
Foto: Dok GK Films, Infinitum Nihil, Film Engine
Saat Mary-Kate Olsen jadian dengan Olivier Sarkozy, banyak orang yang mencibir. Soalnya, nih, Olivier berusia 16 tahun lebih tua dari Mary-Kate—yang bisa dianggap sebagai omnya sendiri.
Kejadian seperti ini nggak hanya dialami Mary-Kate, tapi juga banyak wanita lainnya. Sepertinya, nih, perbedaan usia yang jauh bukan masalah bagi mereka. Kok, bisa?
Mencari sosok ayah
Kedekatan anak perempuan dan ayah, tuh, memang spesial. Nggak jarang, tuh, hal ini membentuk standar si anak tentang pria ideal. Wajar saja, deh, sosok ayah turut berperan jika seorang perempuan cenderung menyukai sosok pria yang jauh lebih tua, seperti yang diungkapkan psikolog Rima Olivia.
“Misalnya, ayahnya secara fisik memang berada di dekat si anak. Namun, dia kurang suka mendengarkan cerita anaknya dan menjauh. Akibat hubungan emosional antara mereka kurang berhasil, si anak pun mencari pria kebapakan begitu beranjak dewasa.”
Namun biasanya, nih, wanita tipe ini nggak menyadari kecenderungannya menyukai pria yang jauh lebih tua. Dia akan mengelak, tuh, dirinya mencari sosok ayah. Jika ditanya, pasti alasannya menjalin cinta dengan pria usia matang adalah karena merasa nyaman.
“Pria jauh lebih tua, kan, cenderung mengalah ketika pacarnya ngambek. Ini yang bikin si perempuan nyaman. Namun efek sampingnya, dia sulit mengembangkan kemampuan lain, salah satunya untuk mengayomi pasangan seumuran,” tambah Rima.
Lebih menyenangkan
Kelebihan pria matang adalah kemampuannya untuk menyenangkan perempuan. Dengan usianya yang nyaris dua kali lipat dari usia kita, tentulah pengalamannya dalam menjalin hubungan lebih banyak. Artinya, nih, dia tahu bagaimana menangani perempuan baik saat sedang happy maupun down.
Nggak bisa dipungkiri kalau kemapanan juga menjadi salah satu faktor yang dianggap menarik dari cowok lebih tua. Namanya juga sudah matang, tentunya, nih, dari segi finansial mereka juga sudah mencukupi. Biasanya ini berlaku pada perempuan yang sejak kecil hidup sulit.
“Jika dari dulu hidupnya dipenuhi perjuangan, bisa jadi si perempuan enggan berjuang kembali dengan pasangan seumuran. Hasilnya, dia melihat pria yang jauh lebih dewasa sebagai jalan keluar,” jelas Rima.
Kelebihan lain dari pria matang adalah kemauan mereka untuk berkomitmen. Maklum, karier mereka sudah mantap sehingga nggak perlu dikejar lagi. Jadi jika si perempuan minta untuk menikah, dia pun nggak masalah. Beda dengan cowok usia 20-an yang sebagian besar masih sibuk meniti karier.
Siap risiko
Menjalin hubungan dengan pria yang bisa menjadi om atau ayah kita bukanlah tanpa risiko. Salah satu hal yang harus kita tanggung adalah berkurangnya kesenangan yang sebenarnya dapat dilakukan dengan pasangan sebaya. Misalnya, liburan ekstrem seperti naik gunung, atau jalan ke mall hingga malam hari.
Sebagian besar pria matang, kan, lebih senang menghabiskan waktu di rumah dibandingkan jalan-jalan ke mall. Padahal di satu sisi, kita masih suka tampil di depan umum dan bersosialisasi. Jadi bisa banget, tuh, gaya hidup kita dan si dia berbeda 180 derajat.
Seringkali pria usia matang memiliki kedudukan tinggi. Nah, kita pun harus siap menjalankan peran sebagai istri pria dengan posisi tersebut. Dengan kata lain, kita harus bersikap pantas seperti menjaga cara bicara. Risiko lainnya, menjadi ibu bagi anak si pria dari pernikahannya yang dulu.
“Jika jarak usia anaknya nggak jauh dari kita, bisa saja dia mempertanyakan ketulusan kita menikahi ayahnya. Belum lagi jika suami punya keluarga besar yang harus dia tanggung kebutuhannya. Apakah kita yakin bisa menerima risiko ini?” tambah Rima.
Cek dulu!
Sebelum memutuskan untuk mengambil langkah ke jenjang berikutnya, cari tahu dulu motivasi kita. Apa yang membuatnya menarik di mata kita? Lalu, apa yang kita harapkan darinya? Jika punya jawabannya, barulah kita bisa menanyakan hal yang sama darinya.
Makanya, penting banget, tuh, untuk mengenali karakter diri sendiri. Misalnya kita nggak bisa masak sama sekali. Sementara itu, si dia paling suka masakan rumahan dan sering masuk angin jika makan di luar. Hal seperti ini yang harus dikompromikan.
“Jika dia minta kita belajar masak dan kita memang bersedia, ya, lakukan. Namun, bertanyalah pada diri sendiri apakah memang sanggup melakukannya. Kalau kita panas dingin jika nggak ke mall selama dua minggu, mampukah dia berkompromi? Harus dicari jalan tengah agar nggak menguras emosi kita dan pasangan di kemudian hari,” ujar Rima. (f)
Topic
#masalahhubungan