Seni Pertunjukan
Happy Salma Bercerita tentang Chairil Anwar Lewat Teater Perempuan Perempuan Chairil

28 Aug 2017


Foto: Dok. Titimangsa Faundation

Setelah sukses menggelar pementasan teater Bunga Penutup Abad yang mengadaptasi karya sastra Pramoedya Ananta Toer di Jakarta dan Bandung, Titimangsa Foundation kembali menghadirkan pementasan teater bertajuk Perempuan Perempuan Chairil. Pementasan teater ini rencananya akan digelar pada 11 dan 12 November 2017 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki.
 
Sebelum memulai proses latihan, digelar syukuran yang bertempat di Dia.Loe.Gue Artspace, Kemang, pada pertengahan Agustus lalu. Para pelakon dan pendukung acara yang turut hadir antara lain Happy Salma dan Reza Rahadian.
 
“Sebagai pecinta karya seni khususnya sastra, saya sangat antusias dapat kembali mengapresiasi karya penulis besar Indonesia ke dalam teater melalui pementasan mendatang. Ini merupakan salah satu cara saya untuk terus menghidupkan teater dan menyebarkan virus kecintaan terhadap karya besar sastrawan Indonesia,” kata Happy, pemrakarsa Titimangsa Foundation sekaligus produser dalam pementasan ini.
 
Pementasan teater Perempuan Perempuan Chairil ini akan mengangkat sosok Chairil Anwar dan mengungkap sisi lain dari penyair terkemuka Indonesia ini. Lakon ini akan menjadi biografi puitis dari penulis puisi Aku ini, sebuah biografi yang digali dari puisi-puisi yang ditulisnya untuk wanita-wanita yang dicintainya baik secara terbuka atau pun diam-diam. Dari kisah cinta yang penuh gelora hingga kisah cintanya yang romantis, muram, dan terpendam.
 
Naskah pementasan teater ini terinspirasi dari buku berjudul Chairil yang ditulis oleh Hasan Aspahani. Perempuan Perempuan Chairil berkisah tentang hubungan cinta Chairil Anwar dengan beberapa wanita, Ida, Sri Ajati, Mirat, dan Hapsah (yang kemudian menikah dengan Chairil). Empat wanita inilah bisa yang mewakili pergulatan cinta dan hidup Chairil.
 
Ida adalah gambaran wanita yang terpelajar, intelektual, dan modern pada zamannya. Dipuja dan dikagumi Chairil sebagai lawan berdebat dan berdiskusi yang cakap. Namun Ida menganggap Chairil tak punya masa depan. Percintaan mereka penuh dengan kecerdasan.
 
Sri Ajati disebut dalam sajak Chairil yang sangat romantis sekaligus kelam berjudul Senja di Pelabuhan Kecil. Perempuan cantik dan berwajah melankolis ini bahkan membuat pelukis besar Basoeki Abdullah melukis sosoknya. Ajati adalah gambaran cinta yang penuh harapan dan indah, cinta yang penuh pemujaan dan kekaguman. Tetapi Ajati tak pernah tahu Chairil memuja dan mencintainya.
 
Saat-saat Chairil bertemu Mirat, inilah cinta penuh gelora pemberontakan. Cinta yang menjadi tenaga yang menginspirasi sajak-sajak pria kelahiran Medan, Sumatera Utara ini, yang bergelora. Cinta yang membuat Chairil menjadi produktif menulis sajak. Tapi ketika restu dari ayahnya tak kunjung datang, Mirat memilih menikah dengan seorang dokter tentara. Di sinilah kisah tragis dan kemurungan Chairil kemudian banyak muncul dalam sajak-sajaknya.
 
Di ujung hidup, Chairil memilih bersikap realistis dan ia memilih menikah dengan Hapsah, seorang pegawai yang sudah punya gaji dan penghasilan tetap. Semangat pemberontakan Chairil sempat membuat goyah kehidupan rumah tangganya. Tapi di dekat ajalnya, ketika mulai sakit-sakitan, Chairil seakan menyadari cintanya pada Hapsah, juga rasa hormatnya pada istrinya itu.
 
Chairil seperti menemukan kesadaran religius dalam hubungan cintanya dengan Hapsah, wanita rumahan bersahaja yang sosoknya biasa-biasa saja. Pada Hapsah cinta Chairil menemukan rumahnya, menemukan kehangatannya.
 
Bagi Happy, Chairil Anwar adalah sosok yang inspiratif. Lewat karya-karyanya, pria yang mendapat julukan ‘Si Binatang Jalang’ ini mampu membuat Bahasa Indonesia memiliki kekuatan puitik melalui puisi-puisi karyanya.
 
Di masanya, Chairil Anwar menjadi gambaran manusia Indonesia modern yang bergelut dengan gagasan-gagasan modernisme dan nasionalisme. Karya-karyanya menjadi refleksi banyak hal, terkait sejarah sebuah  bangsa yang ingin menemukan identitas nasionalisme sekaligus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pencapaian-pencapaian sejarah dunia dan mengangkat nama bangsa ke tingkat yang lebih baik.
 
Pementasan teater Titimangsa Foundation ke-18 ini, akan menampilkan aktris dan aktor terbaik Indonesia yaitu Reza Rahadian sebagai Chairil Anwar, Sita Nursanti sebagai Hapsah Wiraredja, Chelsea Islan sebagai Sri Ajati, Tara Basro sebagai Sumirat, dan Marsha Timothy sebagai Ida. (f)

Baca juga:
Mulai Tur Dunia, Film Setan Jawa Tayang di Melbourne, Australia
Opera Ikan Asin dari Teater Koma: Cinta, Persahabatan, Pengkhianatan, Kekerasan, dan Pengampunan
Aksi Komika Wanita di Pertunjukan Stand-up Comedy #PerempuanBerhak

Faunda Liswijayanti


Topic

#happysalma, #chairilanwar, #teater, #rezarahadian, #chelseaislan, #puisi