
Foto: Fotosearch
Di film (juga pada kenyataan) banyak pasangan yang siap berkomitmen karena merasa ‘I finally found someone’. Baru empat bulan pacaran langsung bertunangan, bahkan ada yang dalam hitungan minggu setelah berkenalan berani menikah. Berisiko nggak, ya, kalau mengucapkan komitmen dalam waktu singkat?
Biasanya, nih, dalam tiga bulan pertama jadian hanya ada perasaan bahagia. Pertanyaan ‘sudah makan belum’ dianggap perhatian yang ‘oh, so sweet’. SMS dari pasangan selalu ditunggu-tunggu. Baru juga tutup telepon, kita sudah merasa kangen, he he he. Sounds familiar? Yap, saat baru jadian kita cenderung mendahulukan emosi daripada logika. Meski berbunga-bunga, sebaiknya kita tidak dibutakan cinta. Justru di awal masa pacaran, nih, wajib banget menggali informasi sebanyak-banyaknya soal pasangan. Apakah arah maupun tujuan pasangan menjalin hubungan sama seperti yang kita inginkan—bukannya sibuk menyamakan diri dengan pasangan, ya.
Hal yang wajib diperhatikan selama 0-3 bulan jadian buat mencegah patah hati di kemudian hari:
1/ Latar belakang keluarga.
Kalau si dia belum juga mengenalkan kita pada keluarganya, bisa jadi, nih, ada sesuatu yang disembunyikan. Soalnya nggak ada waktu terlalu cepat, kok, untuk berkenalan dengan keluarganya.
2/ Prinsip hidup
Jika kita cukup religius, sudah seharusnya pasangan juga punya prioritas sama. Pikir lagi, deh, kalau ternyata dia cuek soal agama—bahkan punya kepercayaan berbeda dari kita. Masalah prinsip bakal jadi bom waktu hubungan bila dibiarkan, tuh.
3/ Kondisi finansial
Bukannya matre, ya, tapi perlu banget kita tahu bagaimana si dia mengatur keuangannya. Kalau ke mana-mana masih menggunakan fasilitas dari ortunya—termasuk mobil hingga kartu kredit—kemungkinan besar pasangan tipe pria nggak mandiri.
4/ Masa lalu
Memang lebih bijak membiarkan masa lalu di belakang, tapi… kalau kita mengetahui pasangan tukang selingkuh bahkan mendengar soal kebiasaannya nge-drugs? Seharusnya jangan pernah menutup mata, tuh. Siapa yang bisa menjamin ‘hobi’ itu nggak berulang, kan.
Jangan dulu bernapas lega bila sudah survive dari tiga bulan pertama. Justru tantangan terberat adalah menjaga hubungan selama 6-8 bulan sebelum berkomitmen. Soalnya di masa tersebut, nih, biasanya mulai timbul yang namanya keraguan. Pertanyaan seperti ‘Apakah kita benar-benar cocok bersama si dia?’ sering muncul di pikiran. Apalagi kalau melihat sikapnya tidak lagi semanis di awal pacaran, kita pun mulai meributkan hal-hal sepele dan berakhir dengan perpisahan. Padahal, nih, kalau berkomitmen kita harus benar-benar siap menerima pasangan satu paket (baca: baik dan buruk) untuk selamanya. Jatuh cinta, sih, bisa dilakukan berulang kali, tapi soal komitmen idealnya satu kali seumur hidup, dong. Karena itu penting untuk menyelesaikan berbagai ganjalan yang kita rasakan sebelumnya.
Fyi, berdasarkan survei yang dilakukan oleh National Fatherhood Initiative, 73% pasangan berpisah karena kurangnya komitmen dalam hubungan mereka. Mereka mengakui kunci hubungan sukses adalah kerja keras. Sementara menurut penulis buku The 5 Massive Mistakes You're Making In Your Love Life sekaligus dating coach Evan Marc Katz, komitmen memang tidak bisa dilakukan secara instan.
“Dengan bersabar dan tidak memaksa pasangan, kita memberi kesempatan agar hubungan berkembang dengan sehat dan penuh cinta. Kesabaran kita justru membuat pasangan semakin mencintai kita dan akhirnya mempertimbangkan kita ‘sebagai sahabat’ yang tidak bisa tergantikan.”
Di atas satu tahun, kita berada di tahap hubungan yang matang dan nyaris aman. Kita sudah tahu-sama-tahu tentang dia, keluarga, bahkan rencana jangka panjangnya. Begitu ‘kesepakatan’ tercapai, kita dan pasangan siap untuk mengikat janji, deh. (f)
Baca juga:
7 Hal yang Harus Diketahui Pasangan Sebelum Menyiapkan Detail Pernikahan
5 Tanda Belum Siap Berkomitmen
4 Tanda Pacar Antikomitmen
Topic
#masalahhubungan, #tipcinta