Dok. Kalyana Shira Films
Pipin yang diperankan oleh Putri Ayudya (alumni Wajah Femina 2008), berambisi untuk memiliki pasangan hidup seorang ‘bule’. Dalihnya, para pria asing lebih menyukai dirinya, dengan warna kulit gelap yang eksotis dan bisa ‘memperbaiki keturunan’. Di sisi lain, menurut Pipin, pria bule bisa menghargainya dan lebih mendukung emansipasi.
Belum lagi tekanan sosial untuk menikah sebelum berusia 30 tahun, membuat Pipin melakukan berbagai cara agar impiannya tersebut bisa terwujud. Ia tak ingin dipanggil perawan tua oleh teman-temannya.
Demi memenuhi keinginannya memiliki pasangan hidup seorang bule, banyak cara telah dilakukan Pipin. Mulai dari datang ke klub yang banyak didatangi orang asing sampai menggunakan aplikasi kencan online.
Namun, ketika langkah-langkah tersebut tak membuahkan hasil yang baik, Pipin pun akhirnya pergi ke Bali dengan harapan kesempatannya untuk mendapatkan kekasih bule lebih besar.
Ditemani oleh seorang sahabatnya, Arik (Michael Kho), Pipin mulai menggencarkan strategi untuk mendapatkan kekasih bule. Ia pun dikenalkan oleh sejumlah pria, mulai dari Ben (Natalius Chendana), orang Indonesia yang berpura-pura menjadi pria blasteran hingga Gioffranco (Cornelio Sunny) pria asal Italia yang ia temui di sebuah kafe di Bali.
Dok. Kalyana Shira Films
Namun, ketika menjalani hubungan cinta dengan Giofranco, Pipin tak lantas bahagia. Citra pria bule yang selama ini tertanam di benaknya, tak sesuai dengan imajinya. Lantas seperti apa perjalanan cinta Pipin?
Di dalam film yang disutradarai oleh Andri Cung ini, menyentil banyak isu. Mulai dari white supremacy yang menganggap orang dari ras Kaukasia lebih superior, menyentil standar kecantikan yang putih dan langsing, hingga tekanan sosial masyarakat Indonesia tentang tenggat waktu sebuah pernikahan.
Pun tentang bagaimana selama ini para wanita yang memiliki pasangan bule kerap dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Mulai dari hanya wanita pengincar harta, karena pria asing selalu dianggap lebih kaya, hingga hanya menginginkan hubungan seks semata. Wanita yang mencari pria bule kerap dilabeli wanita murahan.
Andri bersama dengan Nia Dinata sebagai produser, awalnya mengaku khawatir mengangkat isu ini ke layar lebar. Takut masyarakat menganggapnya terlalu tabu dan berat. Namun, dengan kemasan komedi yang akan membuat penontonnya terpingkal, akan membuat pesannya lebih mudah diterima masyarakat.
Melalui pesan ini, Andri dan Nia berharap bahwa wanita Indonesia akan lebih bisa mencintai dan menghargai dirinya sendiri. Untuk tidak terjebak dalam tekanan-tekanan sosial, baik tentang tuntutan pernikahan hingga soal pilihan pasangan hidup.
“Sehingga ketika kita sudah menghargai diri sendiri, kita tidak akan menghakimi orang lain,” ujar Andri. Ia pun berharap tidak ada lagi orang yang suka menghakimi orang lain dan melabeli mereka dengan negatif.
Penasaran filmnya seperti apa. Anda bisa menyaksikannya di bioskop-bioskop terdekat mulai tanggal 22 Maret 2018. Selamat menonton! (f)
Baca Juga :
10 Buku Puisi Pilihan untuk Merayu Si Dia
Ini Wajah Benyamin Zaman Now di Benyamin Biang Kerok
Dilan 1990, Ketika Ucapan-Ucapan Gombal Dilan Terdengar Puitis dan Bikin Baper
Topic
#resensifilm