Reviews
Latar Belakang Joker Yang Menimbulkan Kontroversi

2 Oct 2019

Foto-foto: Warner Bros/ DC Comics
 
Film Joker arahan sutradara Todd Phillips mendapat penghargaan tertinggi di Venice Film Festival 2019. Akting Joaquin Phoenix pun dipuji.

Sekilas, Joker yang ditampilkan Joaquin memiliki kemiripan dengan Joker yang pernah diperankan Heath Ledger di film The Dark Knight (2008). Mimik wajah dan tertawanya menimbulkan rasa ngeri yang sama . Tapi beda dengan Joker versi Heath, kali ini penonton disajikan latar belakang dan proses penciptaan karakter Joker. Ini pula yang kemudian memunculkan kontroversi.

Menjelang tayang di bioskop Amerika, badan federasi FBI telah memberi peringatan adanya ancaman dari kelompok yang mengidolakan tokoh Joker. Dikhawatirkan film ini akan memicu terjadinya kekerasan di masyarakat oleh kelompok tersebut. Hal ini membuat banyak bioskop melarang penggunaan kostum, topeng, maupun riasan wajah seperti Joker dalam bioskop. Bahkan, penonton yang nekat bakal diusir meski telah memiliki tiket.




Protes juga dilayangkan oleh keluarga dari korban penembakan di Kota Aurora, Colorado. Pada tahun 2012, seseorang yang mengaku terinspirasi oleh Joker melakukan penembakan yang menewaskan 12 orang dan melukai puluhan orang saat pemutaran film Dark Knight Rises. Karakter Joker yang muncul akibat mengalami perundungan yang terus menerus dialami Arthur Fleck seolah memberi simpati pada pelaku kekerasan.

Di sisi lain, latar belakang gangguan kesehatan jiwa yang dialami Arthur, dikhawatirkan menguatkan stigma di masyarakat. Banyak film, seperti Split (2017), yang membuat masyarakat mengasosiasikan penderita gangguan kesehatan jiwa dengan perilaku kekerasaan. Dan Joker dikhawatirkan akan membuat stigma itu makin sulit dilunturkan.

Apapun kontroversi itu, akting dan cerita Joker layak diapresiasi. Joaquin yang menurunkan berat badan hingga 26 kg untuk menampilkan tokoh Joker yang memiliki bentuk dan gerakkan tidak biasa karena pengobatan yang diterimanya selama bertahun-tahun. Ia pun mampu mengekspresikan kepedihan dan kegilaan yang dimiliki dua karakter yang berbeda total saat menjadi Arthur dan Joker.  



Philips yang juga pernah menyutradarai film Hangover (2009) mengaku, film Joker adalah hasil pengamatannya selama bergaul dengan banyak komedian. Ia melihat penderitaan dan rasa putus asa di balik usaha para komedian untuk membuat orang tertawa. 

Film yang ditulis tahun 2017 itu mengambil setting akhir tahun 70-an dan awal 80-an, namun memiliki relevansi dengan masa kini. Kasus-kasus trauma masa kecil dan bagaimana kita memperlakukan mereka yang memiliki kondisi khusus dan berlatar ekonomi lemah, di masa kini pun masih menjadi permasalahan pelik yang butuh diperhatikan. 

Joker mulai tayang di bioskop tanah air mulai hari ini. (f)

Baca Juga:

Bebas : Mesin Waktu Pemersatu Sahabat
Live-Action Star Wars, Muppet Now, hingga Forky akan SegeraTayang di Disney+
Serunya Vagabond, Drama yang Dibintangi Bae Suzy dan Lee Seung-gi


Topic

#review, #film