa memilah mana yang realitas mana yang imajinasi. Enggak lucu dong, gara-gara imajinasi gagal, perasaan terhadap pasangan juga luntur. Bagaimanapun juga, kita harus tetap bersemangat dan bergairah pada pasangan kita. Kata Elly, kalau ingin hubungan tetap hot tanpa harus berubah jadi berkostum terbang dulu, kita harus merawat gairah dengan love language masing-masing.

Masalahnya, love language  tiap orang belum tentu sama. Ada 5 bahasa yang menunjukkan cinta kita kepada orang lain. Pertama ada yang suka dengan kata-kata, atau words of affirmation. Senang bilang cinta, sayang, atau bahkan lewat puisi. Hmm… definitely not him.

Kedua, quality time.  Inginnya berduaan terus…. Ngobrol  lama dan serius atau liburan berdua saja. Sepertinya ini juga bukan Aran. Ketiga, ada act of service. Senang membantu, melayani, dan senang juga dilayani. Nah, kalau ini sepertinya paling mendekati sifat suami saya. Soalnya, dia siap membantu saya mengerjakan apa saja. Lalu keempat adalah gift. Kayaknya ini cocok dengan saya, yang selalu menghujani Aran dan anak-anak hadiah. Dan yang terakhir adalah touch. Kalau ini, sih, sejak pacaran, suami saya juga sudah jelas enggak seperti itu.

“Tapi ingat lho, love language yang kita pakai itu adalah yang dia suka, bukan yang kita suka. Percuma kalau kamu bolak-balik kasih hadiah dengan harapan kamu juga mendapat hadiah darinya, karena itu bukan love language pilihannya. Jadi, kalau si dia senangnya quality time, berarti kamu harus menyiapkan waktu untuk bisa sering berduaan dengannya. Gampang, ‘kan,” Elly menjelaskan panjang lebar. (f)


Devi Emillia


Topic

#hobipria