Ya, usai tampil “menyengat” di Sang Penari, sebagai Rasus, pemuda culun yang jatuh cinta pada ronggeng desanya, Oka menjadi wartawan stres yang bermetamorfosis menjadi pembunuh berdarah dingin.
Lewat film ini jugalah aktor yang memulai debut aktingnya tahun 2005 ini menjejakkan kakinya di Sundance Festival, Januari lalu. Dan sekarang aktor watak ini sedang sibuk mempromosikan film terbarunya The Raid 2: Berandal.
Kepada CC, nominasi Aktor Pendukung Terbaik FFI 2008 (Ayat-ayat Cinta) dan Aktor Terbaik FFI 2011 (Sang Penari) ini mengaku tanpa sengaja menceburkan diri ke dunia akting. “Karena saat itu tidak ada pilihan lain dan saya jenuh dengan pekerjaan saya di perbankan,” akunya.
Ternyata ketidaksengajaan ini membuatnya menemukan passion-nya. “Saya ingin fokus di dunia seni peran, saya tidak pernah memikirkan profesi lain lagi selain menjadi aktor,” ujar pria yang gemar boxing ini mantap.
Setelah bermain menjadi wartawan stres yang jadi pembunuh dadakan di Killers, Anda menjadi tangan kanan mafia di The Raid 2 (Berandal). Bisa ceritakan transisi perubahan karakter ini?
Totalnya hampir dua bulan jeda baru mulai syuting lagi. Tidak seberat di Killers sih, yang banyak layer-nya, layer dengan keluarga, dengan orang Jepang, belum lagi konflik di pekerjaannya.
Kalau di The Raid 2 (Berandal) ini saya hanya memainkan karakter misterius, tangan kanan mafia, pengatur strategi dan negosiator. Tapi di sini tidak hanya drama, ada action juga, karenanya saya sangat antusias.
Apakah di film The Raid 2 (Berandal) Anda memainkan semua adegan action-nya?
Ya, ketika ada adegan action saya bertengkar sendiri tapi pas kejar-kejaran pakai mobil ada stuntman.
Sukses di beberapa film terakhir apakah membuat Anda menjadi pemilih peran?
Tidak, tuh! Saya tidak mau pilih-pilih peran. Saya sudah pernah bermain dalam film drama romantis, periodik, psychological thriller sampai action. Saya mau mencoba semua genre. Komedi mungkin, tapi sampai sekarang belum ada tawaran, mungkin saya kurang lucu hehehe…
Ada tidak aktor yang ingin diajak bermain dalam satu film?
Hmm…siapa ya..sebenarnya ada banyak aktor senior yang ingin saya ajak main film bareng. Tio Pakusadewo, Slamet Rahardjo, Landung Simatupang, Cok Simbara, Mathias Muchus. Tapi saya ingin bermain dalam film dengan tema hubungan bapak dan anak. Bukan cinta-cintaan pria dan wanita. Kira-kira seperti hubungan Binsar dan Rasus di film Sang Penari.
Kalau aktris?
Hmm…jujur saya susah dekat dengan perempuan termasuk lawan main di film. Bangun chemistry-nya susah, ketika break syuting saja suka bingung mau ngobrolin apa ….
Sejauh ini lawan main perempuan yang paling ‘klik’ ke Anda?
Luna Maya. Hahaha…pasti mengharapkan saya menjawab aktris siapa gitu yang memenangkan Piala Citra atau yang lebih wah, ya? Ya, saya merasakan chemistry yang begitu klop dengan Luna. Memang sih, tetap saja ketika break syuting kami jarang ngobrol namun saat syuting seketika saya dan dia langsung melengkapi. Sama-sama tahu, apa yang diinginkan untuk film tersebut.
Jadi, gimana rasanya beradegan ciuman dengan Luna Maya?
Hahaha…biasa sajalah, dia juga manusia, sama-sama makan nasi. Yang jelas ketika shoot adegan itu ada, saya dan Luna sepakat meminta supaya kru yang dibutuhkan saja yang ada di lokasi.
Saya juga memandang adegan ciuman itu bukan hanya sebagai pemanis melainkan juga media untuk mengomunikasikan ke penonton betapa dalam hubungan Bayu dan istrinya sebelum akhirnya renggang.
Hehehe…apakah menjadi populer menjadi semacam kebutuhan?
Saya tidak begitu peduli dengan kepopuleran. Yang penting saya bisa menyalurkan energi dan passion di akting. Saya ingin berkarya dengan tulus dan berharap ada orang di luar sana, tidak harus semua setidaknya ada beberapalah yang merasa nyangkut dengan karya saya. (ESP/FOTO:IST)